Siswa SLBN 1 Karangasem Pamerkan Karya di Art Centre
Siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Karangasem pamerkan hasil ketrampilan di Art Centre Denpasar, 6-7 Juli 2019.
AMLAPURA, NusaBali
Hasilnya, karya mereka laris manis. Terutama karya berupa bokoran berbahan batok kelapa. Karya lain yang dipamerkan yakni renda dan lukisan.
Kasek SLBN 1 Karangasem Mudi Dwikorahesti mengatakan selama dua hari mengikuti pameran mendapat apresiasi dari pengunjung. Bahkan para pengunjung mau mengoleksi karya siswa. Bokoran terbuat dari batok kelapa laris manis. “Bokor dari batok kelapa yang laris,” ungkap Mudi Dwikorahesti di Karangasem, Kamis (11/7). Para siswa membuat bokoran dengan pembinaan dari I Nyoman Sulatra, sedangkan merenda dibina Ni Wayan Nariati dan Ni Wayan Wetri.
Selama ikut pameran juga mendemonstrasikan cara merenda dan membuat bokoran dari batok kelapa. Sehingga pengunjung paham cara membuatnya. Kedua jenis produk itu dibuat cukup rumit sehingga perlu kesabaran menuntaskan satu buah hasil karya kerajinan. Sebelumnya, siswa SLBN 1 Karangasem menyabet gelar juara di Lomba Stand Pameran Tingkat Provinsi Bali 2018. Hanya saja saat Lomba Pameran Tingkat Nasional 2018, tidak ada nomor kerajinan berbahan batok kelapa.
Kerajinan bokoran batok kelapa melibatkan siswa SMP Luar Biasa dan SMA Luar Biasa dari kelompok B atau tuna rungu wicara. Sebelum membina siswa, terlebih dahulu mengajak sejumlah siswa menjalani pelatihan di Banjar Waliang, Desa Abang, Kecamatan Abang, di salah satu perajin batok kelapa. Setelah memahami cara mengolah batok kelapa jadi barang berharga, lanjut praktek di sekolah. Hasil kerajinan berbahan batok kelapa berupa bokoran, sokasi, lepekan, dan sejenisnya.
Siswa hanya menata batok kelapa sedangkan bahan baku dibeli di Banjar Waliang. Setelah hasilnya dinilai optimal dan layak ambil bagian dalam lomba, maka tahun 2018 ikut Lomba Stand Pameran Tingkat Provinsi Bali 2018 antar SLB se-Bali. SLB Negeri 1 Karangasem dinyatakan sebagai juara. Saat lomba, siswa SMA Luar Biasa Karangasem I Ketut Adnyana, yang tampil. Setelah meraih juara, maka lebih banyak siswa ikut pelatihan kerajinan batok kelapa. “Kami merasa bangga punya anak didik meski dengan keterbatasan fisik mereka mampu berkarya,” ungkap Mudi Dwikoraheti. *k16
Kasek SLBN 1 Karangasem Mudi Dwikorahesti mengatakan selama dua hari mengikuti pameran mendapat apresiasi dari pengunjung. Bahkan para pengunjung mau mengoleksi karya siswa. Bokoran terbuat dari batok kelapa laris manis. “Bokor dari batok kelapa yang laris,” ungkap Mudi Dwikorahesti di Karangasem, Kamis (11/7). Para siswa membuat bokoran dengan pembinaan dari I Nyoman Sulatra, sedangkan merenda dibina Ni Wayan Nariati dan Ni Wayan Wetri.
Selama ikut pameran juga mendemonstrasikan cara merenda dan membuat bokoran dari batok kelapa. Sehingga pengunjung paham cara membuatnya. Kedua jenis produk itu dibuat cukup rumit sehingga perlu kesabaran menuntaskan satu buah hasil karya kerajinan. Sebelumnya, siswa SLBN 1 Karangasem menyabet gelar juara di Lomba Stand Pameran Tingkat Provinsi Bali 2018. Hanya saja saat Lomba Pameran Tingkat Nasional 2018, tidak ada nomor kerajinan berbahan batok kelapa.
Kerajinan bokoran batok kelapa melibatkan siswa SMP Luar Biasa dan SMA Luar Biasa dari kelompok B atau tuna rungu wicara. Sebelum membina siswa, terlebih dahulu mengajak sejumlah siswa menjalani pelatihan di Banjar Waliang, Desa Abang, Kecamatan Abang, di salah satu perajin batok kelapa. Setelah memahami cara mengolah batok kelapa jadi barang berharga, lanjut praktek di sekolah. Hasil kerajinan berbahan batok kelapa berupa bokoran, sokasi, lepekan, dan sejenisnya.
Siswa hanya menata batok kelapa sedangkan bahan baku dibeli di Banjar Waliang. Setelah hasilnya dinilai optimal dan layak ambil bagian dalam lomba, maka tahun 2018 ikut Lomba Stand Pameran Tingkat Provinsi Bali 2018 antar SLB se-Bali. SLB Negeri 1 Karangasem dinyatakan sebagai juara. Saat lomba, siswa SMA Luar Biasa Karangasem I Ketut Adnyana, yang tampil. Setelah meraih juara, maka lebih banyak siswa ikut pelatihan kerajinan batok kelapa. “Kami merasa bangga punya anak didik meski dengan keterbatasan fisik mereka mampu berkarya,” ungkap Mudi Dwikoraheti. *k16
Komentar