Raih Prestasi, Tak Lagi Dibully
Banyaknya aksi kekerasan seksual pada wanita yang belakangan ini terjadi, membuat kaum Hawa khususnya anak-anak muda harus ekstra waspada.
Hibar Syahrul Gafur
Meski Presiden Joko Widodo telah menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) kekerasan seksual terhadap anak dengan memberikan hukuman kebiri pada para pelakunya, bukan berarti persoalan itu selesai. Lantas, apa yang harus dilakukan kaum wanita khususnya remaja dan anak-anak agar kasus serupa tidak terulang? Ada saran yang menarik, yakni dengan memakai sepatu. Lho, apa hubungan memakai sepatu dengan mencegah kekerasan seksual pada wanita? Apakah sepatu itu untuk menendang atau dilemparkan ke wajah pelaku?
Tunggu dulu, sepatu di sini bukan sembarang alas kaki. Tetapi khusus dibuat oleh Hibar Syahrul Gafur. Remaja ini memang berhasil membuat sepatu yang bisa berguna untuk melindungi kaum Hawa dari ancaman lawan jenisnya yang ingin bertindak lebih jauh. Bagaimana ide itu muncul? "Di televisi sering perempuan jadi korban pemerkosaan. Saya kasihan sekali. Dari situ saya merancang alat untuk melindungi mereka," ujar Hibar, pembuat sepatu antikekerasan seksual seperti dilansir warta kota.
Menurut Hibar, dengan daya 450 watt, sepatu rancangannya mampu mengadang niat jahat para pemerkosa. "Tinggal tekan tombol on di samping belakang sepatu, kemudian tendang ke arah si pelaku kekerasan seksual. Secara otomatis tegangan listrik akan langsung nyerang pelaku," ucapnya.
Prestasi internasional yang ditorehkan remaja asal Bogor ini akhirnya "membungkam" mulut-mulut usil yang biasa menindasnya. Sejak Hibar meraih medali emas kategori Safety and Health pada "International Exhibition for Young Inventor" di Malaysia pada 2013 atas karya sepatu antikekerasan seksual, bully terhadap dirinya berkurang.
"Sesudah ikut kompetisi itu jadi di setiap koridor sekolah teman-teman tuh jadi menyapa, "Hibar... Hibar..." padahal sebelumnya sinis sama Hibar," kata Hibar seperti dilansir liputan6 belum lama ini. Perubahan ini pun membuat putra dari pasangan Kopral Kepala (Kopka) TNI AD Jamaludin dan Sri Hendrayanti ini menjadi lebih percaya diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki.
Sebelum mengikuti kompetisi yang idenya tercetus pada 2012, Hibar adalah sosok yang dianggap berbeda dengan teman-teman di sekolahnya. Berasal dari desa sementara sekolahnya di kota membuatnya jadi bahan olokan karena gayanya yang dianggap "cupu" oleh teman-temannya. Lalu, kondisi ekonomi keluarga yang berbeda dari teman-teman sekolahnya juga jadi bahan olokan. "Dulu tuh enggak ditemenin, dijelek-jelekin diomong-omongin, pokoknya umbar-umbar kejelekan Hibar," kata remaja kelahiran Bogor, 26 Desember 1998 ini.
Untungnya ide cerdas dan semangat dalam membuat inovasi dalam membuat sepatu yang niat awalnya untuk membantu perempuan melawan kekerasan seksual membuatnya jadi lebih dihargai dan tidak lagi menjadi bahan bully. Saat SMP pun ia tetap bisa masuk dalam ranking lima siswa terbaik di kelasnya. Meski sudah mengukir prestasi memukau atas ide sepatu listrik antikekerasan seksual pada 2013 lalu di Malaysia, Hibar berharap sepatu ini bisa lebih dikembangkan. Salah satu harapannya, ia menginginkan adanya hak paten untuk sepatu ini. "Untuk hak paten, butuh prosedur panjang juga sih," pungkas Hibar. 7
Meski Presiden Joko Widodo telah menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) kekerasan seksual terhadap anak dengan memberikan hukuman kebiri pada para pelakunya, bukan berarti persoalan itu selesai. Lantas, apa yang harus dilakukan kaum wanita khususnya remaja dan anak-anak agar kasus serupa tidak terulang? Ada saran yang menarik, yakni dengan memakai sepatu. Lho, apa hubungan memakai sepatu dengan mencegah kekerasan seksual pada wanita? Apakah sepatu itu untuk menendang atau dilemparkan ke wajah pelaku?
Tunggu dulu, sepatu di sini bukan sembarang alas kaki. Tetapi khusus dibuat oleh Hibar Syahrul Gafur. Remaja ini memang berhasil membuat sepatu yang bisa berguna untuk melindungi kaum Hawa dari ancaman lawan jenisnya yang ingin bertindak lebih jauh. Bagaimana ide itu muncul? "Di televisi sering perempuan jadi korban pemerkosaan. Saya kasihan sekali. Dari situ saya merancang alat untuk melindungi mereka," ujar Hibar, pembuat sepatu antikekerasan seksual seperti dilansir warta kota.
Menurut Hibar, dengan daya 450 watt, sepatu rancangannya mampu mengadang niat jahat para pemerkosa. "Tinggal tekan tombol on di samping belakang sepatu, kemudian tendang ke arah si pelaku kekerasan seksual. Secara otomatis tegangan listrik akan langsung nyerang pelaku," ucapnya.
Prestasi internasional yang ditorehkan remaja asal Bogor ini akhirnya "membungkam" mulut-mulut usil yang biasa menindasnya. Sejak Hibar meraih medali emas kategori Safety and Health pada "International Exhibition for Young Inventor" di Malaysia pada 2013 atas karya sepatu antikekerasan seksual, bully terhadap dirinya berkurang.
"Sesudah ikut kompetisi itu jadi di setiap koridor sekolah teman-teman tuh jadi menyapa, "Hibar... Hibar..." padahal sebelumnya sinis sama Hibar," kata Hibar seperti dilansir liputan6 belum lama ini. Perubahan ini pun membuat putra dari pasangan Kopral Kepala (Kopka) TNI AD Jamaludin dan Sri Hendrayanti ini menjadi lebih percaya diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki.
Sebelum mengikuti kompetisi yang idenya tercetus pada 2012, Hibar adalah sosok yang dianggap berbeda dengan teman-teman di sekolahnya. Berasal dari desa sementara sekolahnya di kota membuatnya jadi bahan olokan karena gayanya yang dianggap "cupu" oleh teman-temannya. Lalu, kondisi ekonomi keluarga yang berbeda dari teman-teman sekolahnya juga jadi bahan olokan. "Dulu tuh enggak ditemenin, dijelek-jelekin diomong-omongin, pokoknya umbar-umbar kejelekan Hibar," kata remaja kelahiran Bogor, 26 Desember 1998 ini.
Untungnya ide cerdas dan semangat dalam membuat inovasi dalam membuat sepatu yang niat awalnya untuk membantu perempuan melawan kekerasan seksual membuatnya jadi lebih dihargai dan tidak lagi menjadi bahan bully. Saat SMP pun ia tetap bisa masuk dalam ranking lima siswa terbaik di kelasnya. Meski sudah mengukir prestasi memukau atas ide sepatu listrik antikekerasan seksual pada 2013 lalu di Malaysia, Hibar berharap sepatu ini bisa lebih dikembangkan. Salah satu harapannya, ia menginginkan adanya hak paten untuk sepatu ini. "Untuk hak paten, butuh prosedur panjang juga sih," pungkas Hibar. 7
Komentar