Transaksi Non Tunai kian Digemari
Pusat belanja dan peritel di Bali didorong meningkatkan transaksi non tunai yang dalam lima bulan pertama 2019 menembus transaksi Rp 10,76 triliun.
Kebiasaan dan Gangguan Mesin Jadi Kendala
DENPASAR,NusaBali
Transaksi elektronik atau pembayaran non tunai di Bali, terus menunjukkan kemajuan. Data dari Bank Indonesia, hingga Mei 2019 jumlah Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) di Bali sebanyak 2.995.520, dengan nominal mencapai Rp 10,76 triliun dari 10,78 juta transaksi.
Rincian transaksi APMK tersebut di antaranya transaksi kartu debet sebanyak Rp 8,29 triliun, dari 9,10 juta transaksi. Terdiri dari 317.747 unit kartu ATM, kartu debet 2.316.714 unit dan kartu kredit 361.059 sebanyak Rp 2,46 triliun dengan volume transaksi 1,67 juta transaksi. Sedangkan jumlah mesin ATM di Bali sebanyak 3.277 unit.
Hal tersebut tersebut terungkap di sela-sela pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali (KPw) Bi Bali, Rabu (10/7). FGD melibatkan pihak pebisnis ritel dan pusat perbelanjaan dan perbankan di Bali, sebagai salah satu pihak yang terkait dengan transaksi.
Deputi Direktur Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Bali (KPw BI) Bali Teguh Setiadi, menyebutkan data tersebut menunjukkan adanya kemajuan. “Perluasan elektronifikasi dengan implementasi penggunaan instrumen non tunai baik APMK dan uang elektronik tidak hanya memerlukan keterlibatan Bank Indonesia sebagai regulator sistem pembayaran, namun juga dukungan dari pelaku industri sistem pembayaran dan masyarakat,” ujar Teguh Setiadi.
Dia yakin transaksi non tunai akan terus mengalami peningkatan. Terutama di kalangan generasi mileneal. “Mereka lebih acepted,” ujarnya.
Dalam pertemuan tersebut mencuat sejumlah kendala terkait penerapan transaksi non tunai. Di antaranya habit atau perilaku masyarakat. “Masyarakat yang masih merasa kalau tak pegang uang tunai merasa kurang,” ujar Teguh Setiadi.
Sedang dari kalangan pelaku usaha, peritel gangguan mesin ADC karena gangguan sinyal, kadang jadi jadi kendala. Karena itulah, terpaksa konsumen yang sudah siap dengan transaksi non tunai, jadi kembali dilayani dengan transaksi konvensional atau tunai.
Terkait kendala tersebut, Teguh Setiadi menyarankan pihak bank menyediakan infrastruktur langsung ada gantinya. “Ada back up. Sehingga masyarakat lebih nyaman,” ujarnya. Jangan sampai sering gagal, sehingga masyrakat kapok untuk transaksi non tunai.
FGD dan Rakor tersebut, mempertemukan pihak perbankan di Bali dengan para pelaku bisnis ritel di Bali. “Tujuan pertemuan adalah agar transaksi non tunai lebih meningkat, membudaya dalam masyarakat kita,” ujarnya.
Kalangan pusat perbelanjaan atau swalayan mendukung implementasi lebih cepat transaksi non tunai. “Itu sesungguhnya di beberapa mall sudah jalan, seperti retribusi parkir,” ujar Sekretaris Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Zenzen Guisi Haimis.
Namun kalau ingin lebih luas lagi, tentu perlu program lebih lanjut, bersama antara pihak terkait seperti Bank Indonesia dengan APPBI. *k17
Komentar