Nelayan Kakak Adik Ditemukan Selamat
Sempat ‘Hilang’ Dua Hari Akibat Mesin Perahu Mati di Tengah Laut
SINGARAJA, NusaBali
Sempat menghilang selama dua hari sejak melaut Selasa (16/7) dinihari, dua nelayan kakak adik asal Banjar Tukad Hitam, Desa Seraya Timur, Kecamatan Karangasem, I Nyoman Sunarti, 40, dan I Made Wartika, 33, ditemukan terdampar dalam kondisi selamat. Mereka ditemukan terdampar di perairan Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Buleleng, Kamis (18/7) siang pukul 14.20 Wita.
Korban kakak adik I Nyoman Sunarti dan I Made Wartika ditemukan dan diselamatkan oleh Andreansyah, 30, dan pamannya, Abu Sufian, 56, nelayan asal Banjar Bunut Panggang, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar. Kedua korban ditemukan terdampar bersama perahunya yang mati mesin, kemudian dibawa pulang ke rumah Andreansyah.
Sebelum ditemukan terdampar di perairan Desa Kaliasem, korban Nyoman Sunarti dan Made Wartika sempat dilaporkan menghilang sejak terakhir kali pamit dari rumahnya hendak berlayar ke Lombok, NTB untuk menjual ikan tangkapan mereka, Selasa dinihari pukul 03.00 Wita. Ternyata, mereka tak bisa pulang karena perahunya terombang-ambing di tengah laut lantaran kehabisan bahan bakar saat cuaca buruk.
Hal ini diungkapkan Nyoman Sunarti dan Made Wartika saat ditemui NusaBali di rumah Andreansyah di Banjar Bunut Panggang, Desa Kaliasem, Kamis kemarin. Menurut Nyoman Sunarti, peristiwa naas ini berwal ketika dua bersama adiknya, Made Wartika, berlayar ke Lombok naik perahu untuk menjual ikan hasil tangkapannya.
Sebelum berlayar ke Lombok, dua nelayan kakak adik ini sempat melaut dan mendapatkan tangkapan ikan tongkol sebanyak 600 ekor. Mereka pun sepakat untuk menjual hasil tangkapannya ke Lombok, dengan alasan di sana harganya bisa lebih mahal.
Awalnya, pelayaran mereka yang dimulai Selasa dinihari pukul 03.00 Wita berjalan lancar. Setelah menempuh perjalanan 32 jam, mereka akhirnya tiba di Lombok keesokan harinya, Rabu (17/7) siang pukul 11.00 Wita. Perjalanan yang mereka tempuh memang agak lama, karena cuaca tidak bersahabat yang ditingkahi gelombang besar. Padahal, biasanya penyeberangan dari Karangasem menyebrang ke Lombok hanya membutuhkan waktu 3 jam.
Singkat cerita, setelah ikan tongkol hasil tangkapannya terjual habis di Lompok, Nyoman Sunarti dan Made Wattika langsung pulang kembali ke Karangasem, Rabu malam pukul 19.00 Wita. Namun sial, dalam perjalanan kembali ke Karangasem, saat masih berada di Selat Lombok, mesin perahunya kehabisan bahan bakar.
“Mesin perahu mati pas tengah malam pukul 24.00 Wita, setelah berlayar 5 jam. Kebetulan, kami tidak bawa bahan bakar cadangan. Biasanya cukup, tapi karena gelombangnya besar, makanya jadi boros bahan bakar,” ungkap Nyoman Sunarti diamini adiknya, Made Wartika.
Setelah mesin perahunya mati dan tak ada satu pun nelayan maupun kapal yang melintas malam itu, kakak adik ini memutuskan untuk membentangkan layar dan berpasrah diri kepada Tuhan. “Kami sudah pasrah. Mau hubungi keluarga di rumah, tidak bisa karena HP tak ada sinyal. Saat itu, perahu kami masih sekitar 30 mil dari Pelabuhan Padangbai (Kecamatan Manggis, Karangasem, red). Jadi, sambil berdoa saja, lalu pasang layar mengikuti arah angin,” papar si sulung Nyoman Sunarti.
Sampai akhirnya Kamis pagi pukul 10.00 Wita, mereka menemukan satu perahu nelayan yang masih dapat dijangkau pengelihatannya. Nyoman Sunarti dan Made Wartika pun berusaha sekuat daya mengejar perahu nelayan yang ternyata ditumpangi Andreansyah dan pamannya, Abu Sufian. Saat itu, Andreansyah dan Abu Sufian memancing dari atas perahunya yang berjarak 48 mil arah utara perairan Desa Kaliasem.
“Tadi saya temukan mereka, katanya bahan bakar perahunya habis. Mereka ini sudah tidak tahu arah sedang berada di mana? Lalu, saya kejar sepupu yang kebetulan sedang mancing juga, karena bahan bakarnya sama. Kalau saya pakai BBM jenis Pertamax. Setelah diisi bahan bakar lagi, mesin perahunya bisa hidup dan berhasil mendarat dengan kami bersama-sama,” cerita Andreansyah.
Sementara itu, selama puluhan jam terombang-ambing di tengah laut, kakak adik Nyoman Sunarti dan Made Wartika hanya berbekal air mineral. Beruntung, sebelum air meneralnya habis, mereka sudah menemukan nelayan yang bersedia menolongnya, yakni Andreansyah. Meski demikian, Nyoman Sunarti mengaku masih trauma dengan kejadian penuh teror yang dialaminya.
Nyoman Sunarti dan Made Wartika sempat beberapa jam istirahat di rumah Andreansyah di Desa Kalisem, Kecamatan Banjar, sebelum kemudian dijemput oleh keluarga dari Desa Seraya Timur, Kamis sore. Perbekel Seraya Timur juga ikut menjemput mereka.
Sedangkan perahu warna putih milik korban Nyoman Sunarti dengan nama lambung ‘Jaman Jani’, rencananya akan diambil dari pantai Desa Kalisesem menggunakan truk, Jumat (19/7) ini. “Saya sama adik saya menunggu jemputan saja, kalau perahu biar besok diambil pakai truk. Soalnya, kami belum pernah berlayar dari Buleleng ke Karangasem. Lagipula, kami juga masih trauma,” katanya.
Sementara itu, menghilangnya kakak adik Nyoman Sunarti dan Made Wartika sempat dilaporkan keluarganya ke Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem, Rabu pagi pukul 07.10 Wita. Petugas pun langsung melakukan pencarian. Upaya pencarian pertama dilakukan petugas Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem yang dipimpin langsung koordinatornya, I Gusti Ngurah Eka, Rabu pagi pukul 08.00 Wita, dengan melakukan penyisiran dari perairan Banjar Tukad Item, Desa Seraya Timur.
Mengingat arah angin ke barat, maka pencarian kedua bergeser ke Pantai Banjar Bugbug Kelodan, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem. Terakhir, dilakukan pencarian di Pantai Desa Padangbai, Kecamatan Manggis. Namun, upaya pencarian tidak membuahkan hasil.
Ternyata, petugas Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem mendapat informasi dari Pos Pencarian dan Pertolongan Buleleng bahwa kedua nelayan kakak adik tersebut ditemukan terdampar dalam kondisi selamat di perairan Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Kamis siang pukul 14.20 Wita, dalam kondisi selamat. "Kami segera jemput kedua nelayan itu," jelas I Gusti Ngurah Eka saat dikonfirmasi terpisah di Amlapura, Kamis kemarin. *k23,k16
Korban kakak adik I Nyoman Sunarti dan I Made Wartika ditemukan dan diselamatkan oleh Andreansyah, 30, dan pamannya, Abu Sufian, 56, nelayan asal Banjar Bunut Panggang, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar. Kedua korban ditemukan terdampar bersama perahunya yang mati mesin, kemudian dibawa pulang ke rumah Andreansyah.
Sebelum ditemukan terdampar di perairan Desa Kaliasem, korban Nyoman Sunarti dan Made Wartika sempat dilaporkan menghilang sejak terakhir kali pamit dari rumahnya hendak berlayar ke Lombok, NTB untuk menjual ikan tangkapan mereka, Selasa dinihari pukul 03.00 Wita. Ternyata, mereka tak bisa pulang karena perahunya terombang-ambing di tengah laut lantaran kehabisan bahan bakar saat cuaca buruk.
Hal ini diungkapkan Nyoman Sunarti dan Made Wartika saat ditemui NusaBali di rumah Andreansyah di Banjar Bunut Panggang, Desa Kaliasem, Kamis kemarin. Menurut Nyoman Sunarti, peristiwa naas ini berwal ketika dua bersama adiknya, Made Wartika, berlayar ke Lombok naik perahu untuk menjual ikan hasil tangkapannya.
Sebelum berlayar ke Lombok, dua nelayan kakak adik ini sempat melaut dan mendapatkan tangkapan ikan tongkol sebanyak 600 ekor. Mereka pun sepakat untuk menjual hasil tangkapannya ke Lombok, dengan alasan di sana harganya bisa lebih mahal.
Awalnya, pelayaran mereka yang dimulai Selasa dinihari pukul 03.00 Wita berjalan lancar. Setelah menempuh perjalanan 32 jam, mereka akhirnya tiba di Lombok keesokan harinya, Rabu (17/7) siang pukul 11.00 Wita. Perjalanan yang mereka tempuh memang agak lama, karena cuaca tidak bersahabat yang ditingkahi gelombang besar. Padahal, biasanya penyeberangan dari Karangasem menyebrang ke Lombok hanya membutuhkan waktu 3 jam.
Singkat cerita, setelah ikan tongkol hasil tangkapannya terjual habis di Lompok, Nyoman Sunarti dan Made Wattika langsung pulang kembali ke Karangasem, Rabu malam pukul 19.00 Wita. Namun sial, dalam perjalanan kembali ke Karangasem, saat masih berada di Selat Lombok, mesin perahunya kehabisan bahan bakar.
“Mesin perahu mati pas tengah malam pukul 24.00 Wita, setelah berlayar 5 jam. Kebetulan, kami tidak bawa bahan bakar cadangan. Biasanya cukup, tapi karena gelombangnya besar, makanya jadi boros bahan bakar,” ungkap Nyoman Sunarti diamini adiknya, Made Wartika.
Setelah mesin perahunya mati dan tak ada satu pun nelayan maupun kapal yang melintas malam itu, kakak adik ini memutuskan untuk membentangkan layar dan berpasrah diri kepada Tuhan. “Kami sudah pasrah. Mau hubungi keluarga di rumah, tidak bisa karena HP tak ada sinyal. Saat itu, perahu kami masih sekitar 30 mil dari Pelabuhan Padangbai (Kecamatan Manggis, Karangasem, red). Jadi, sambil berdoa saja, lalu pasang layar mengikuti arah angin,” papar si sulung Nyoman Sunarti.
Sampai akhirnya Kamis pagi pukul 10.00 Wita, mereka menemukan satu perahu nelayan yang masih dapat dijangkau pengelihatannya. Nyoman Sunarti dan Made Wartika pun berusaha sekuat daya mengejar perahu nelayan yang ternyata ditumpangi Andreansyah dan pamannya, Abu Sufian. Saat itu, Andreansyah dan Abu Sufian memancing dari atas perahunya yang berjarak 48 mil arah utara perairan Desa Kaliasem.
“Tadi saya temukan mereka, katanya bahan bakar perahunya habis. Mereka ini sudah tidak tahu arah sedang berada di mana? Lalu, saya kejar sepupu yang kebetulan sedang mancing juga, karena bahan bakarnya sama. Kalau saya pakai BBM jenis Pertamax. Setelah diisi bahan bakar lagi, mesin perahunya bisa hidup dan berhasil mendarat dengan kami bersama-sama,” cerita Andreansyah.
Sementara itu, selama puluhan jam terombang-ambing di tengah laut, kakak adik Nyoman Sunarti dan Made Wartika hanya berbekal air mineral. Beruntung, sebelum air meneralnya habis, mereka sudah menemukan nelayan yang bersedia menolongnya, yakni Andreansyah. Meski demikian, Nyoman Sunarti mengaku masih trauma dengan kejadian penuh teror yang dialaminya.
Nyoman Sunarti dan Made Wartika sempat beberapa jam istirahat di rumah Andreansyah di Desa Kalisem, Kecamatan Banjar, sebelum kemudian dijemput oleh keluarga dari Desa Seraya Timur, Kamis sore. Perbekel Seraya Timur juga ikut menjemput mereka.
Sedangkan perahu warna putih milik korban Nyoman Sunarti dengan nama lambung ‘Jaman Jani’, rencananya akan diambil dari pantai Desa Kalisesem menggunakan truk, Jumat (19/7) ini. “Saya sama adik saya menunggu jemputan saja, kalau perahu biar besok diambil pakai truk. Soalnya, kami belum pernah berlayar dari Buleleng ke Karangasem. Lagipula, kami juga masih trauma,” katanya.
Sementara itu, menghilangnya kakak adik Nyoman Sunarti dan Made Wartika sempat dilaporkan keluarganya ke Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem, Rabu pagi pukul 07.10 Wita. Petugas pun langsung melakukan pencarian. Upaya pencarian pertama dilakukan petugas Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem yang dipimpin langsung koordinatornya, I Gusti Ngurah Eka, Rabu pagi pukul 08.00 Wita, dengan melakukan penyisiran dari perairan Banjar Tukad Item, Desa Seraya Timur.
Mengingat arah angin ke barat, maka pencarian kedua bergeser ke Pantai Banjar Bugbug Kelodan, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem. Terakhir, dilakukan pencarian di Pantai Desa Padangbai, Kecamatan Manggis. Namun, upaya pencarian tidak membuahkan hasil.
Ternyata, petugas Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem mendapat informasi dari Pos Pencarian dan Pertolongan Buleleng bahwa kedua nelayan kakak adik tersebut ditemukan terdampar dalam kondisi selamat di perairan Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Kamis siang pukul 14.20 Wita, dalam kondisi selamat. "Kami segera jemput kedua nelayan itu," jelas I Gusti Ngurah Eka saat dikonfirmasi terpisah di Amlapura, Kamis kemarin. *k23,k16
Komentar