Dandim Karangasem Kagumi Bajatani
Keberadaan komunitas Bajatani (Bangga Jadi Petani) Karangasem dimotivasi Dandim Karangasem Letkol Inf Bima Santosa.
AMLAPURA, NusaBali
Dandim Bima Santosa pun kagum dengan kelompok tani ini. Kekaguman itu terungkap saat Dandim Bima Santosa berkunjung ke markas Bajatani yang dipimpin sekaligus pendiri Bajatani, I Ketut Semadiyasa di Banjar Tanah Lengis, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem, Kamis (4/7).
Dandim disambut segenap anggota Bajatani. Kedatangan Dandim Bima Santosa untuk menerapkan kerjasama antara Menteri Pertanian dengan Panglina TNI dalam memberdayakan petani di lapangan. "Manfaat kerrjasama ini terutama memotivasi petani untuk meningkatkan produksi padi, jagung, dan kedele," jelas Dandim Bima Santosa.
Sesuai namanya, Bajatani (Bangga Jadi Petani), papar Dandim, agar petani bersemangat dalam memproduksi pangan. Sebab, kebutuhan pangan terus meningkat. "Kami juga berupaya menjembatani, pascapanen agar petani tidak kewalahan menjual hasil produksinya," tambahnya.
Pendiri Bajatani I Ketut Semadiyasa mengapresiasi kedatangan Dandim Bima Santosa dan jajaran. Kedatangan TNI nomor satu di Karangasem ini sangat menambah semangat untuk bertani. Paling tidak berupaya mengoptimalkan hasil produksi yang telah ditanam selama ini. Bajatani membina empat kelompok tani yakni Kelompok Bunga Gumitir beranggotakan 36 orang dipimpin I Ketut Semadiyasa, Kelompok Hortikultura beranggotakan 22 orang dipimpin I Gede Dirga, Kelompok Ikan beranggotakan 14 orang dipimpin I Nyoman Sangging dan Kelompok Jamur Tiram beranggotakan 26 orang dipimpin I Made Raka. "Satu hal yang membanggakan kami selama ini, bertanam kebutuhan pangan, hanya memanfaatkan pupuk organik, sehingga sangat baik untuk kesehatan dan nilai jualnya lebih tinggi di pasaran," jelas Semadiyasa.
Sarjana Administrasi Negara Fisip Universitas Panji Sakti (Unipas) Singaraja ini, mengatakan selama ini kelompok Bajatani telah bersafari ke sekolah-sekolah. Antara lain, SMKN 1 Amlapura, SMPN 2 Abang, SMPN 1 Abang, dan SMAN Bebandem. Tujuannya, mengajak siswa agar tidak malu-malu jadi petani. Petani yang profesional, dengan latar belakangan pengetahuan dan wawasan akan mampu berproduksi lebih optimal dibandingkan petani tradisional. Petani intelek memahami struktur tanah, cara menyuburkan tanah, takaran pupuk organik yang digunakan, serta mampu membaca peluang pasar. Misalnya, pemberian nutrisi kepada tanaman mesti tepat waktu, sebaiknya dilakukan di pagi hari. Sedangkan menyemprotkan insektisida cocoknya dilakukan sore atau malam hari, sebab hama akan muncul di malam hari. Sedangkan di siang hari hama bersembunyi di balik daun.
Tiga prinsip mesti dipahami sebagai petani yakni kerja keras, tepat, dan cepat. Selama ini petani tradisional hanya bisanya kerja keras. Namun sering didera gagal panen. Mestinya dicarikan solusi penyebab gagal panen itu. "Misalnya buah cabai banyak jatuh, mereka tidak tahu penyebabnya. Ini mesti cepat diantisipasi agar tidak mengalami kerugian lebih besar," katanya.
Persoalan paling rumit dihadapi petani, jelas Semadiyasa, mengusir hama burung. Padahal telah lama diciptakan alatnya yakni high protector, berupa cairan. Cairan itu cukup disemprotkan setiap sebulan sekali setelah padi tumbuh berbuah, burung tidak akan berani mendekat. "Cukup menyemprotkan dua kali, selama dua bulan, burung akan menjauh, karena tidak tahan dengan baunya," ujar I Ketut Semadiyasa sembari memperlihatkan cairan pengusir hama burung. Satu hal yang belum mampu diatasi, munculnya hama kepiting yang merusak batang padi. *k16
Dandim disambut segenap anggota Bajatani. Kedatangan Dandim Bima Santosa untuk menerapkan kerjasama antara Menteri Pertanian dengan Panglina TNI dalam memberdayakan petani di lapangan. "Manfaat kerrjasama ini terutama memotivasi petani untuk meningkatkan produksi padi, jagung, dan kedele," jelas Dandim Bima Santosa.
Sesuai namanya, Bajatani (Bangga Jadi Petani), papar Dandim, agar petani bersemangat dalam memproduksi pangan. Sebab, kebutuhan pangan terus meningkat. "Kami juga berupaya menjembatani, pascapanen agar petani tidak kewalahan menjual hasil produksinya," tambahnya.
Pendiri Bajatani I Ketut Semadiyasa mengapresiasi kedatangan Dandim Bima Santosa dan jajaran. Kedatangan TNI nomor satu di Karangasem ini sangat menambah semangat untuk bertani. Paling tidak berupaya mengoptimalkan hasil produksi yang telah ditanam selama ini. Bajatani membina empat kelompok tani yakni Kelompok Bunga Gumitir beranggotakan 36 orang dipimpin I Ketut Semadiyasa, Kelompok Hortikultura beranggotakan 22 orang dipimpin I Gede Dirga, Kelompok Ikan beranggotakan 14 orang dipimpin I Nyoman Sangging dan Kelompok Jamur Tiram beranggotakan 26 orang dipimpin I Made Raka. "Satu hal yang membanggakan kami selama ini, bertanam kebutuhan pangan, hanya memanfaatkan pupuk organik, sehingga sangat baik untuk kesehatan dan nilai jualnya lebih tinggi di pasaran," jelas Semadiyasa.
Sarjana Administrasi Negara Fisip Universitas Panji Sakti (Unipas) Singaraja ini, mengatakan selama ini kelompok Bajatani telah bersafari ke sekolah-sekolah. Antara lain, SMKN 1 Amlapura, SMPN 2 Abang, SMPN 1 Abang, dan SMAN Bebandem. Tujuannya, mengajak siswa agar tidak malu-malu jadi petani. Petani yang profesional, dengan latar belakangan pengetahuan dan wawasan akan mampu berproduksi lebih optimal dibandingkan petani tradisional. Petani intelek memahami struktur tanah, cara menyuburkan tanah, takaran pupuk organik yang digunakan, serta mampu membaca peluang pasar. Misalnya, pemberian nutrisi kepada tanaman mesti tepat waktu, sebaiknya dilakukan di pagi hari. Sedangkan menyemprotkan insektisida cocoknya dilakukan sore atau malam hari, sebab hama akan muncul di malam hari. Sedangkan di siang hari hama bersembunyi di balik daun.
Tiga prinsip mesti dipahami sebagai petani yakni kerja keras, tepat, dan cepat. Selama ini petani tradisional hanya bisanya kerja keras. Namun sering didera gagal panen. Mestinya dicarikan solusi penyebab gagal panen itu. "Misalnya buah cabai banyak jatuh, mereka tidak tahu penyebabnya. Ini mesti cepat diantisipasi agar tidak mengalami kerugian lebih besar," katanya.
Persoalan paling rumit dihadapi petani, jelas Semadiyasa, mengusir hama burung. Padahal telah lama diciptakan alatnya yakni high protector, berupa cairan. Cairan itu cukup disemprotkan setiap sebulan sekali setelah padi tumbuh berbuah, burung tidak akan berani mendekat. "Cukup menyemprotkan dua kali, selama dua bulan, burung akan menjauh, karena tidak tahan dengan baunya," ujar I Ketut Semadiyasa sembari memperlihatkan cairan pengusir hama burung. Satu hal yang belum mampu diatasi, munculnya hama kepiting yang merusak batang padi. *k16
1
Komentar