Peserta Lomba Nyurat Masih Asal Comot
Dewan Pendidikan dan Klinik Kabupaten Tabanan untuk ketiga kalinya menggelar nyurat aksara Bali untuk jenjang SD pada Kamis (8/8).
TABANAN, NusaBali
Meskipun jumlah peserta meningkat yakni mencapai 99 orang, dari jumlah itu masih minim peserta laki-laki. Bahkan peserta yang ikut masih banyak yang asal comot, tidak melalui seleksi.
Ketua Panitia Acara, I Wayan Kawi menyayangkan peserta yang diikutkan lomba nyurat masih asal comot, tidak melalui seleksi. Sebab tujuan lomba selain membiasakan siswa mengenal bahasa Bali sejak dini, juga untuk menjaring bakat dan kemampuan untuk mengikuti lomba ke tingkat berikutnya sebagai duta Tabanan.
“Oleh karena itu saya berharap guru dan pembina yang ada di kecamatan benar-benar serius untuk menjaring siswa, jangan hanya asal comot. Siapa tahu ada siswa yang lebih berbakat lagi,” tegas Kawi di sela-sela acara lomba.
Kawi juga mengakui meskipun terjadi peningkatkan jumlah peserta yang kali ini mencapai 99 orang, tetapi masih minim peserta laki-laki. “Ada sekolah yang tidak mengirimkan peserta lomba laki-laki, karena diakui tidak ada yang memiliki kemampuan nyurat aksara. Ini juga akan kami jadikan atensi,” tegasnya.
Sementara itu Plt Kepala Dinas Pendidikan Tabanan I Wayan Miarsana mengatakan ajang lomba ini sekaligus metode meningkatkan kompetensi kapasitas anak-anak secara berkelanjutan dan harus dilakukan jika tidak ingin nantinya sastra Bali menjadi punah.
“Sastra Bali banyak dipergunakan di berbagai dokumen, khususnya yang berkaitan dengan budaya. Seperti awig awig adat, sastranya harus sastra Bali, di sana ada sastra latin untuk memudahkan,” tuturnya. Begitu pun untuk upaya melestarikan budaya Bali tidak hanya dilakukan oleh pemerintah daerah dan instansi terkait, melainkan juga pihak swasta bisa ikut mengambil peran.
Dan terkait minimnya kepesertaan laki-laki dalam lomba nyurat aksara Bali, Miarsana mengatakan dinas pendidikan selaku leading sector akan melakukan review. “Apakah hal itu dikarenakan memang tidak ada potensi atau kondisi lain yang menyebabkan mereka tidak hadir,” imbuhnya.
Miarsana menambahkan untuk peserta yang memenangkan lomba akan diprioritaskan untuk mengikuti lomba tingkat lebih tinggi. Pun jika ada pekerjaan yang berkaitan dengan nyurat aksara Bali, mereka akan diberdayakan.
Ketua Dewan Pendidikan Tabanan I Wayan Madra Suartana, menambahkan lomba nyurat digelar supaya pelajar sekarang yang sudah terbiasa membawa gadget agar tidak lupa dengan budaya Bali sehingga digelar lomba nyurat. “Jadi langkah ini dijadikan rem, tak semata-mata orientasi ke depan, tapi semestinya diberikan kebiasaan yang menjadi basic kebudayaan Bali," tandasnya. *des
Ketua Panitia Acara, I Wayan Kawi menyayangkan peserta yang diikutkan lomba nyurat masih asal comot, tidak melalui seleksi. Sebab tujuan lomba selain membiasakan siswa mengenal bahasa Bali sejak dini, juga untuk menjaring bakat dan kemampuan untuk mengikuti lomba ke tingkat berikutnya sebagai duta Tabanan.
“Oleh karena itu saya berharap guru dan pembina yang ada di kecamatan benar-benar serius untuk menjaring siswa, jangan hanya asal comot. Siapa tahu ada siswa yang lebih berbakat lagi,” tegas Kawi di sela-sela acara lomba.
Kawi juga mengakui meskipun terjadi peningkatkan jumlah peserta yang kali ini mencapai 99 orang, tetapi masih minim peserta laki-laki. “Ada sekolah yang tidak mengirimkan peserta lomba laki-laki, karena diakui tidak ada yang memiliki kemampuan nyurat aksara. Ini juga akan kami jadikan atensi,” tegasnya.
Sementara itu Plt Kepala Dinas Pendidikan Tabanan I Wayan Miarsana mengatakan ajang lomba ini sekaligus metode meningkatkan kompetensi kapasitas anak-anak secara berkelanjutan dan harus dilakukan jika tidak ingin nantinya sastra Bali menjadi punah.
“Sastra Bali banyak dipergunakan di berbagai dokumen, khususnya yang berkaitan dengan budaya. Seperti awig awig adat, sastranya harus sastra Bali, di sana ada sastra latin untuk memudahkan,” tuturnya. Begitu pun untuk upaya melestarikan budaya Bali tidak hanya dilakukan oleh pemerintah daerah dan instansi terkait, melainkan juga pihak swasta bisa ikut mengambil peran.
Dan terkait minimnya kepesertaan laki-laki dalam lomba nyurat aksara Bali, Miarsana mengatakan dinas pendidikan selaku leading sector akan melakukan review. “Apakah hal itu dikarenakan memang tidak ada potensi atau kondisi lain yang menyebabkan mereka tidak hadir,” imbuhnya.
Miarsana menambahkan untuk peserta yang memenangkan lomba akan diprioritaskan untuk mengikuti lomba tingkat lebih tinggi. Pun jika ada pekerjaan yang berkaitan dengan nyurat aksara Bali, mereka akan diberdayakan.
Ketua Dewan Pendidikan Tabanan I Wayan Madra Suartana, menambahkan lomba nyurat digelar supaya pelajar sekarang yang sudah terbiasa membawa gadget agar tidak lupa dengan budaya Bali sehingga digelar lomba nyurat. “Jadi langkah ini dijadikan rem, tak semata-mata orientasi ke depan, tapi semestinya diberikan kebiasaan yang menjadi basic kebudayaan Bali," tandasnya. *des
1
Komentar