Transaksi Non Tunai, Tekan Peredaran Uang Palsu
Kendati di Seririt, Buleleng, dihebohkan kasus uang palsu, temuan uang palsu di Bali dinyatakan menunjukkan tren menurun.
DENPASAR, NusaBali
Indikasi tersebut ditunjukkan dengan temuan uang palsu dalam tiga tahun terakhir, tahun 2016, 2017 dan 2018. Data dari Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali / KPw BI Bali menunjukkan rekor tertinggi temuan uang palsu tercatat 2016 lalu, yakni sebanyak 5.594 lembar. Tahun 2017 jumlah temuan menurun jadi 4.730 lembar. Menurun lagi pada tahun 2018 , ‘hanya’ 3.308 lembar. Sedang pada tahun 2019, hingga Juni lalu, jumlah temuan uang palsu 1.746 lembar.
Pihak BI Provinsi Bali, mengiyakan indikasi penurunan temuan uang palsu tersebut. “Kita tidak menyebut uang palsu, tetapi yang diragukan keasliannya,” ujar Deputi Direktur BI Provinsi Bali Teguh Setiadi.
Apakah penurunan temuan uang palsu berkorelasi dengan makin meningkatnya transaksi non tunai? Teguh Setiadi, mengiyakan kemungkinan tersebut. “Bisa saja,” ujarnya singkat. Untuk memastikan tentu perlu penelitian lebih lanjut.
Sebelumnya Teguh Setiadi menyatakan mendapatkan uang yang diragukan keasliannya adalah salah satu risiko yang dapat diminimalisir dengan penerapan transaksi non tunai. Karena itulah Bank Indonesia, selalu mendorong gerakan transaksi non tunai.
Sebelumnya pada tahun 2013 sampai dengan 2016, tren temuan uang palsu naik. Tahun 2013 temuan uang palsu 3.973 lembar, tahun 2014 naik menjadi 4.733 dan tahun 2015 , BI menemukan 4.744, sebelum record tertinggi 5.594 pada 2016 tersebut. *k17
Indikasi tersebut ditunjukkan dengan temuan uang palsu dalam tiga tahun terakhir, tahun 2016, 2017 dan 2018. Data dari Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali / KPw BI Bali menunjukkan rekor tertinggi temuan uang palsu tercatat 2016 lalu, yakni sebanyak 5.594 lembar. Tahun 2017 jumlah temuan menurun jadi 4.730 lembar. Menurun lagi pada tahun 2018 , ‘hanya’ 3.308 lembar. Sedang pada tahun 2019, hingga Juni lalu, jumlah temuan uang palsu 1.746 lembar.
Pihak BI Provinsi Bali, mengiyakan indikasi penurunan temuan uang palsu tersebut. “Kita tidak menyebut uang palsu, tetapi yang diragukan keasliannya,” ujar Deputi Direktur BI Provinsi Bali Teguh Setiadi.
Apakah penurunan temuan uang palsu berkorelasi dengan makin meningkatnya transaksi non tunai? Teguh Setiadi, mengiyakan kemungkinan tersebut. “Bisa saja,” ujarnya singkat. Untuk memastikan tentu perlu penelitian lebih lanjut.
Sebelumnya Teguh Setiadi menyatakan mendapatkan uang yang diragukan keasliannya adalah salah satu risiko yang dapat diminimalisir dengan penerapan transaksi non tunai. Karena itulah Bank Indonesia, selalu mendorong gerakan transaksi non tunai.
Sebelumnya pada tahun 2013 sampai dengan 2016, tren temuan uang palsu naik. Tahun 2013 temuan uang palsu 3.973 lembar, tahun 2014 naik menjadi 4.733 dan tahun 2015 , BI menemukan 4.744, sebelum record tertinggi 5.594 pada 2016 tersebut. *k17
1
Komentar