Panen Tebu Terkendala Buruh dan Serangan Hewan
Untuk luasan satu hektare diperlukan minimal 20 tenaga kerja. Masalah ‘serangan’ monyet dan sapi juga menjadi kendala tersendiri.
Dari 1.200 Hektare, 400 Hektare Bisa Dipanen
SINGARAJA, NusaBali
Fokus pengembangan lahan tebu di Buleleng Barat oleh Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali, sudah memasuki masa panen. Hanya saja dari 1.200 luasan lahan yang dikembangkan yang dapat bertahan hanya 800 hektare dan yang siap panen seluas 400 hektare. Penyusutan lahan tebu itu dalam prosesnya mengalami sejumlah hambatan, mulai dari kendala tenaga kerja, serangan hewan hingga ketersediaan bibit tanaman tebu.
Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali,r Lanang Ariawan, dihubungi Minggu (28/7) kemarin, menjelaskan saat ini ada 400 hektare lahan tebu yang siap panen di wilayah Kecamatan Gerokgak. Hanya sampai saat ini baru beberapa saja yang dipanen.
Hal itu disebut Lanang karena masih terkendala masalah buruh atau tenaga kerja yang minim. “Kami baru panen sedikit-sedikit, karena panen itu perlu banyak tenaga, lahan satu hektare minimal 20 orang. Saat ini masih koordinasikan tenaga kerja dulu, biar satu tempo panen bisa dalam jumlah banyak,” jelas dia.
Selain itu dalam perjalanan pengembangan tebu di Buleleng Barat ini juga mengalami banyak persoalan. Banyak tanaman tebu yang gagal dibesarkan dan akhirnya mati. Selain juga serangan ternak sapi dan monyet. “Gangguannya cukup banyak, sehingga dari 1.200 hektare lahan yang tersisa dan siap panen sekitar 400 hektare,” imbuh Lanang.
Penanaman di lahan seluas 1.200 hektare itu juga dilakukan secara bertahap, karena ketersediaan bibit tanaman tebu. Sejauh ini bibit tanaman tebu didatangkan dari Jawa. Menyikapi sejumlah kendala yang dihadapi setahun terakhir dalam pengembangan tanaman tebu, Lanang mengaku ke depannya tak lagi mengejar perluasan dan penambahan lahan tanam. Namun yang akan dilakukannya adalah pemaksimalan lahan yang sudah ada dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi selama ini.
Pihaknya juga berencana akan membuat kebun induk tebu untuk pembibitan sehingga tak perlu mendatangkan bibit dari jawa. “Ini masih kami petakan dengan matang, jangan sampai tebu yang sudah siap panen dan diperluas lagi tetapi tenaga kerja kita tidak ada, bagaimana nanti kita kerja,” kata dia.
Sementara itu pengembangan lahan tebu di Bali ini dalam sekali tanam dapat dipanen sebanyak lima kali. Lanang pun tak memungkiri jika di panen perdana ini hasilnya belum maksimal. Hasil panen akan meningkat begitu memasuki panen kedua dan ketiga. Sedangkan pada panen keempat dan kelima akan mulai menurun lagi menyerupai hasil panen yang pertama. Sejumlah tanaman tebu yang sudah dipanen sepekan terakhir langsung dikirimkan ke pabrik gula di wilayah Asem Bagus, Situbondo, Jawa Timur. *k23
1
Komentar