Seratusan Home Stay Ditata Sesuai Paket Wisata
Buleleng Home Stay Asosiation (Buhsa) yang mewadahi seratuan home stay di Buleleng saat ini sedang gencar mendukung pemerintah membangun pariwisata berbasis masyarakat.
SINGARAJA, NusaBali
Pengelola sekitar seratusan home stay mulai merancang standar paket wisata sesuai dengan atraksi wisata di daerahnya.
Hal tersebut dibahas saat peresmian Buhsa Kabupaten Buleleng oleh Dinas Pariwisata, Selasa (9/7) pagi. Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, Nyoman Sutrisna menyambut baik upaya masyarakat yang memiliki usaha home stay. Karena mereka telah sadar diri membentuk organisasi untuk memudahkan koordinasi dan menyatukan pemahaman dalam hal pengelolaan home stay. Sejauh ini di Buleleng juga sudah ada 110 home stay tersebar di sembilan kecamatan di Buleleng. Home stay terbanyak sejauh ini masih ada di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Desa Munduk, Kecamatan Banjar, dan Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak. Selain itu ada beberapa di sejumlah desa di Buleleng.
“Sejauh ini minat masyarakat memanfaatkan kamar di rumahnya untuk tempat singgah wisatawan memang cukup tinggi. Bahkan tahun 2018, salah satu home stay di Sudaji mendapat predikat home stay terbaik nasional,” jelas Sutrisna. Keberadaan home stay selama ini juga menjawab keinginan pemerintah dalam hal pemberdayaan masyarakat dalam dunia pariwisata.
Hanya saja sejauh ini home stay yang ada belum terorganisir dengan baik. Bahkan belum memiliki standar yang jelas baik harga maupun paket wisata yang ditawarkan. Melalui terbentuknya Buhsa ini, Sutrisna berharap seluruh home stay satu pemahaman dalam menetapkan standar harga, pelayanan dan seluruh hal yang menyangkut SOP (standar operasional dan prosedur). “Melalui Buhsa ini coba nanti dirancang paket wisatanya masing-masing home stay punya standar jangan sampai ada ketimpangan harga, ini secara bertahap akan dilakukan penataan agar punya dasar hukum yang kuat dan regulasi yang jelas,” imbuh pejabat yang Kelian Desa Pakraman Buleleng ini.
Ketua Buhsa Buleleng Nyoman Dini Andiani, SSTPar MPar, ditemui usai peresmian, mengatakan sejauh ini Buhsa memang sangat urgent dibentuk dalam hal pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Dalam pengelolaan home stay yang menyisihkan beberapa kamar dari rumah yang ditinggali masyarakat akan langsung menjadi aktor dan operator. “Pariwisata itu tidak boleh hanya dinikmati hotel besar saja, tetapi juga home stay. Sebagai unsur penting dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Sehingga semua bisa menikmati kue pariwisata di Bali,” ucap Dini.
Dosen Undiksha mengatakan, Buhsa akan mewadahi home stay di Buleleng agar bisa bersinergi satu dengan yang lain. Selain itu, Buhsa akan bergerak dalam rancangan paket wisata hingga setiap home stay memiliki kekhasan pelayanan. Dia mengaku akan menjajaki 31 desa wisata dan 86 Destinasi Tempat Wisata (DTW) di Buleleng untuk didorong membuka home stay.
Sementara itu, Bidang Pembinaan Home Stay PHRI Buleleng Yeti Susanti menyambut baik terbentuknya Buhsa di Buleleng. Ke depan, pihaknya berharap Buhsa dapat duduk bersama untuk membahas pariwisata Buleleng yang lebih baik. “Kami PHRI senang karena banyak komponen masyarakat sadar pariwisata,’’ ujarnya.*k23
Hal tersebut dibahas saat peresmian Buhsa Kabupaten Buleleng oleh Dinas Pariwisata, Selasa (9/7) pagi. Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, Nyoman Sutrisna menyambut baik upaya masyarakat yang memiliki usaha home stay. Karena mereka telah sadar diri membentuk organisasi untuk memudahkan koordinasi dan menyatukan pemahaman dalam hal pengelolaan home stay. Sejauh ini di Buleleng juga sudah ada 110 home stay tersebar di sembilan kecamatan di Buleleng. Home stay terbanyak sejauh ini masih ada di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Desa Munduk, Kecamatan Banjar, dan Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak. Selain itu ada beberapa di sejumlah desa di Buleleng.
“Sejauh ini minat masyarakat memanfaatkan kamar di rumahnya untuk tempat singgah wisatawan memang cukup tinggi. Bahkan tahun 2018, salah satu home stay di Sudaji mendapat predikat home stay terbaik nasional,” jelas Sutrisna. Keberadaan home stay selama ini juga menjawab keinginan pemerintah dalam hal pemberdayaan masyarakat dalam dunia pariwisata.
Hanya saja sejauh ini home stay yang ada belum terorganisir dengan baik. Bahkan belum memiliki standar yang jelas baik harga maupun paket wisata yang ditawarkan. Melalui terbentuknya Buhsa ini, Sutrisna berharap seluruh home stay satu pemahaman dalam menetapkan standar harga, pelayanan dan seluruh hal yang menyangkut SOP (standar operasional dan prosedur). “Melalui Buhsa ini coba nanti dirancang paket wisatanya masing-masing home stay punya standar jangan sampai ada ketimpangan harga, ini secara bertahap akan dilakukan penataan agar punya dasar hukum yang kuat dan regulasi yang jelas,” imbuh pejabat yang Kelian Desa Pakraman Buleleng ini.
Ketua Buhsa Buleleng Nyoman Dini Andiani, SSTPar MPar, ditemui usai peresmian, mengatakan sejauh ini Buhsa memang sangat urgent dibentuk dalam hal pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Dalam pengelolaan home stay yang menyisihkan beberapa kamar dari rumah yang ditinggali masyarakat akan langsung menjadi aktor dan operator. “Pariwisata itu tidak boleh hanya dinikmati hotel besar saja, tetapi juga home stay. Sebagai unsur penting dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Sehingga semua bisa menikmati kue pariwisata di Bali,” ucap Dini.
Dosen Undiksha mengatakan, Buhsa akan mewadahi home stay di Buleleng agar bisa bersinergi satu dengan yang lain. Selain itu, Buhsa akan bergerak dalam rancangan paket wisata hingga setiap home stay memiliki kekhasan pelayanan. Dia mengaku akan menjajaki 31 desa wisata dan 86 Destinasi Tempat Wisata (DTW) di Buleleng untuk didorong membuka home stay.
Sementara itu, Bidang Pembinaan Home Stay PHRI Buleleng Yeti Susanti menyambut baik terbentuknya Buhsa di Buleleng. Ke depan, pihaknya berharap Buhsa dapat duduk bersama untuk membahas pariwisata Buleleng yang lebih baik. “Kami PHRI senang karena banyak komponen masyarakat sadar pariwisata,’’ ujarnya.*k23
1
Komentar