Kerinci Aman, Tangkuban Perahu Masih Berbahaya
Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pos pengamatan gunung api Kerinci, Jambi, Sumatera Barat, merilis informasi mengenai status erupsi pada gunung yang memiliki ketinggian 3.805 mdpl, pukul 12.48 WIB, Rabu, (31/7).
JAKARTA, NusaBali
Berdasarkan data PVMBG pos pengamatan gunung api Kerinci, ketinggian kolom abu mencapai 800 meter di atas puncak. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang dan condong ke arah timur laut dan timur.
PVMBG pos pengamatan gunung api Kerinci merekomendasikan agar masyarakat di sekitar kaki Gunung Kerinci dan para pendaki, tidak diperbolehkan mendekati kawah dengan radius tiga kilometer.
"Untuk saat ini tidak ada hujan abu vulkanik di Solok Selatan. Kondisi masih aman," kata Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solok Selatan, Sonni Patrisia seperti dilansir vivanews.
Namun demikian, Sonni mengimbau kepada seluruh masyarakat, terutama yang tinggal di bawah kaki Gunung Kerinci untuk tetap waspada dan tidak mendekati kawah gunung. BPBD, kata Sonni, akan terus memantau perkembangan erupsi Gunung Kerinci sebagai bentuk antisipasi.
"Kita imbau masyarakat tenang dan tetap waspada. Kita akan pantau terus perkembangannya," ujar Sonni.
Sementara kondisi serupa juga terjadi pada Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat. Kepala Bidang Mitigasi PVMBG Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana menyebut masih ada sejumlah potensi bahaya yang disebabkan oleh aktivitas Gunung Tangkuban Perahu .
Gunung Tangkuban Parahu yang berlokasi di antara Kabupaten Subang dan Bandung Barat mengalami erupsi pada 26 Juli lalu.
PVMBG saat ini menetapkan status Level 1 pada gunung tersebut. "Potensi ancaman bahaya sampai saat ini masih ada meskipun telah mengalami erupsi tanggal 26, namun potensi untuk erupsi yang lebih besar itu belum terlihat," kata Devy di Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu (31/7) dilansir cnnindonesia.
Devy mengatakan kalau terjadi erupsi susulan kemungkinan besar erupsinya jenis freatrik. Erupsi freatik memiliki potensi bahaya tersendiri yakni berupa jatuhan tephra (batuan vulkanik) dari dalam perut gunung. Batuan yang keluar itu bisa dalam bentuk hujan abu, hingga gas beracun.
Untuk menghindari kemungkinan bencana yang memakan korban, PVMBG telah merekomendasikan kepada masyarakat, pengunjung, wisatawan, pendaki, dan pedagang untuk saat ini tidak beraktivitas di sekitar kawah. *
Berdasarkan data PVMBG pos pengamatan gunung api Kerinci, ketinggian kolom abu mencapai 800 meter di atas puncak. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang dan condong ke arah timur laut dan timur.
PVMBG pos pengamatan gunung api Kerinci merekomendasikan agar masyarakat di sekitar kaki Gunung Kerinci dan para pendaki, tidak diperbolehkan mendekati kawah dengan radius tiga kilometer.
"Untuk saat ini tidak ada hujan abu vulkanik di Solok Selatan. Kondisi masih aman," kata Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solok Selatan, Sonni Patrisia seperti dilansir vivanews.
Namun demikian, Sonni mengimbau kepada seluruh masyarakat, terutama yang tinggal di bawah kaki Gunung Kerinci untuk tetap waspada dan tidak mendekati kawah gunung. BPBD, kata Sonni, akan terus memantau perkembangan erupsi Gunung Kerinci sebagai bentuk antisipasi.
"Kita imbau masyarakat tenang dan tetap waspada. Kita akan pantau terus perkembangannya," ujar Sonni.
Sementara kondisi serupa juga terjadi pada Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat. Kepala Bidang Mitigasi PVMBG Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana menyebut masih ada sejumlah potensi bahaya yang disebabkan oleh aktivitas Gunung Tangkuban Perahu .
Gunung Tangkuban Parahu yang berlokasi di antara Kabupaten Subang dan Bandung Barat mengalami erupsi pada 26 Juli lalu.
PVMBG saat ini menetapkan status Level 1 pada gunung tersebut. "Potensi ancaman bahaya sampai saat ini masih ada meskipun telah mengalami erupsi tanggal 26, namun potensi untuk erupsi yang lebih besar itu belum terlihat," kata Devy di Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu (31/7) dilansir cnnindonesia.
Devy mengatakan kalau terjadi erupsi susulan kemungkinan besar erupsinya jenis freatrik. Erupsi freatik memiliki potensi bahaya tersendiri yakni berupa jatuhan tephra (batuan vulkanik) dari dalam perut gunung. Batuan yang keluar itu bisa dalam bentuk hujan abu, hingga gas beracun.
Untuk menghindari kemungkinan bencana yang memakan korban, PVMBG telah merekomendasikan kepada masyarakat, pengunjung, wisatawan, pendaki, dan pedagang untuk saat ini tidak beraktivitas di sekitar kawah. *
1
Komentar