Jarak SMA Negeri Jauh, Warga Pecatu Mesadu ke Bendesa
Sistem zonasi terkait penerimaan peserta didik baru (PPDB) membuat warga Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung merasa waswas.
MANGUPURA, NusaBali
Pasalnya, lokasi sekolah negeri yang sebagian berada di kawasan Nusa Dua tergolong cukup jauh. Sehingga, dikhawatirkan anak-anak mereka tidak mampu mengenyam pendidikan di sekolah negeri. Atas hal itu, sejumlah warga mendatangi Bendesa Adat Pecatu untuk mesadu (mengadu) dan mencari jalan tengah dalam menangani persoalan itu.
Bendesa Adat Pecatu, I Made Sumerta, mengungkapkan puluhan warga datang bergantian ke rumahnya sejak muncul polemik dalam PPDB system zonasi. Warga yang datang berkeluh kesah dan khawatir anak mereka kecil peluangnya diterima di SMA Negeri lantaran jarak sekolah dengan rumah jauh.
Desa Pecatu yang berada di ujung perbukitan sangat jauh dari dua SMA negeri yang ada di Kuta Selatan saat ini, yaitu SMAN 1 dan SMAN 2 Kutsel yang baru menerima siswa tahun ini.
Dia memaklumi adanya kekhawatiran warga tersebut mengingat lokasi desa yang jauh, tentu sistem zonasi yang diberlakukan akan dipenuhi oleh desa terdekat. Apalagi desa terdekat penduduknya cukup padat, seperti Desa Jimbaran dan Benoa. "Banyak masyarakat sudah datang ke sini untuk mengatakan bahwa peluang diterima di sekolah negeri sangat tipis dan harus menunggu sisa dari zonasi terdekat," kata Sumerta, Sabtu (7/7).
Masih menurut Sumerta, untuk SMAN 2 Kutsel yang berlokasi di Mumbul juga jaraknya lebih jauh dari Pecatu. Bahkan, di SMAN 2 itu, banyak warga yang juga ikut mendaftar, namun langsung tereliminasi karena tidak masuk zonasi.
Kendala seperti ini diharapkan bisa menemukan titik terang, sehingga warga yang ada di Desa Pecatu juga mendapat keadilan. Sementara saat ditanya terkait langkah agar dibangun SMA negeri baru, Sumerta mengaku belum ada yang mengarah ke sana. Namun, kalaupun ada agenda itu bisa dipertimbangkan. "Kalau usulan membangun sekolah di Pecatu, itu belum sampai ke sana. Karena kita tidak ingin malah muncul kesan ego sektoral. Tetapi kalau nantinya pemerintah ada keinginan seperti itu, sebaiknya dibangun di daerah Pecatu memang," tutupnya. *dar
Bendesa Adat Pecatu, I Made Sumerta, mengungkapkan puluhan warga datang bergantian ke rumahnya sejak muncul polemik dalam PPDB system zonasi. Warga yang datang berkeluh kesah dan khawatir anak mereka kecil peluangnya diterima di SMA Negeri lantaran jarak sekolah dengan rumah jauh.
Desa Pecatu yang berada di ujung perbukitan sangat jauh dari dua SMA negeri yang ada di Kuta Selatan saat ini, yaitu SMAN 1 dan SMAN 2 Kutsel yang baru menerima siswa tahun ini.
Dia memaklumi adanya kekhawatiran warga tersebut mengingat lokasi desa yang jauh, tentu sistem zonasi yang diberlakukan akan dipenuhi oleh desa terdekat. Apalagi desa terdekat penduduknya cukup padat, seperti Desa Jimbaran dan Benoa. "Banyak masyarakat sudah datang ke sini untuk mengatakan bahwa peluang diterima di sekolah negeri sangat tipis dan harus menunggu sisa dari zonasi terdekat," kata Sumerta, Sabtu (7/7).
Masih menurut Sumerta, untuk SMAN 2 Kutsel yang berlokasi di Mumbul juga jaraknya lebih jauh dari Pecatu. Bahkan, di SMAN 2 itu, banyak warga yang juga ikut mendaftar, namun langsung tereliminasi karena tidak masuk zonasi.
Kendala seperti ini diharapkan bisa menemukan titik terang, sehingga warga yang ada di Desa Pecatu juga mendapat keadilan. Sementara saat ditanya terkait langkah agar dibangun SMA negeri baru, Sumerta mengaku belum ada yang mengarah ke sana. Namun, kalaupun ada agenda itu bisa dipertimbangkan. "Kalau usulan membangun sekolah di Pecatu, itu belum sampai ke sana. Karena kita tidak ingin malah muncul kesan ego sektoral. Tetapi kalau nantinya pemerintah ada keinginan seperti itu, sebaiknya dibangun di daerah Pecatu memang," tutupnya. *dar
Komentar