Ngurah Gede dan Arya Wibawa Kandidat Pendamping Jaya Negara
Dua kader senior PDIP dijagokan menjadi tandem I Gusti Ngurah Jaya Negara di posisi Calon Wakil Walikota (Cawawali) Denpasar untuk Pilkada 2020.
DENPASAR, NusaBali
Kedua kandidat Cawawali ini adalah I Gusti Ngurah Gede (Ketua DPC PDIP yang kini Ketua DPRD Denoasar) dan Kadek Agus Arya Wibawa (Sekretaris DPC PDIP yang kini anggota DPRD Denpasar).
PDIP sudah hampir pasti akan usung IGN Jaya Negara sebagai Calon Walikota (Cawali) Denpasar ke Pilkada 2020. Jaya Negara adalah politisi asal Desa Penatih, Kecamatan Denpasar Timur yang kini menjabat Sekretaris DPD PDIP Bali dan dua kali periode menjadi Wakil Walikota Denpasar. Nah, tandemnya di posisi Cawawali Denpasar yang masih jadi ajang rebutan.
Sebagai pemegang suara mayoritas DPRD Denpasar hasil Pileg 2019, PDIP pastikan akan usung kombinasi paket Kader-Kader sebagai pasangan Cawali-Cawawali ke Pilkada Denpasar 2020. Berdasarkan wacana yang berkembang dalam Konferensi Cacang (Konfercab) PDIP Denpasar di Inna The Grand Bali Beach Hotel, Sanur, Sabtu (6/7) lalu, muncul nama I Gusti Ngurah Gede dan Kadek Agus Arya Wibawa sebagai kandidat Cawawali pendamping Jaya Negara.
"Pilihannya antara I Gusti Ngurah Gede dan Kadek Agus Arya Wibawa. PDIP pastikan usung paket Kader-Kader, karena memiliki suara mayoritas di Denpasar hasil Pileg 2019," ujar salah satu kader senior PDIP kepada NusaBali di Denpasar, Senin (8/7).
Ngurah Gede adalah politisi senior asal Kelurahan Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur yang saat ini menjabat Ketua DPC PDIP sekaligus Ketua DPRD Denpasar. Sementara Kadek Agus Arya Wibawa adalah politisi asal Desa Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan yang kini menjabat Sekretaris DPC PDIP dan Ketua Fraksi PDIP DPRD Denpasar. Arya Wibawa sendiri sudah 4 periode dduduk di DPRD Denpasar.
Menurut sumber tadi, baik dari sisi kemampuan maupun basis massa, kekuatan Ngurah Gede dan Arya Wibawa hampir sama. Kalau bicara pemetaan wilayah, maka sebaiknya Arya Wibawa yang maju sebagai tandem Jaya Negara di posisi Cawawali, karena dia berasal dari kawasan Denpasar Selatan. Sedangkan Ngurah Gede, asalnya sama dengan Jaya Negara, yakni kawasan Denpasar Timur.
"Tapi, kalau Ibu Megawati (Ketua Umum DPP PDIP, Red) punya keputusan, apa pun bisa terjadi. Yang jelas, pilihan idealnya antara Ngurah Gede dan Arya Wibawa. Keduanya sama-sama kuat dan layak menjadi tandem Jaya Negara," tegas sumber tersebut.
Benarkah? Saat dikonfirmasi Nusa Bali, Senin kemarin, Arya Wibawa mengatakan semua masih jauh prosesnya. Sejauh ini, belum ada pembahasan khusus Pilkada Denpasar 2020 di internal PDIP. "Masih jauh prosesnya. Sebagai kader partai, saya mengikuti proses saja," tegas Arya Wibawa.
Mantan Ketua PAC PDIP Denpasar Selatan ini menyebutkan, sebagai kader, dirinya siap ditugaskan partai di mana saja. Namun, penentuan posisi Cawali dan Cawawali Denpasar itu sepenuhnya kewenangan pusat dan ada mekanismenya. "Kalau ditugaskan, saya siap. Tapi, prosesnya masih panjang itu. Kita hormati mekanisme dan keputusan partai," jelas Arya Wibawa.
Sementara itu, Ngurah Gede mengatakan dalam Konfercab PDIP 2019, memang ada aspirasi agar partrainya mengusung paket Kader-Kader sebagai Cawali-Cawawali ke Pilkada Denpasar 2020. Aspirasi tersebut merupakan usulan dari seluruh PAC PDIP, yakni PAC PDIP Denpasar Timur, PAC PDIP Denpasar Utara, PAC PDIP Denpasar Barat, dan PAC PDIP Denpasar Selatan.
“Tapi, belum ada menyebutkan nama saat Konfercab PDIP Denpasar kemarin," papar Ngurah Gede saat dikonfirmasi terpisah, Senin kemarin. Disinggung soal munculnya nama Arya Wibawa dan Ngurah Gede, dia enggan berkomentar. "Ah, jangan menyebut nama dulu. Ada mekanismenya. Kami tunduk dan taat asas. Kan ada proses di partai, kita tunggu," dalih Ngurah Gede.
Menurut Ngurah Gede, dalam penjaringan calon untuk Pilkada Denpasar 2020 nanti, akan ada proses mendengar aspirasi tokoh masyarakat dan kader di bawah. Selaku kader, Ngurah Gede akan tunduk dengan perintah partai. “Apa pun keputusan partai, kader wajib melaksanakannya. Kita taat dengan perintah partai. Saya pribadi siap kalau sudah perintah partai," tegas mantan Ketua PAC PDIP Denpasar Timur ini.
Berdasarkan hasil pileg 2019, PDIP menjadi satu-satunya parpol yang berhak mengusung paket calon secara mandiri di Pilkada Denpasar 2020, tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. Pasalnya, PDIP mendominasi 22 kursi dari total 45 kursi DPRD Denpasar hasi Pileg 2019 atau kuasai 48,89 persen suara parlemen.
Sedangkan Golkar di posisi kedua dengan 8 kursi DPRD Denpasar atau kuasai 17,78 persen suara parlemen. Selanjutnya, Demokrat berada di peringkat ketiga dengan 4 kursi DPRD Denpasar (atau 8,89 persen suara parlemen), disusul Gerindra (4 kursi DPRD Denpasar/8,89 persen suara parlemen), NasDem (3 kursi DPRD Denpasar/6,67 persen suara parlemen), Hanura (2 kursi DPRD Denpasar/4,44 persen suara parlemen), dan PSI (2 kursi DPRD Denpasar/4,44 persen suara parle-men). *nat
PDIP sudah hampir pasti akan usung IGN Jaya Negara sebagai Calon Walikota (Cawali) Denpasar ke Pilkada 2020. Jaya Negara adalah politisi asal Desa Penatih, Kecamatan Denpasar Timur yang kini menjabat Sekretaris DPD PDIP Bali dan dua kali periode menjadi Wakil Walikota Denpasar. Nah, tandemnya di posisi Cawawali Denpasar yang masih jadi ajang rebutan.
Sebagai pemegang suara mayoritas DPRD Denpasar hasil Pileg 2019, PDIP pastikan akan usung kombinasi paket Kader-Kader sebagai pasangan Cawali-Cawawali ke Pilkada Denpasar 2020. Berdasarkan wacana yang berkembang dalam Konferensi Cacang (Konfercab) PDIP Denpasar di Inna The Grand Bali Beach Hotel, Sanur, Sabtu (6/7) lalu, muncul nama I Gusti Ngurah Gede dan Kadek Agus Arya Wibawa sebagai kandidat Cawawali pendamping Jaya Negara.
"Pilihannya antara I Gusti Ngurah Gede dan Kadek Agus Arya Wibawa. PDIP pastikan usung paket Kader-Kader, karena memiliki suara mayoritas di Denpasar hasil Pileg 2019," ujar salah satu kader senior PDIP kepada NusaBali di Denpasar, Senin (8/7).
Ngurah Gede adalah politisi senior asal Kelurahan Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur yang saat ini menjabat Ketua DPC PDIP sekaligus Ketua DPRD Denpasar. Sementara Kadek Agus Arya Wibawa adalah politisi asal Desa Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan yang kini menjabat Sekretaris DPC PDIP dan Ketua Fraksi PDIP DPRD Denpasar. Arya Wibawa sendiri sudah 4 periode dduduk di DPRD Denpasar.
Menurut sumber tadi, baik dari sisi kemampuan maupun basis massa, kekuatan Ngurah Gede dan Arya Wibawa hampir sama. Kalau bicara pemetaan wilayah, maka sebaiknya Arya Wibawa yang maju sebagai tandem Jaya Negara di posisi Cawawali, karena dia berasal dari kawasan Denpasar Selatan. Sedangkan Ngurah Gede, asalnya sama dengan Jaya Negara, yakni kawasan Denpasar Timur.
"Tapi, kalau Ibu Megawati (Ketua Umum DPP PDIP, Red) punya keputusan, apa pun bisa terjadi. Yang jelas, pilihan idealnya antara Ngurah Gede dan Arya Wibawa. Keduanya sama-sama kuat dan layak menjadi tandem Jaya Negara," tegas sumber tersebut.
Benarkah? Saat dikonfirmasi Nusa Bali, Senin kemarin, Arya Wibawa mengatakan semua masih jauh prosesnya. Sejauh ini, belum ada pembahasan khusus Pilkada Denpasar 2020 di internal PDIP. "Masih jauh prosesnya. Sebagai kader partai, saya mengikuti proses saja," tegas Arya Wibawa.
Mantan Ketua PAC PDIP Denpasar Selatan ini menyebutkan, sebagai kader, dirinya siap ditugaskan partai di mana saja. Namun, penentuan posisi Cawali dan Cawawali Denpasar itu sepenuhnya kewenangan pusat dan ada mekanismenya. "Kalau ditugaskan, saya siap. Tapi, prosesnya masih panjang itu. Kita hormati mekanisme dan keputusan partai," jelas Arya Wibawa.
Sementara itu, Ngurah Gede mengatakan dalam Konfercab PDIP 2019, memang ada aspirasi agar partrainya mengusung paket Kader-Kader sebagai Cawali-Cawawali ke Pilkada Denpasar 2020. Aspirasi tersebut merupakan usulan dari seluruh PAC PDIP, yakni PAC PDIP Denpasar Timur, PAC PDIP Denpasar Utara, PAC PDIP Denpasar Barat, dan PAC PDIP Denpasar Selatan.
“Tapi, belum ada menyebutkan nama saat Konfercab PDIP Denpasar kemarin," papar Ngurah Gede saat dikonfirmasi terpisah, Senin kemarin. Disinggung soal munculnya nama Arya Wibawa dan Ngurah Gede, dia enggan berkomentar. "Ah, jangan menyebut nama dulu. Ada mekanismenya. Kami tunduk dan taat asas. Kan ada proses di partai, kita tunggu," dalih Ngurah Gede.
Menurut Ngurah Gede, dalam penjaringan calon untuk Pilkada Denpasar 2020 nanti, akan ada proses mendengar aspirasi tokoh masyarakat dan kader di bawah. Selaku kader, Ngurah Gede akan tunduk dengan perintah partai. “Apa pun keputusan partai, kader wajib melaksanakannya. Kita taat dengan perintah partai. Saya pribadi siap kalau sudah perintah partai," tegas mantan Ketua PAC PDIP Denpasar Timur ini.
Berdasarkan hasil pileg 2019, PDIP menjadi satu-satunya parpol yang berhak mengusung paket calon secara mandiri di Pilkada Denpasar 2020, tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. Pasalnya, PDIP mendominasi 22 kursi dari total 45 kursi DPRD Denpasar hasi Pileg 2019 atau kuasai 48,89 persen suara parlemen.
Sedangkan Golkar di posisi kedua dengan 8 kursi DPRD Denpasar atau kuasai 17,78 persen suara parlemen. Selanjutnya, Demokrat berada di peringkat ketiga dengan 4 kursi DPRD Denpasar (atau 8,89 persen suara parlemen), disusul Gerindra (4 kursi DPRD Denpasar/8,89 persen suara parlemen), NasDem (3 kursi DPRD Denpasar/6,67 persen suara parlemen), Hanura (2 kursi DPRD Denpasar/4,44 persen suara parlemen), dan PSI (2 kursi DPRD Denpasar/4,44 persen suara parle-men). *nat
Komentar