3.019 Orang Idap HIV di Buleleng
Mayoritas usia pengidap antara 19-34 tahun dan dideteksi lebih banyak karena perilaku seks berisiko tinggi.
Pegiat dan Dinkes Lakukan Program Triple Eliminasi
SINGARAJA, NusaBali
Perkembangan kasus HIV/AIDS yang menjangkiti masyarakat terus merangkak naik. Bahkan di Buleleng sesuai dengan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali per Desember 2018 lalu, angkanya sudah mencapai 3.019 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) terakumulasi sejak tahun 1999.
Ketua Yayasan Citra Usada Indonesia (YCUI) Made Wibawa yang kerap disapa Riko, Kamis (11/7) kemarin menjelaskan, sebaran pengidap HIV di Buleleng masih didominasi di Kecamatan Buleleng. Mereka yang baru datang untuk mendapatkan pendampingan disebut Riko mendapatkan penyakit itu kebanyakan dari perilaku seks berisiko tinggi.
Dengan terus menjamurnya virus mematikan ini membuat seorang anak mendapatkan warisan penyakit ini dari orangtuanya. Seorang anak malang ditemukan terlahir dengan kondisi positif HIV di Kecamatan Seririt.
“Dari data yang kami dapat dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali memang masih rentan di usia produktif kisaran 19-34 tahun. Dan dari hasil pendampingan kami di lapangan, saat ini faktor penyebarannya masih di seks berisiko tinggi,” jelas dia.
Kenyataan tersebut kemudian membuatnya bersama penggiat HIV/AIDS di Buleleng melakukan program pendampingan khusus kepada orang berisiko tinggi, baik waitress di kafe atau dagang tuak. Selain memberikan edukasi, YCUI juga mendorong mereka untuk melakukan tes darah untuk pencegahan penularan sejak dini jika hasilnya positif.
Sementara itu penyakit yang kebanyakan dibawa dan dibagikan kembali oleh kaum adam kepada keluarganya juga dilakukan langkah antisipasi. YCUI bersama Dinas Kesehatan dan juga bidan desa juga menggalakkan program triple eliminasi. Program yang dicanangkan oleh WHO ini merupakan upaya pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu yang positif kepada bayi dalam kandungannya. Triple eliminasi itu meliputi penyakit sipilis, HIV dan hepatitis B.
“Jadi di program ini dengan instansi terkait termasuk bidan desa mengupayakan pendekatan kepada ibu-ibu hamil untuk mau melakukan tes darah. Selain juga pemberdayaan kader posyandu karena mereka yang bisa menjangkau lebih dekat. Sehingga jika ada yang terdeteksi bisa ditangani lebih cepat,” imbuh Riko.
Kasus HIV yang sudah menjangkiti manusia sejauh ini pun dipastikan oleh Riko masih merupakan pembunuh yang sangat ganas. Bahkan di tahun 2018 saja dari sejumlah ODHA yang didampingi YCUI Buleleng ada 12 orang di antaranya yang meninggal dunia akibat penyakit ini. *k23
Komentar