Pariwisata Bali 'Hilang' Satu Semester
Industri pariwisata Bali sudah kehilangan momentum satu semester, Januari–Juni.
Harga Tiket Pesawat Melambung
DENPASAR, NusaBali
Harga tiket pesawat yang melambung memukul industri pariwisata Bali. Anjloknya kunjungan wisatawan indikasi paling nyata tercecernya industri pariwisata Bali, sebagai dampak dari tingginya harga tiket pesawat. Jika tidak ada pembenahan bersungguh-sungguh, pariwisata Bali akan semakin tercecer.
“Tentu hal yang tidak kita inginkan,” ujar Wakil Ketua PHRI Bali I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, Kamis (4/7). Jika industri terpuruk, semua sendi dan sektor perekonomian Bali terpengaruh. Karena industri pariwisata merupakan generator perekonomian Bali. “Kan susah kalau genaratornya nanti ngadat,” ujar pria asal Dalung, Kuta Utara, Badung, ini.
Karena itulah, Rai Suryawijaya meminta pembenahan industri pariwisata Bali tidak setengah-setengah. Di antaranya dengan menurunkan harga tiket pesawat udara. “Memang ada informasi penurunan, namun faktanya kunjungan wisatawan masih seret,” ungkapnya.
Hal itu ditandai tingkat hunian yang tak sesuai ekspektasi. Untuk bulan Juli ini tingkat hunian atau okupansi hotel di Badung hanya kisaran 60–65 persen. Harapan PHRI, tingkat hunian pada Juli rata-rata 75–80 persen. Itu artinya dari sekitar 145-an ribu kamar hotel di Bali, baru sekitar 90-an ribu kamar yang terisi. Sisanya 50-an ribu kamar hotel masih kosong.
“Ini barangkali okupansi paling rendah pada periode yang sama tahun sebelumnya,” ujar tokoh pariwisata yang juga Konsul Kehormatan Hongaria.
Padahal pada Juli sampai dengan Agustus, okupansi digadang-gadang meningkat signifikan. Harapan tersebut masuk akal. Pertama karena masih musim liburan. Kedua memasuki musim winter di Eropa dan kawasan lainnya. Jika winter di Eropa, hampir pasti sebagian dari warganya bepergian ke luar negeri. Tahun-tahun sebelumnya Bali menjadi tujuan favorit. “Karena di sini kan summer,” ujarnya.
Harapan tersebut tak jadi kenyataan. Kunjungan wisman melorot. “Harga tiket yang tinggi salah satu pemicunya,” tuding Rai Suryawijaya.
Dia menunjuk video penerbangan sebuah maskapai yang hanya mengangkut seorang penumpang dari Bandara Kertajati, Jawa Barat menuju Bandara Juanda, Surabaya yang sempat viral yang ditengarai karena tingginya harga tiket pesawat. “Sudah lama kami sampaikan agar harga tiket pesawat diturunkan,” ujar Rai Suryawijaya.
Menurut Rai Suryawijaya, industri pariwisata sudah kehilangan momentum satu semester Januari–Juni. Seharusnya, Juli sampai dengan Agustus diharapkan jadi momentum kedua membangkitkan pariwisata Bali. “Namun kenyataan tak sesuai ekspektasi,” ujarnya.
Harapan industri pariwisata, momen tersebut masih mungkin dikembali dengan tindakan cepat. Selain menurunkan harga tiket pesawat, menghidupkan kembali penerbangan langsung asal wisman yang sempat tutup dihidupkan kembali. Antara lain Denpasar-Mumbai, India. Dan trayek lainnya, serta menggencarkan promosi. “Jika tidak, kita akan semakin tercecer,” ucapnya.
Alasannya, pesaing Bali bukan hanya Thailand, Malaysia, dan Singapura, namun kini bertambah. Filipina, Vietnam, dan Kamboja merupakan kompetitor baru, yang juga menjadi ancaman serius.
Ketiga negara tersebut menurut Rai Suryawijaya sedang serius membangun industri pariwisata. Ketiganya juga punya modal dasar yang potensial. Mulai dari modal kondisi alam yang menarik, kesenian, tinggalan sejarah dan seni, dan tradisi lainnya.
Dihubungi terpisah Regional CEO Garuda Indonesia Jawa, Bali, dan Nusra Ngakan Septigraha, menolak berkomentar terkait soal harga tiket yang berakibat menurunnya penumpang. “Begini, soal komunikasi dan informasi ke luar kami punya bagian yakni corporate communication,” tuturnya.
Sementara itu, beredarnya info penerbangan Citilink jurusan Jakarta–Denpasar pada Rabu (4/7) hanya diisi oleh satu orang ditepis oleh pihak maskapai tersebut. Menurut VP Corporate Secretary & CSR Citilink Resty Kusandarina, penerbangan Citilink hari Rabu penuh.
“Dapat kami sampaikan, informasi tersebut tidak benar. Untuk hari ini, jumlah penumpang Citilink rute Jakarta–Denpasar full,” imbuh Resty kepada NusaBali melalui pesan singkatnya, Rabu (4/7). Resty mengatakan, Bali merupakan destinasi wisata favorit.
Hal ini berimbas pula kepada penerbangan Citilink jurusan Jakarta-Denpasar yang sering penuh. Di Jakarta ada dua lokasi bandara, Soekarno-Hatta (CKG) dan Halim Perdana Kusuma (HLP) untuk penerbangan Jakarta-Denpasar. Dalam sehari ada 10 kali penerbangan.
“Ada 10 kali penerbangan per hari dari CKG dan HLP,” kata Resty. Penerbangan Jakarta-Denpasar mayoritas langsung. Ketika disinggung adanya penerbangan transit terlebih dahulu ke Ujung Pandang sebelum ke Bali, Resty menegaskan, kemungkinan penerbangan direct full. “Penerbangan transit, kemungkinan penerbangan direct ke Denpasar penuh. Di samping itu, pemesanan tiket dilakukan tidak jauh-jauh hari,” tandas Resty. *k17, k22
Komentar