Metode Pengajaran Mapel Pancasila Diubah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengubah metode pengajaran mata pelajaran (Mapel) Pancasila dari sebelumnya mengedepankan pengetahuan menjadi penerapan.
JAKARTA, NusaBali
"Jadi metode pengajarannya berbeda untuk per jenjang, contohnya untuk kelas rendah seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga kelas dua SMP lebih pada pembentukan watak," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud, Totok Suprayitno di Jakarta, Rabu (10/7) lalu. Totok memberi contoh jika anak belajar gotong royong, maka mereka langsung diajarkan praktik gotong royong. Begitu juga untuk pelajaran empati, saling berbagi juga langsung pada praktik.
Sedangkan untuk kelas tiga SMP hingga SMA, yang diajarkan lebih pada pengetahuan. "Semakin tinggi kelasnya, tatarannya beda. Tapi sudah masuk pengetahuan di dalam pelajaran itu," tambah dia. Totok menambahkan untuk penilaian akan ada rapor karakter. Dalam rapor tersebut, tidak ada nilai, tetapi yang ada hanya rapor karakter.
Dalam rapor karakter juga anak tidak dihakimi apakah dia bodoh atau pintar, kamu baik atau jahat dan lainnya. Melainkan perkembangan anak dalam pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Dalam rapor itu, guru diminta untuk mendeskripsikan karakter anak, contohnya salah satu nilai Pancasila yakni empati yang dicerminkan melalui perilaku menolong teman yang membutuhkan. Hal tersebut selama ini belum berkembang. "Untuk tahap awal, masih masuk dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)," kata dia.
Dia berharap dari penanaman nilai-nilai Pancasila sejak dini, maka akan lahir generasi yang memiliki karakter Pancasila. Totok menyebut perubahan metode pengajaran itu akan dilakukan mulai tahun ini. Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Supriano mengatakan pihaknya akan melatih sebanyak 1.020 guru PKn mulai 15 Juli mendatang. Diharapkan guru-guru itu bisa mengubah metode pengajarannya dari sebelumnya berorientasi pada pengetahuan pada jenjang dasar menjadi penerapan nilai Pancasila.
Sementara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, mengatakan Kemendikbud melakukan penyempurnaan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). "Intinya mata pelajaran PPKn, kita sempurnakan," katanya usai peluncuran program penanaman nilai Pancasila di Jakarta, Rabu lalu
Program penanaman nilai Pancasila, kata dia, sudah melalui kajian yang cukup panjang selama tiga tahun. Peluncuran ini juga merupakan respons atas arahan Presiden mengenai pentingnya Pendidikan Pancasila yang tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi membentuk karakter dan kepribadian Pancasila.
Berdasarkan hasil evaluasi, selama ini guru lebih fokus pada memberikan materi berupa pengetahuan. Kemendikbud, kata Muhadjir, ingin pendidikan Pancasila, penekanannya lebih kepada penanaman nilai atau dengan kata lain harus lebih banyak pembentukan sikap.
"Kami harapkan ini sudah dapat diimplementasikan pada tahun ajaran baru yang akan datang. Khususnya bagi guru-guru yang mengajar Pancasila," katanya. Program Penanaman Nilai Pancasila akan difokuskan untuk mendorong perubahan dalam strategi pembelajaran, kurikulum inti dan urutan , serta pendekatan pendidikan Pancasila. Khususnya, dalam memperbaiki proses belajar mengajar agar tidak terlalu berfokus pada aspek pengetahuan. "Siswa tidak menjadi obyek, tetapi pelaku utama dalam proses penanaman nilai Pancasila itu," kata Mendikbud. *ant
"Jadi metode pengajarannya berbeda untuk per jenjang, contohnya untuk kelas rendah seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga kelas dua SMP lebih pada pembentukan watak," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud, Totok Suprayitno di Jakarta, Rabu (10/7) lalu. Totok memberi contoh jika anak belajar gotong royong, maka mereka langsung diajarkan praktik gotong royong. Begitu juga untuk pelajaran empati, saling berbagi juga langsung pada praktik.
Sedangkan untuk kelas tiga SMP hingga SMA, yang diajarkan lebih pada pengetahuan. "Semakin tinggi kelasnya, tatarannya beda. Tapi sudah masuk pengetahuan di dalam pelajaran itu," tambah dia. Totok menambahkan untuk penilaian akan ada rapor karakter. Dalam rapor tersebut, tidak ada nilai, tetapi yang ada hanya rapor karakter.
Dalam rapor karakter juga anak tidak dihakimi apakah dia bodoh atau pintar, kamu baik atau jahat dan lainnya. Melainkan perkembangan anak dalam pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Dalam rapor itu, guru diminta untuk mendeskripsikan karakter anak, contohnya salah satu nilai Pancasila yakni empati yang dicerminkan melalui perilaku menolong teman yang membutuhkan. Hal tersebut selama ini belum berkembang. "Untuk tahap awal, masih masuk dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)," kata dia.
Dia berharap dari penanaman nilai-nilai Pancasila sejak dini, maka akan lahir generasi yang memiliki karakter Pancasila. Totok menyebut perubahan metode pengajaran itu akan dilakukan mulai tahun ini. Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Supriano mengatakan pihaknya akan melatih sebanyak 1.020 guru PKn mulai 15 Juli mendatang. Diharapkan guru-guru itu bisa mengubah metode pengajarannya dari sebelumnya berorientasi pada pengetahuan pada jenjang dasar menjadi penerapan nilai Pancasila.
Sementara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, mengatakan Kemendikbud melakukan penyempurnaan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). "Intinya mata pelajaran PPKn, kita sempurnakan," katanya usai peluncuran program penanaman nilai Pancasila di Jakarta, Rabu lalu
Program penanaman nilai Pancasila, kata dia, sudah melalui kajian yang cukup panjang selama tiga tahun. Peluncuran ini juga merupakan respons atas arahan Presiden mengenai pentingnya Pendidikan Pancasila yang tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi membentuk karakter dan kepribadian Pancasila.
Berdasarkan hasil evaluasi, selama ini guru lebih fokus pada memberikan materi berupa pengetahuan. Kemendikbud, kata Muhadjir, ingin pendidikan Pancasila, penekanannya lebih kepada penanaman nilai atau dengan kata lain harus lebih banyak pembentukan sikap.
"Kami harapkan ini sudah dapat diimplementasikan pada tahun ajaran baru yang akan datang. Khususnya bagi guru-guru yang mengajar Pancasila," katanya. Program Penanaman Nilai Pancasila akan difokuskan untuk mendorong perubahan dalam strategi pembelajaran, kurikulum inti dan urutan , serta pendekatan pendidikan Pancasila. Khususnya, dalam memperbaiki proses belajar mengajar agar tidak terlalu berfokus pada aspek pengetahuan. "Siswa tidak menjadi obyek, tetapi pelaku utama dalam proses penanaman nilai Pancasila itu," kata Mendikbud. *ant
Komentar