Imam Pertama Asli Bali Rayakan 50 Tahun Imamat
Putra pertama asli Bali yang menjadi imam Gereja Katolik, Romo Drs Servatius Subhaga, SVD, 81, rayakan 50 tahun menjadi imam Gereja Katolik, pada Selasa (9/7) hari ini.
DENPASAR, NusaBali
Memeriahkan syukuran imamat dari rohaniawan Katolik kelahiran Tuka, Badung 23 Maret 1938 itu diawali dengan bedah buku dan Salve Agung dan berlanjut dengan perayaan ekaristi meriah di Gereja Gembala Baik, Ubung Denpasar Utara, pada Senin (8/7) sore.
Disela kegiatan yang berlangsung kemarin sore itu, putra dari pasangan Hindu, I Wayan Gulis dan Ni Made Rente ini mengungkapkan banyak hal dalam perjalanan hidupnya menjadi seorang imam Gereja Katolik. Salah satu hal yang diteknkannya adalah di manapun agama itu berada harus menyapa budaya setempat.
"Jangan bawa budaya Vatikan ke Bali. Jangan bawa budaya Flores ke Bali. Di tengah heterogenya umat Katolik dan homogennya umat Hindu di situlah harmonisasi harus dicapai. Iman Katolik harus terus menerus membuka ruang dialog dengan budaya Bali sehingga iman Katolik itu benar-benar berakar dan membumi di Bali," tutur Romo dengan nama asli I Nyoman Rongsong ini.
Saat ini, Romo Subhaga terus berupaya dialog budaya antara ajaran gereja dengan kebudayaan Bali. Menurutnya, inkulturasi itu tidak mudah. Agama itu hanya satu tetapi dia harus berjumpa dengan ribuan hadirat. Di Bali, hal itu memang benar adanya.
Dalam hal inkulturasi Romo Subhaga terus mengubah dan mengakarkan ajara gereja ke dalam budaya Bali. Beberapa karyanya antara lain Tarian Yesus Gembala Baik, Magnificat dan Pemuji Bunda Maria yang pernah dipentaskan di Pesta Kesenian Bali beberapa tahun lalu. Para penarinya adalah para gadis beragama Hindu dengan struktur pewartaan yang jelas.
Selain itu, Romo Subhaga juga memasukkan unsur seni dan budaya Bali ke dalam tata liturgi Gereja Katolik yang sangat kental. Bangunan Gereja Katolik baik yang ada di Jalan Kepundung Denpasar, maupun yang ada di Ubung Denpasar dibangunnya sangat kaya dengan simbol-simbol Bali.
"Tantangan terbesar adalah bagaimana proses inkulturasi itu dilakukan. Agama Hindu sangat homogen, sementara umat Katolik di Bali itu sangat heterogen. Makanya saya menyelenggarakan Saint Joseph Harmony Festival. Festival pertama digelar 8 tahun lalu," tanda Romo Subhaga.*pol
Disela kegiatan yang berlangsung kemarin sore itu, putra dari pasangan Hindu, I Wayan Gulis dan Ni Made Rente ini mengungkapkan banyak hal dalam perjalanan hidupnya menjadi seorang imam Gereja Katolik. Salah satu hal yang diteknkannya adalah di manapun agama itu berada harus menyapa budaya setempat.
"Jangan bawa budaya Vatikan ke Bali. Jangan bawa budaya Flores ke Bali. Di tengah heterogenya umat Katolik dan homogennya umat Hindu di situlah harmonisasi harus dicapai. Iman Katolik harus terus menerus membuka ruang dialog dengan budaya Bali sehingga iman Katolik itu benar-benar berakar dan membumi di Bali," tutur Romo dengan nama asli I Nyoman Rongsong ini.
Saat ini, Romo Subhaga terus berupaya dialog budaya antara ajaran gereja dengan kebudayaan Bali. Menurutnya, inkulturasi itu tidak mudah. Agama itu hanya satu tetapi dia harus berjumpa dengan ribuan hadirat. Di Bali, hal itu memang benar adanya.
Dalam hal inkulturasi Romo Subhaga terus mengubah dan mengakarkan ajara gereja ke dalam budaya Bali. Beberapa karyanya antara lain Tarian Yesus Gembala Baik, Magnificat dan Pemuji Bunda Maria yang pernah dipentaskan di Pesta Kesenian Bali beberapa tahun lalu. Para penarinya adalah para gadis beragama Hindu dengan struktur pewartaan yang jelas.
Selain itu, Romo Subhaga juga memasukkan unsur seni dan budaya Bali ke dalam tata liturgi Gereja Katolik yang sangat kental. Bangunan Gereja Katolik baik yang ada di Jalan Kepundung Denpasar, maupun yang ada di Ubung Denpasar dibangunnya sangat kaya dengan simbol-simbol Bali.
"Tantangan terbesar adalah bagaimana proses inkulturasi itu dilakukan. Agama Hindu sangat homogen, sementara umat Katolik di Bali itu sangat heterogen. Makanya saya menyelenggarakan Saint Joseph Harmony Festival. Festival pertama digelar 8 tahun lalu," tanda Romo Subhaga.*pol
1
Komentar