Sering Terlihat Sosok Orang Tua Misterius
Tikungan Angker Gitgit Kembali Telan Korban
SINGARAJA, NusaBali
Tikungan jalur Singaraja-Denpasar via Gitgit, tepatnya di kilometer 12, wilayah Banjar Dinas Pererenan Bunut, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng terus menunggu korban. Setelah Januari lalu pengendara sepeda motor terjun dan menewaskan tiga orang, kali ini lakalantas di lokasi yang sama terulang kembali.
Seorang ibu dan dua orang anaknya mengalami kecelakaan Out off Control (OC) dan masuk ke jurang sedalam tujuh meter pada Jumat (26/7). Sang ibu Ketut Rastini, 35, warga Banjar Dinas Tingkih Kerep, Desa Jinengdalem, Kecamatan/Kabupaten Buleleng dinyatakan meninggal di tempat kejadian.
Kecelakaan lalu-lintas di tikungan maut, tepat di atas lahan dan rumah milik Nyoman Sri Ardana, 44, sejauh ini memang sudah terjadi berkali-kali. Segala jenis kendaraan pernah nyungsep hingga terjun bebas dari atas jalan dan mendarat di halaman rumahnya. Mulai dari truk tronton, mobil boks, hingga sepeda motor.
Selain berada di tikungan ekstrem di jalan menurun, TKP (Tempat Kejadian Perkara) langganan lakalantas itu disebut-sebut sedikit angker. Warga setempat sering melihat sosok penampakan orang tua berbaju putih hingga anak-anak.
Kejadian yang sudah hampir bosan dilihat dan disaksikan Sri Ardana dan keluarganya itu pun sudah ditanggulangi secara sekala dan niskala. Sebagai umat Hindu keluarga Sri Ardana pun sempat bertanya-tanya kenapa pekarangannya sering kali menjadi lokasi kecelakaan lalu-lintas yang juga mengakibatkan korban jiwa. Dirinya pun sempat memanggil orang pintar untuk menerawang peristiwa yang terjadi selama ini.
Sri Ardana secara khusus juga sudah menggelar pecaruan di rumahnya. Terlebih pada Januari 2019 lalu ada satu keluarga asal Kelurahan Kampung Bugis, Kecamatan/Kabupaten Buleleng yang terjun bebas juga di jurang depan rumahnya. Hingga akhirnya kejadiaan itu mebuat tiga orang, yakni, ayah, ibu dan anaknya meninggal dunia. “Saya sudah macaru karena bagaimanapun juga ini pekarangan saya, mau pindah juga kemana cuma di sini yang kami punya dan sudah nyamannya di sini, sejauh ini belum ada keinginan untuk pindah rumah,” ungkap dia.
Bahkan dirinya yang juga guru di SMPN 2 Sukasada menyanggupi saran orang pintar untuk membangun sebuah palinggih Ida Bhatara Sakti Wau Rauh, walaupun masih sebatas turus lumbung. Namun Sri Ardana dan istrinya pun tak berdaya saat kecelakaan lalu lintas kembali terjadi di pekarangannya setelah semua cara sudah dilakukan.
Kasak-kusuk tikungan dan lokasi kejadian pun disebut-sebut sedikit angker oleh warga setempat. Meski hal itu tak diamini Sri Ardana. Tetangganya sendiri, Ketut Rasna, 32, yang tinggal di depan rumahnya pernah beberapa kali melihat ada orang tua berpakaian putih atau anak-anak yang menyeberang di jalan tikungan itu ke arah Utara. Namun secepat mata memandang seketika lenyap entah kemana. “Saya pernah juga melihat memang agak anget di jalan atas sana, sopir travel yang sering antar tamu ke air terjun juga pernah bercerita melihat orang tua menyeberang di sana,” tuturnya.
Sementara itu terlepas dari dunia niskala, jalur di lokasi kejadian memang termasuk jalur ekstrem. Trek menurun cukup panjang dan kemudian ada tikungan ekstrem ke kanan, sering kali membuat pengendara oleng saat tidak dalam keadaan fokus berkendara. Apalagi di pinggir jalan yang berbatasan langsung dengan jurang dalam sudah tak ada lagi besi pengaman jalan atau guardrill.
Menurut Sri Ardana dulu memang pernah ada besi pengaman di jalan atas rumahnya. Hanya saja guardrill itu sudah lenyap saat ada kecelakaan. Pihaknya mengaku sudah beberapa kali mengusulkan ke Dinas Perhubungan Kabupaten Buleleng untuk pemasangan kembali, mengingat angka kecelakaan di pekarangan rumahnya itu hampir tak pernah absen setiap tahun.
Proposal pengadaan guadrill itu pernah diajukannya atas nama pribadi dan desa. Namuna masuk jalur provinsi, Dishub Buleleng mengaku akan menfasilitasi untuk diajukan ke Dishub Provinsi Bali. “Sudah saya ajukan beberapa kali, pribadi pernah karena ditolak, lewat desa juga pernah, tapi sampai saat ini belum juga, katanya karena masuk jalan provinsi, Dishub Buleleng hanya menfasilitasi. Saya harap sih bisa segera, karena sudah sering sekali ada korban di sini, biar tidak was-was terus,” harap dia.
Sejauh ini pihaknya bersama warga setempat sebenarnya sudah memasang sejumlah tumpukan ban bekas di pinggir jalan untuk meminimalisir kemungkinan jatuh ke jurang. Namun penanganan darurat itu belum berfungsi maksimal. *k23
Seorang ibu dan dua orang anaknya mengalami kecelakaan Out off Control (OC) dan masuk ke jurang sedalam tujuh meter pada Jumat (26/7). Sang ibu Ketut Rastini, 35, warga Banjar Dinas Tingkih Kerep, Desa Jinengdalem, Kecamatan/Kabupaten Buleleng dinyatakan meninggal di tempat kejadian.
Kecelakaan lalu-lintas di tikungan maut, tepat di atas lahan dan rumah milik Nyoman Sri Ardana, 44, sejauh ini memang sudah terjadi berkali-kali. Segala jenis kendaraan pernah nyungsep hingga terjun bebas dari atas jalan dan mendarat di halaman rumahnya. Mulai dari truk tronton, mobil boks, hingga sepeda motor.
Selain berada di tikungan ekstrem di jalan menurun, TKP (Tempat Kejadian Perkara) langganan lakalantas itu disebut-sebut sedikit angker. Warga setempat sering melihat sosok penampakan orang tua berbaju putih hingga anak-anak.
Kejadian yang sudah hampir bosan dilihat dan disaksikan Sri Ardana dan keluarganya itu pun sudah ditanggulangi secara sekala dan niskala. Sebagai umat Hindu keluarga Sri Ardana pun sempat bertanya-tanya kenapa pekarangannya sering kali menjadi lokasi kecelakaan lalu-lintas yang juga mengakibatkan korban jiwa. Dirinya pun sempat memanggil orang pintar untuk menerawang peristiwa yang terjadi selama ini.
Sri Ardana secara khusus juga sudah menggelar pecaruan di rumahnya. Terlebih pada Januari 2019 lalu ada satu keluarga asal Kelurahan Kampung Bugis, Kecamatan/Kabupaten Buleleng yang terjun bebas juga di jurang depan rumahnya. Hingga akhirnya kejadiaan itu mebuat tiga orang, yakni, ayah, ibu dan anaknya meninggal dunia. “Saya sudah macaru karena bagaimanapun juga ini pekarangan saya, mau pindah juga kemana cuma di sini yang kami punya dan sudah nyamannya di sini, sejauh ini belum ada keinginan untuk pindah rumah,” ungkap dia.
Bahkan dirinya yang juga guru di SMPN 2 Sukasada menyanggupi saran orang pintar untuk membangun sebuah palinggih Ida Bhatara Sakti Wau Rauh, walaupun masih sebatas turus lumbung. Namun Sri Ardana dan istrinya pun tak berdaya saat kecelakaan lalu lintas kembali terjadi di pekarangannya setelah semua cara sudah dilakukan.
Kasak-kusuk tikungan dan lokasi kejadian pun disebut-sebut sedikit angker oleh warga setempat. Meski hal itu tak diamini Sri Ardana. Tetangganya sendiri, Ketut Rasna, 32, yang tinggal di depan rumahnya pernah beberapa kali melihat ada orang tua berpakaian putih atau anak-anak yang menyeberang di jalan tikungan itu ke arah Utara. Namun secepat mata memandang seketika lenyap entah kemana. “Saya pernah juga melihat memang agak anget di jalan atas sana, sopir travel yang sering antar tamu ke air terjun juga pernah bercerita melihat orang tua menyeberang di sana,” tuturnya.
Sementara itu terlepas dari dunia niskala, jalur di lokasi kejadian memang termasuk jalur ekstrem. Trek menurun cukup panjang dan kemudian ada tikungan ekstrem ke kanan, sering kali membuat pengendara oleng saat tidak dalam keadaan fokus berkendara. Apalagi di pinggir jalan yang berbatasan langsung dengan jurang dalam sudah tak ada lagi besi pengaman jalan atau guardrill.
Menurut Sri Ardana dulu memang pernah ada besi pengaman di jalan atas rumahnya. Hanya saja guardrill itu sudah lenyap saat ada kecelakaan. Pihaknya mengaku sudah beberapa kali mengusulkan ke Dinas Perhubungan Kabupaten Buleleng untuk pemasangan kembali, mengingat angka kecelakaan di pekarangan rumahnya itu hampir tak pernah absen setiap tahun.
Proposal pengadaan guadrill itu pernah diajukannya atas nama pribadi dan desa. Namuna masuk jalur provinsi, Dishub Buleleng mengaku akan menfasilitasi untuk diajukan ke Dishub Provinsi Bali. “Sudah saya ajukan beberapa kali, pribadi pernah karena ditolak, lewat desa juga pernah, tapi sampai saat ini belum juga, katanya karena masuk jalan provinsi, Dishub Buleleng hanya menfasilitasi. Saya harap sih bisa segera, karena sudah sering sekali ada korban di sini, biar tidak was-was terus,” harap dia.
Sejauh ini pihaknya bersama warga setempat sebenarnya sudah memasang sejumlah tumpukan ban bekas di pinggir jalan untuk meminimalisir kemungkinan jatuh ke jurang. Namun penanganan darurat itu belum berfungsi maksimal. *k23
Komentar