Petani Enam Subak Khawatir Tak Dapat Pasokan Air
Para petani khawatir tidak mendapat pasokan air karena seluruh sumber air yang dibagi lewat di Bulian akan ditampung di Bendungan Tamblang.
Terkait Proyek Bendungan Tamblang
SINGARAJA, NusaBali
Rencana pembangunan Bendungan Tamblang belakangan memunculkan kekhawatiran di kalangan petani di enam subak bertetangga di Kecamatan Kubutambahan dan Kecamatan Sawan. Mereka khawatir tidak mendapat pasokan air ketika proyek tersebut berlangsung. Bahkan, saat proyek sudah jadi pun, petani di enam subak masih tetap khawatir tidak mendapat pasokan air.
Adapun enam subak bertetangga itu masing-masing Subak Tambahan, Tukad Dalem, Babakan, dan Subak Uma Desa di Kecamatan Kubutambahan, Subak Unggakan, Bulian dan Subak Yangai, di Kecamatan Sawan. Pusat pembagian air irigasi untuk ke enam subak ini berada di di Bulian. Total luas lahan sawah di enam subak tersebut diperkirakan mencapai 400 hektare. Seluruh persawahan di enam subak ini berada paling hilir.
Kekhawatiran para petani tersebut terungkap saat pauman prajuru subak di Pura Subak Uma Desa, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Minggu (11/8) siang, usai melaksanakan gotong-royong pembersihan saluran irigasi subak.
Karena ada kekhawatiran tersebut, pentolan LSM KONTRAS, asal Kubutambahan, I Gede Agastia meminta agar mantan Kepala Balai Wilayah Sungai Bali Penida (BWS BP) Jero Nyoman Ray Yusha hadir dan memberikan pemahaman pada para petani. Ray Yusha yang kebetulan berada di kampung halaman, Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan langsung hadir dan memberi pemahaman.
Dalam pauman tersebut, Kelian Subak Uma Desa, Nyoman Kantja mengungkapkan, para petani di enam subak tersebut khawatir tidak mendapat pasokan air ketika Bendungan Tamblang mulai dikerjakan. Karena seluruh sumber air yang dibagi lewat di Bulian akan ditampung di Bendungan Tamblang. “Kami khawatir itu karena kami belum mendapat pejelasan secara pasti. Takutnya, begitu proyek itu jalan, pasokan air dihentikan kehilir. Tentu ini sangat merugikan bagi kami,” katanya.
Nyoman Kantja yang juga mantan penjaga bendung di Bulian menambahkan, petani juga khawatir ketika Bendungan Tamblang sudah beroperasi. Karena air yang dikumpulkan di Bendungan Tamblang akan dibagi-bagi, sehingga petani di bagian hilir tidak mendapat pasokan air yang maksimal. “Air itu kan nanti akan dibagi. Kami akan tetap meminta bagaimana pada musim kemarau, pasokan air ke enam subak ini tetap ada. Jangan sampai, karena alasan air ditampung saat musim panas, pasokan air kepada kami ini dikurangi bahkan dihentikan. Kami ingin tetap bisa melakukan musim panen tiga kali dalam setahun ,” tegasnya.
Sementara, Jero Nyoman Ray Yusha yang hadir dalam pauman tersebut, menjelaskan secara teknis ada kemungkinan aliran air untuk sementara dihentikan karena pengerjaan kontruksi bendungan. Namun, Ray Yusha memastikan pembangunan konstruksi Bendungan Tamblang tidak sampai menutup aliran air ke hilir. Keyakinan itu dikatakan, karena pembangunan konstruksi itu sudah memperhitungkan aliran air ke hilir.
“Sebenarnya wajar para petani itu khawatir seperti itu, karena dalam pengerjaan kontruksi Bendungan Tamblang, kemungkinan pasokan air terhambat bisa saja terjadi. Tetapi secara teknis, tentu sudah diperhitungkan oleh pelaksana pekerjaan bagaimana air itu tetap mengalir ke hilir,” jelasnya.
Meski menyakini hal itu sudah perhitungkan oleh pelaksana pekerjaan, Ray Yusha tetap akan mengawal kekhawatiran para petani tersebut. Karena Ray Yusha tidak ingin proyek Bendungan Tamblang justru merugikan masyarakat. “Sebagaimana mantan orang BWS, saya akan perjuangkan kalau nanti ada hal-hal yang merugikan masyarakat,” tegas Ray Yusha yang sebentar lagi dilantik sebagai anggota DPRD Bali.
Sejauh ini, rencana pembangunan Bendungan Tamblang masih proses pembebasan lahan. Bendungan Tamblang berada di empat desa bertetangga, Desa Bila dan Desa Bontihing di Kecamatan Kubutambahan, Desa Sawan dan Desa Bebetin di Kecamatan Sawan. Total luas lahan yang dimanfaatkan 58,79 hektare. *k19
Komentar