Warga ke Puncak Bawa 100 Jerigen Air
Warga membawa 100 jerigen masing-masing volume 5 liter, serta membawa 2 unit alat semprot padi.
Upaya Memadamkan Api di Kawasan Gunung Batukaru
TABANAN, NusaBali
Meskipun kobaran api di kawasan Gunung Batukaru, Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan, telah padam tetapi warga di delapan desa adat di Desa Wongaya Gede bersama petugas terkait masih siaga. Pasalnya bara api bekas kebakaran yang ada di areal terjal masih menyala ketika ada tiupan angin. Untuk menangani hal itu, Rabu (14/8) malam sekitar pukul 24.00 Wita sejumlah warga dari empat desa adat naik ke puncak lokasi kebakaran membawa air dan alat semprot padi. Air yang dibawa sebanyak 100 jerigen, masing-masing volume 5 liter, dan membawa dua buah alat semprot padi.
Bendesa Adat Wongaya Gede I Ketut Sucipto, mengatakan sesuai informasi dan laporan warga serta relawan yang datang dari penanganan kebakaran di lokasi kebakaran atau selatan dan timur Pura Puncak Kedaton, dinyatakan api tidak ada yang menyala dan sudah padam.
Tetapi bara api bekas kebakaran masih terlihat terutama di areal terjal. Kondisi ini menyulitkan penanganan dengan cara manual. “Dan yang mengagetkan laporan dari warga yang turun Rabu pagi, bahwa bara api yang menyala ketika ada angin menimbulkan percikan api,” ungkap Sucipto, Rabu (14/8).
Dengan kondisi itu, agar tidak menjadi masalah kembali, sesuai dengan hasil koordinasi dengan Camat Penebel, BPBD Tabanan, Danramil Penebel, dan kepolisian diputuskan bahwa Rabu malam pukul 24.00 Wita memberangkatkan warga ke puncak atau lokasi kebakaran. Warga yang berangkat adalah dari Desa Adat Jatiluwih, Desa Adat Penatahan, Desa Adat Tengkudak, dan Desa Adat Wongaya Gede. Mereka naik membawa air dan alat semprot padi.
Pemberangkatan dilakukan pukul 24.00 Wita tersebut atas pertimbangan, apabila berangkat pukul 17.00 warga yang melakukan penanganan sampai puncak akan kedinginan serta penanggulangannya tidak cepat karena gelap (malam hari). Namun apabila berangkat malam hari, sampai di puncak pagi hari serta penanganan akan optimal.
Dituturkan Sucipto yang dikenal dengan sapaan Pak Bintang, warga yang naik membawa air dengan jumlah 100 jerigen masing-masing isi 5 liter. Warga juga membawa alat semprot padi, masing-masing sebanyak 2 unit. “Ini penting dilakukan, karena kalau dibiarkan sekarang musim kemarau, angin kencang dan kami takut timbul hal yang tidak diinginkan,” katanya.
Namun apabila langkah terakhir yang dilakukan warga tidak berhasil, penanganan kebakaran akan dikembalikan ke Pemkab Tabanan untuk mengatasi. “Ini adalah langkah terakhir. Mudah-mudahan berhasil memadamkan bara api. Apabila tidak, kami minta bantuan pemerintah untuk penanganan,” tandasnya.
Sucipto menambahkan berdasarkan informasi warga yang turun dari penanggulangan kebakaran Rabu pagi, pada Rabu siang masih ada empat orang di puncak memantau bara api. Namun identitasnya tidak diketahui karena terlihat dari kejauhan.
Lantaran ada dugaan bahwa kebakaran terjadi karena ada ulah pendaki yang membakar sampah dan membuat api unggun, Selasa (13/8) pagi tim Inafis Polres Tabanan sudah melakukan penyelidikan ke lokasi kebakaran. Tetapi hasilnya masih menunggu perkembangan.
Kasat Reskrim Polres Tabanan AKP I Made Prama seizin Kapolres Tabanan AKBP I Made Sinar Subawa, menjelaskan untuk penindakan kebakaran, kepolisian, TNI, dan masyarakat fokus memadamkan api. Sedangkan untuk proses penyelidikan, polisi telah melakukan penyelidikan guna mengetahui sumber api. “Polisi sudah cek ke TKP dan melakukan identifikasi,” ujarnya.
Dikatakan sesuai dengan penyelidikan awal, sementara belum ditemukan penyebab munculnya api. Karena di lokasi hanya ditemukan kebakaran rimbunan pohon paku. Belum ditemukan adanya bekas puntung rokok ataupun bekas pembakaran sampah di titik api. “Jadi ini masih proses penyelidikan. Perkembangannya saya laporkan,” tegasnya. *des
1
Komentar