Harga Gabah di Bali Naik 2,82 Persen
Harga gabah kering panen (GKP) pada tingkat petani di Bali pada bulan Oktober 2015 mengalami kenaikan sebesar 2,82 persen, dibandingkan bulan sebelumnya (September 2015).
DENPASAR, NusaBali
"Demikian juga harga gabah di tingkat penggilingan naik sebesar 1,86 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Selasa (3/11).
Ia mengatakan, harga gabah tersebut jauh di atas harga patokan pemerintah (HPP) yakni di tingkat petani sebesar Rp4.642,89 per kilogram dan ditingkat penggilingan Rp4.709,09 per kilogram.
Transaksi gabah kering panen tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Karangasem sebesar Rp5.498,83 per kilogram untuk varietas Ciherang. Sedangkan harga terendah terjadi di Kabupaten Gianyar dengan harga Rp4.000/kg untuk varietas Ciherang.
Panasunan Siregar menambahkan, harga gabah tersebut merupakan hasil pemantauan harga gabah yang dilakukan di tujuh kabupaten dari sembilan kabupaten/kota di Bali. Produksi padi di Bali berdasarkan angka ramalan (Aram) tahun 2015 diperkirakan meningkat 0,39 persen dari tahun sebelumnya, namun luas panen menurun 1.419 hektare atau 0,99 persen.
Turunnya luas panen tersebut terjadi secara merata di delapan kabupaten dan satu kota di Bali. Beberapa faktor penyebab turunnya luas panen antara lain dampak musim kemarau panjang yang terjadi hampir semua daerah sekaligus berpengaruh terhadap mundurnya musim tanam.
Mundurnya musim tanam antara lain terjadi di Kabupaten Buleleng, Klungkung dan Gianyar sebagai akibat adanya perbaikan saluran irigasi pada akhir tahun 2014 serta terjadinya musim kemarau sehingga debit air berkurang.
Produksi padi di Bali berdasarkan angka ramalan (Aram) tahun 2015 diperkirakan 861.321 ton gabah kering giling (GKG), mengalami kenaikan sebesar 3.377 ton atau 0,39 persen dibanding produksi tahun 2014.
Kenaikan produksi tersebut berkat meningkatnya produktivitas persatuan hektare sebesar 0,85 kuintal per hektare (1,41 persen, meskipun luas panen menurun 1.419 hektare (0,99 persen.
Akibat kemarau panjang itu, hingga akhir Agustus saja, lebih dari 856 hektare lahan tanaman padi di Pulau Dewata dilaporkan telah mengalami kekeringan dengan intensitas ringan hingga berat dan gagal panen (puso).
Komentar