Sesandan Haritage Genjot Yoga Bali Kuno
Desa Pakraman Sesandan lewat Pokdarwis Sesandan Haritage Desa Megati, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, kini bangkit kembali.
TABANAN, NusaBali
Mereka menggenjot kunjungan wisatawan dengan menggelar Festival Yoga Bali kuno. Lewat yoga ini ratusan wisatawan telah datang ke Desa Pakraman Sesandan. Ekonomi kerakyatan desa setempat pun perlahan maju, ditandati sejumlah warga telah membangun home stay. Ketua Pokdarwis Sesandan Haritage I Gede Sukarya mengatakan Festival Yoga Bali Kuno digelar sebagai langkah promosi untuk mendatangkan wisatawan ke Desa Megati. Kebetulan salah satu pengurus Pokdarwis sebagai pelatih Yoga Kuno dan mengawali mendirikan home stay. "Festival Yoga kami buat sebagai jembatan untuk menarik wisatawan, agar menikmati potensi yang ada di Desa Megati," ujarnya, Jumat (12/7).
Selain Yoga Bali Kuno sebagai ajang promosi, wisatawan juga dikenalkan dengan pencak silat yang zaman dulu disebut dengan Tengklung. Gerakan bela diri Tengklung ini bersifat universal dan ada gerakan seni yang berkaitan dengan Yoga Bali Kuno. "Maka dari itu Yoga dan Tengklung ini kami kemas sebagai daya tarik datangkan wisatawan," jelas Sukarya.
Festival yang melibatkan masyarakat dan siswa ini hanya digelar sehari. Namun tahun depan festival akan dibuat lebih besar. Karena festival kali ini dibuat mendadak disamping belum ada bantuan anggaran dari desa karena masih mengandalkan sponsor di Desa Pakraman Sesandan. "Makanya kami belum bisa merangkul perajin di desa atau pun kuliner potensi desa, namun tahun depan akan diprioritaskan," tegasnya.
Menurut Sukarya dengan adanya yoga dan home stay yang baru dipromosikan lewat internet, maka ratusan wisatawan sudah datang ke Desa Pakraman Sesandan. Disamping memang dukungan kondisi alam yang masih asri dan sawah yang terasering. Wisatawan yang datang bervariasi. Ada dari Australia, Kanada, India, Rusia dan Filipina. Para wisatawan ini sudah datang sejak tiga tahun baik berkelompok maupun secara individu. "Kalau sebulan sekitar 20 wisatawan yang datang," terangnya.
Dengan adanya kunjungan ini, Desa Megati mendapatkan SK Desa Wisata di tahun 2018. Bahkan ekonomi kerakyatan warga yang ada di Desa Pakraman Sesandan bangkit. Sebab saat ini beberapa warga telah mempunyai home stay. Ada enam titik lokasi dengan kapasitas 25 kamar. "Jadi hampir setiap hari ada wisatawan yang datang untuk menikmat alam Desa Pakraman Sesandan,"aku Sukarya.
Perbekel Desa Megati Wayan Sueca mengatakan ke depan akan mendukung kegiatan festival. Karena festival yang dibuat mendadak sehingga belum bisa menganggarkan di desa. Namun tahun depan dipastikan dianggarkan dan dibuat lebih besar. "Pada intinya kami masih mengandalkan inovasi dan kreatifitas pokdarwis dan kami akan selalu dukung," ujarnya.
Sueca mengaku akan kembangkan dan membuka keran-keran wisata baru supaya wisata yang ada bersinergi dan berkembang satu dengan yang lain. "Kami masih kembangkan saat ini baru ada di Banjar Sesandan saja, nanti kami kembangkan yang lain," tandasnya. *des
Selain Yoga Bali Kuno sebagai ajang promosi, wisatawan juga dikenalkan dengan pencak silat yang zaman dulu disebut dengan Tengklung. Gerakan bela diri Tengklung ini bersifat universal dan ada gerakan seni yang berkaitan dengan Yoga Bali Kuno. "Maka dari itu Yoga dan Tengklung ini kami kemas sebagai daya tarik datangkan wisatawan," jelas Sukarya.
Festival yang melibatkan masyarakat dan siswa ini hanya digelar sehari. Namun tahun depan festival akan dibuat lebih besar. Karena festival kali ini dibuat mendadak disamping belum ada bantuan anggaran dari desa karena masih mengandalkan sponsor di Desa Pakraman Sesandan. "Makanya kami belum bisa merangkul perajin di desa atau pun kuliner potensi desa, namun tahun depan akan diprioritaskan," tegasnya.
Menurut Sukarya dengan adanya yoga dan home stay yang baru dipromosikan lewat internet, maka ratusan wisatawan sudah datang ke Desa Pakraman Sesandan. Disamping memang dukungan kondisi alam yang masih asri dan sawah yang terasering. Wisatawan yang datang bervariasi. Ada dari Australia, Kanada, India, Rusia dan Filipina. Para wisatawan ini sudah datang sejak tiga tahun baik berkelompok maupun secara individu. "Kalau sebulan sekitar 20 wisatawan yang datang," terangnya.
Dengan adanya kunjungan ini, Desa Megati mendapatkan SK Desa Wisata di tahun 2018. Bahkan ekonomi kerakyatan warga yang ada di Desa Pakraman Sesandan bangkit. Sebab saat ini beberapa warga telah mempunyai home stay. Ada enam titik lokasi dengan kapasitas 25 kamar. "Jadi hampir setiap hari ada wisatawan yang datang untuk menikmat alam Desa Pakraman Sesandan,"aku Sukarya.
Perbekel Desa Megati Wayan Sueca mengatakan ke depan akan mendukung kegiatan festival. Karena festival yang dibuat mendadak sehingga belum bisa menganggarkan di desa. Namun tahun depan dipastikan dianggarkan dan dibuat lebih besar. "Pada intinya kami masih mengandalkan inovasi dan kreatifitas pokdarwis dan kami akan selalu dukung," ujarnya.
Sueca mengaku akan kembangkan dan membuka keran-keran wisata baru supaya wisata yang ada bersinergi dan berkembang satu dengan yang lain. "Kami masih kembangkan saat ini baru ada di Banjar Sesandan saja, nanti kami kembangkan yang lain," tandasnya. *des
Komentar