3 SMA Tak Dapat Siswa, 1 Terancam Tutup
SMA Kertha Wisata Tabanan tahun 2019 ini tidak menerima siswa baru. Di sekolah tersebut sekarang ini juga sudah tidak ada siswa kelas II dan III.
PPDB SMA Swasta di Kabupaten Tabanan
TABANAN, NusaBali
Meskipun telah diterapkan zonasi oleh pemerintah dengan tujuan pemerataan, tiga SMA swasta di Kabupaten Tabanan merana. Mereka tidak mendapatkan siswa untuk tahun pembelajaran 2019/2020. Bahkan satu sekolah terancam tutup. Kondisi ini terjadi karena diberlakukan sistem zonasi yang disinyalir tak konsisten.
Tiga SMA yang tidak mendapat siswa dalam PPDB 2019 adalah SMA PGRI 6 Bajera, SMA Kertha Wisata, dan SMA TP 45 Tabanan. Sementara satu sekolah yang terancam tutup adalah SMA Kertha Wisata.
Kepala SMA Kertha Wisata I Gede Wayan Arka mengatakan sekolah yang dipimpinnya tahun 2019 ini tidak menerima siswa. Lagi pula sekarang ini sudah tidak ada siswa kelas II dan kelas III. “Kelas III sudah tamat sejumlah 12 orang tahun ini, jadi kami putuskan tidak menerima siswa tahun pembelajaran 2019/2020,” ujarnya, Senin (8/7).
Kata dia, kondisi ini sudah dilaporkan ke yayasan saat rapat. Terkait dengan kelanjutan proses belajar mengajar di SMA Kertha Wisata tersebut belum diketahui. “Gimana kelanjutannya ini saya tidak tahu, itu keputusan yayasan. Apakah ditutup atau gimana ini saya tidak tahu,” imbuhnya.
Arka menjelaskan, SMA Kertha Wisata berdiri tahun 1987. Masa jayanya tahun 2000-an. Saat itu SMA Kertha Wisata sampai mendapatkan 6 kelas. “Sudah 33 tahun sekolah kami, dan menamatkan siswa sampai 3.000-an orang,” tegasnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala SMA TP 45 Tabanan I Made Purna. Diakuinya tahun 2019 pihaknya tidak mendapatkan siswa. Kalaupun ada yang mendaftar tidak sesuai standar atau kurang dari 20 orang, pihaknya tidak akan menerima. “Ini terkait pembiayaan, kalau kurang dari standar tidak kami terima,” jelas Purna. Meski demikian SMA TP 45 Tabanan masih memiliki siswa kelas III sebanyak 8 orang.
Diakui Purna, selama proses penerimaan peserta didik baru (PPDB), hanya satu orangtua saja yang menanyakan pendaftaran. Dan itupun hanya sekadar, belum ada kepastian. “Ya hanya satu orang saja yang tanya-tanya, kami ya pasrah saja,” tutur Purna.
Sementara itu, Kepala SMA PGRI 6 Bajera I Putu Adi Adnyana Negara menjelaskan sesuai dengan rapat yayasan dan komite tahun pembelajaran 2019/2020 tidak menerima siswa. Karena tahun 2019 tidak ada siswa yang mendaftar. “Maka dari itu, sesuai keputusan rapat, kami tidak menerima siswa tahun ini,” ujarnya.
Diterangkannya, selama proses PPDB sama sekali belum ada siswa yang mendaftar. Kalau pun nanti ada pendaftar namun jumlahnya tidak mencapai batas minimal atau lebih dari 20 orang, pendaftar tidak diterima atau terpaksa ditolak. “Kalau kurang dari itu percuma, karena tidak akan masuk dalam dapodik (data pokok pendidikan),” akunya.
Negara menambahkan pada tahun ajaran 2018/2019, SMA PGRI 6 Bajera kebagian siswa hanya 6 orang. Akan tetapi karena sedikit, pihak sekolah menyarankan sekolah di negeri. Sehingga tahun 2018 tidak ada kelas II. “Jadi sekarang kami hanya memiliki siswa kelas III saja berjumlah 21 orang," bebernya.
Padahal, menurut Negara, tahun 1998-2009 siswa yang mendaftar cukup banyak. Hingga SMA PGRI 6 Tabanan mendapatkan siswa dua kelas. Tetapi mulai tahun 2010 siswa yang berminat ke SMA 6 PGRI Bajera terus menurun. “Mulai sedikit peminat sejak SMKN 3 Tabanan dibangun,” tandasnya. *des
1
Komentar