Taman Rekreasi Masih Terdampak
Harga Tiket Pesawat Mahal
DENPASAR, NusaBali
Pengelola taman rekreasi mengaku masih merasakan dampak dari mahalnya harga tiket pesawat. Dampak tersebut adalah seretnya kunjungan ke taman rekreasi. Pengunjung ke taman rekreasi, menurun, karena kunjungan wisatawan ke Bali berkurang.
“Penurunan sampai 30 persen,” ujar I Nyoman Suterjana, Director of Sales and Marketing Bali Safari- salah satu taman rekreasi di Bali di kawasan Serongga, Gianyar.
Menurut Sutarjana, dalam kondisi normal jika dirata- rata sekitar 500-an orang wisatawan berkunjung ke Bali Safari, Namun pasca kenaikan harga tiket pesawat, kunjungan berkurang.
Termasuk pada beberapa waktu belakangan sampai dengan awal Agustus. “ Ini semestinya peak season. Namun pengunjung berkurang,” ungkap Sutarjana.
Dari pengecekan yang dilakukan kepada partner, diantaranya travel agent, menunjukkan memang terjadi penurunan. “Kita kan lakukan double chek, memang menurun,” ungkapnya.
Kesimpulannya kata Sutarjana, dari agent-agent yang paling challenge adalah mengenai pesawat terbang ( harga tiket yang mahal). Termasuk juga wisman.
“Misalnya market India, mereka flight-nya ke Bali sangat mahal, dibandingkan misalnya mereka flight ke Thailand atau ke destinasi lain,” kata Sutarjana.
Faktor lain juga terbatasnya pesawat, yang ke Bali atau ke Indonesia dari semua pangsa pasar. Termasuk pasar China, Korea. Semua karena faktor flight atau penerbangan. *K17
“Penurunan sampai 30 persen,” ujar I Nyoman Suterjana, Director of Sales and Marketing Bali Safari- salah satu taman rekreasi di Bali di kawasan Serongga, Gianyar.
Menurut Sutarjana, dalam kondisi normal jika dirata- rata sekitar 500-an orang wisatawan berkunjung ke Bali Safari, Namun pasca kenaikan harga tiket pesawat, kunjungan berkurang.
Termasuk pada beberapa waktu belakangan sampai dengan awal Agustus. “ Ini semestinya peak season. Namun pengunjung berkurang,” ungkap Sutarjana.
Dari pengecekan yang dilakukan kepada partner, diantaranya travel agent, menunjukkan memang terjadi penurunan. “Kita kan lakukan double chek, memang menurun,” ungkapnya.
Kesimpulannya kata Sutarjana, dari agent-agent yang paling challenge adalah mengenai pesawat terbang ( harga tiket yang mahal). Termasuk juga wisman.
“Misalnya market India, mereka flight-nya ke Bali sangat mahal, dibandingkan misalnya mereka flight ke Thailand atau ke destinasi lain,” kata Sutarjana.
Faktor lain juga terbatasnya pesawat, yang ke Bali atau ke Indonesia dari semua pangsa pasar. Termasuk pasar China, Korea. Semua karena faktor flight atau penerbangan. *K17
1
Komentar