Festival Taman Nasional Hadir di Nusa Dua
Festival Taman Nasional dan Taman Wisata Alam di Nusa Dua, 19-21 Juli 2019, berfokus pada ekowisata, konservasi alam, dan penghargaan budaya lokal.
MANGUPURA, Nusabali.com
Setelah sukses dengan dua Festival Taman Nasional dan Taman Wisata Alam (FTNTWA) di Banyuwangi dan Yogyakarta, kini Bali mendapatkan kehormatan sebagai tuan rumah FTNTWA. Kesadaran bagi masyarakat untuk turut serta dalam konservasi alam, menjadi tujuan yang ingin disampaikan festival ini. Tujuan itu pun dituangkan melalui tema ‘Bijak Berwisata Alam’.
Imbauan agar masyarakat lebih bijaksana dalam mengelola kekayaan dan potensi alam pun dicanangkan dalam festival yang digelar di Peninsula Island tersebut. “Dari luasan 27,14 juta hektare kawasan konservasi, 5 juta di antaranya adalah perairan. Kawasan inilah yang kita coba lindungi dan kelola. Kita nikmati boleh, tapi dengan prinsip kehati-hatian,” ujar Ir. Wiratno, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Jumat (19/7/2019).
Namun berbeda dengan penyelenggaraan di Banyuwangi dan Yogyakarta yang berfokus pada promosi wisata alam Indonesia, maka FTNTWA kali ini juga berfokus pada ekowisata, konservasi alam, dan penghargaan budaya lokal.
FTNTWA di Nusa Dua ini menghadirkan Pameran Taman Nasional yang merupakan perwakilan taman nasional se-Indonesia. Dan sebagai sarana untuk penghargaan budaya dan potensi lokal, tiap-tiap perwakilan juga turut menampilkan kekhasan daerah masing-masing.
Stand Taman Nasional Gunung Ciremai, misalnya, menampilkan seni musik tradisional khas Jawa barat. Stand pamerannya pun dirancang unik bak rumah tradisional, lengkap dengan dindingnya yang terbuat dari anyaman bambu. Ada pula Taman Nasional Bali Barat yang menampilkan ikon terkenal khas Bali Barat, yang tidak lain tidak bukan adalah Jalak Bali.
FOTO: Ir. Wiratno, Dirjen Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) bersama ikon Jalak Bali khas Taman Nasional Bali Barat .-YULI
Seolah tak mau kalah, stand Taman Nasional Teluk Cendrawasih, yang selain terkenal sebagai taman laut terluas di Indonesia, juga turut menampilkan kostum tradisional kebanggaan Papua Barat. Lain lagi dengan stand perwakilan Taman Nasional Baluran. Stand ini menghadirkan kopi khas produksi Jawa Timur. Tak main-main, mereka memamerkan berbagai macam jenis kopi, mulai dari kopi Arabica, Robusta, hingga kopi Luwak yang terkenal dengan proses pembuatannya yang unik.
Tidak ketinggalan, promosi wisata ini juga disertai tujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai kaidah-kaidah dalam berwisata di daerah konservasi alam. “Kalaupun berwisata, tetap perhatikan kaidah-kaidah konservasi. Jangan sampai memaksakan, seperti mengacak-acak tumbuhan, mengejar satwa liar. Sampah juga terutama. Sebagus apa pun potensi alam, kalau ada sampah ya jadi tidak bagus,” tambah Ari Pradini, perwakilan dari Taman Nasional Baluran. *yl
Komentar