Enam Buruh asal Sumba Ditahan
Bentrok di Tegallalang saat Penampahan Galungan
GIANYAR, NusaBali
Buruh asal Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali berulah. Kali ini Unit Reskrim Polsek Tegallalang mengamankan 6 buruh bangunan asal Sumba, Nusa Tenggara Timur pada Kamis (25/7) yang terlibat bentrok saat penampahan Hari Raya Galungan, Selasa (23/7) lalu di proyek milik I Made Mawa di Banjar Bangkiang Sidem, Desa Keliki, Tegallalang, Gianyar.
Kanit Reskrim Polsek Tegallalang Ipda I Wayan Juwahyudi dikonfirmasi mengatakan masih mendalami kasus ini. Polisi pun masih merahasiakan identitas keenam buruh proyek yang diamankan itu. Termasuk apakah sudah ditetapkan sebagai tersangka atau sebatas saksi. "Masih kita dalami, sementara baru diamankan 6 orang," jelasnya. Dari hasil introgasi awal, bentrokan dipicu salah paham antar dua kubu buruh bangunan.
Sementara itu, informasi dihimpun perkelahian ini terjadi antara dua kelompok buruh bangunan. Antara geng Yacob, 39, dkk yang buruh bangunan asal Sumba bekerja di Banjar Bangkiangsidem, Desa Keliki, Tegallalang dengan Santo cs yang buruh bangunan bekerja di proyek Desa Sayan, Kecamatan Ubud.
Berawal dari percakaan telepon, bahwa Santo buruh di Desa Sayan melontarkan kata-kata bernada akan menyerang Yacob di Desa Keliki, Tegallalang. Percakapan itu terjadi pada Minggu (21/7) malam. Selanjutnya, aksi penyerangan dilakukan pada Senin tengah malam sekitar pukul 23.15 Wita. Kelompok Santo dengan 12 orang temennya datang ke ke proyek di Desa Keliki menggunakan sepeda motor.
Namun baru sampai di depan Villa di Desa Keliki, Santo cs dihadang oleh Pecalang banjar setempat dan diarahkan untuk pulang saja. Kala itu pecalang tersebut menegaskan, bila tidak menurut akan dilaporkan ke polisi. Atas arahan tersebut, kelompok Santo kembali ke Desa Sayan.
Namun, keesokan harinya yakni pada Selasa (23/7) sekutar pukul 16.30 Wita, kelompok Santo cs dengan membawa 7 sepeda motor dan 13 orang kembali mendatangi proyek di Desa Keliki. Tidak ada Pecalang maupun warga yang menghadang, sehingga setibanya di TKP, Santo cs langsung menyerang kelompok Yacob menggunakan batu dan sajam. Mendapati serangan itu, kelompok Yakob yang awalnya sibuk bekerja, lantas balik memberikan serangan dengan lemparan batu.
Aksi bentrok ini membuat warga sekitar heboh. Lalu salah satu warga membunyikan kulkul bulus tanda bahaya. Sontak semua warga tumpah ruah berhamburan keluar rumah. Melihat aksi bentrok sesama buruh itu, warga pun geram lantas ramai-ramai mendatangai TKP. Warga berhasil melerai lalu menyeret sejumlah buruh yang terlibat aksi bentrok ke Polsek Tegallalang. Kala itu ada belasan buruh proyek yang diamankan polisi, namun setelah menjalani pemeriksaan, hanya sebagian yang ditahan.
Pantauan Kamis (25/7), TKP tampak sepi. Bahkan bedeng tempat tinggal buruh yang ada di dekat proyek tidak ada penghuni.
Salah satu warga setempat yang mengaku Ni Made Alit mengaku saat kejadian mendengar suara keributan. Ditambah suara kulkul bulus, membuatnya semakin penasaran. "Pas Penampahan Galungan itu sekitar pukul 16.00 Wita. Saya dengar ada kulkul bulus (tanda bahaya), ternyata ada orang berkelahi. Masyarakat banyak datang ke lokasi, dan berusaha menengahi mereka yang berkelahi di dekat Pura Ulun Suwi itu,” paparnya. *nvi
Kanit Reskrim Polsek Tegallalang Ipda I Wayan Juwahyudi dikonfirmasi mengatakan masih mendalami kasus ini. Polisi pun masih merahasiakan identitas keenam buruh proyek yang diamankan itu. Termasuk apakah sudah ditetapkan sebagai tersangka atau sebatas saksi. "Masih kita dalami, sementara baru diamankan 6 orang," jelasnya. Dari hasil introgasi awal, bentrokan dipicu salah paham antar dua kubu buruh bangunan.
Sementara itu, informasi dihimpun perkelahian ini terjadi antara dua kelompok buruh bangunan. Antara geng Yacob, 39, dkk yang buruh bangunan asal Sumba bekerja di Banjar Bangkiangsidem, Desa Keliki, Tegallalang dengan Santo cs yang buruh bangunan bekerja di proyek Desa Sayan, Kecamatan Ubud.
Berawal dari percakaan telepon, bahwa Santo buruh di Desa Sayan melontarkan kata-kata bernada akan menyerang Yacob di Desa Keliki, Tegallalang. Percakapan itu terjadi pada Minggu (21/7) malam. Selanjutnya, aksi penyerangan dilakukan pada Senin tengah malam sekitar pukul 23.15 Wita. Kelompok Santo dengan 12 orang temennya datang ke ke proyek di Desa Keliki menggunakan sepeda motor.
Namun baru sampai di depan Villa di Desa Keliki, Santo cs dihadang oleh Pecalang banjar setempat dan diarahkan untuk pulang saja. Kala itu pecalang tersebut menegaskan, bila tidak menurut akan dilaporkan ke polisi. Atas arahan tersebut, kelompok Santo kembali ke Desa Sayan.
Namun, keesokan harinya yakni pada Selasa (23/7) sekutar pukul 16.30 Wita, kelompok Santo cs dengan membawa 7 sepeda motor dan 13 orang kembali mendatangi proyek di Desa Keliki. Tidak ada Pecalang maupun warga yang menghadang, sehingga setibanya di TKP, Santo cs langsung menyerang kelompok Yacob menggunakan batu dan sajam. Mendapati serangan itu, kelompok Yakob yang awalnya sibuk bekerja, lantas balik memberikan serangan dengan lemparan batu.
Aksi bentrok ini membuat warga sekitar heboh. Lalu salah satu warga membunyikan kulkul bulus tanda bahaya. Sontak semua warga tumpah ruah berhamburan keluar rumah. Melihat aksi bentrok sesama buruh itu, warga pun geram lantas ramai-ramai mendatangai TKP. Warga berhasil melerai lalu menyeret sejumlah buruh yang terlibat aksi bentrok ke Polsek Tegallalang. Kala itu ada belasan buruh proyek yang diamankan polisi, namun setelah menjalani pemeriksaan, hanya sebagian yang ditahan.
Pantauan Kamis (25/7), TKP tampak sepi. Bahkan bedeng tempat tinggal buruh yang ada di dekat proyek tidak ada penghuni.
Salah satu warga setempat yang mengaku Ni Made Alit mengaku saat kejadian mendengar suara keributan. Ditambah suara kulkul bulus, membuatnya semakin penasaran. "Pas Penampahan Galungan itu sekitar pukul 16.00 Wita. Saya dengar ada kulkul bulus (tanda bahaya), ternyata ada orang berkelahi. Masyarakat banyak datang ke lokasi, dan berusaha menengahi mereka yang berkelahi di dekat Pura Ulun Suwi itu,” paparnya. *nvi
1
Komentar