Kerajinan Bonggol Bambu, Dari Limbah Menjadi Berkah
Limbah bonggol bambu yang dianggap barang tak terpakai mampu disulap menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomi tinggi.
DENPASAR, NusaBali.com
Sejumlah ukiran wajah lelaki tua dari bonggol bambu bergantungan di sebuah dinding stand khusus Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di perhelatan Pekan Kesenian Bali ke-41 2019. Beberapa pengunjung yang hilir mudik sejenak berhenti di depannya untuk mengamati dan meraba detail ukirannya.
“Yang ini harganya berapa?” tanya Mustafa pengunjung dari Mojokerto menunjuk asbak rokok dari bonggol bambu dengan ukiran wajah di sisi luarnya. Ia tertarik dengan kerajinan asbak berukuran 20x15 cm tersebut dan bermaksud membelinya sebagai kenang-kenangan dari Bali
“Kalau yang ini harganya 50 ribu,” jawab Wirawan penjaga stand.
Tanpa berpikir panjang Mustafa langsung mengeluarkan uang pecahan 50 ribu. Asbak bonggol bambu pun berpindah tangan.
Mustafa akan memakai sendiri asbak tersebut dan diletakkan di ruang tamu rumahnya. “Unik sekali. Tak cuma dipakai tempat abu dan puntung rokok, tapi juga sebagai hiasan meja ruang tamu,” tuturnya, Selasa (09/07).
Asbak bonggol bambu yang dibeli Mustafa adalah salah satu produk kerajinan yang dipamerkan di perhelatan PKB 2019. Kerajinan berbahan limbah bambu tersebut adalah hasil karya Kadek Sudanco asal Desa Tembuku, Bangli.
Siapa sangka limbah yang selama ini dianggap barang tak terpakai di tangan Kadek Sudanco disulap menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomi tinggi. Dihubungi terpisah, Kadek Sudanco mengatakan hasil kerajinannya sudah diekspor ke sejumlah negara Asia seperti China, Jepang, dan Singapura juga sejumlah negara Eropa seperti Prancis, Inggris, dan Jerman.
Selain asbak, kerajinan limbah bambu yang ia bikin berupa topeng, kentongan, patung, miniatur bebek, dan lampu hias. Ukuran kerajinan yang ia buat pun beragam.
“Biasanya menyesuaikan pesanan. Untuk asbak berukuran 25x10 cm dan 25x15 cm, kentongan berukuran 40x60, patung berukuran 30x15 hingga 50x15,” jelas Kadek Sudanco. Harga yang ia banderol pun beragam, mulai dari 50 ribu sampai 700 ribu.
Kadek Sudanco sendiri mulai menekuni pembuatan kerajinan limbah bambu ini sejak 2004. “Awalnya ya iseng-iseng saja. Waktu itu banyak potongan akar bambu yang dibuang begitu saja. Dari potongan itu saya coba bikin patung,” kenang Kadek Sudanco.
Patung pertama yang ia bikin dari limbah bambu tersebut ternyata ada yang meminatinya dan membelinya dengan harga 1,5 juta. “Nominal yang lumayan besar untuk saat itu,” lanjut Kadek Sudanco.
Akhirnya, ia banting setir dari yang sebelumnya berprofesi sebagai pembuat Bade (tempat pengantar jenazah) memutuskan untuk menekuni profesi sebagai pengerajin limbah bambu. Kini Kadek Sudanco memiliki Art shop dikawasan Tegalalang, Ubud, Gianyar dan mempekerjakan puluhan karyawan.*
1
Komentar