Harga Air Hasil Penyulingan Mahal
Kalau ini dibandingkan, harga air SWRO lebih murah dari air galon.
Biaya Operasional Mesin Tinggi
SEMARAPURA, NusaBali
Keberadaan sistem pengembangan air minum (SPAM) dengan teknologi sea water reverse osmosis (SWRO), di Nusa Ceningan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, disambut antusias oleh warga setempat. Karena daerah ini terbatas sumber mata air. Namun, rancangan tarif dasar yang ditawarkan dari PDAM Klungkung relatif mahal, mencapai Rp 41.000/M3 (kubik).
SWRO di Nusa Ceningan dibangun dari anggaran APBN 2013/2014, untuk mengolah air laut menjadi air minum bagi kebutuhan masyarakat di Desa Lembongan dan Desa Jungutbatu, Kecamatan Nusa Penida. Saat ini sudah terpasang 240 unit ke sambungan rumah (SR). SWRO tersebut dapat memenuhi kebutuhan air minum bagi lebih dari 1.500 SR, dengan kapasitas produksi 5 liter/detik.
Direktur PDAM Klungkung I Nyoman Renin Suyasa mengatakan, penentuan tarif SWRO tersebut tengah menunggu surat keputusan (SK) Bupati Klungkung. Meskipun demikian pihaknya sudah menentukan acang-ancang tarif Rp 41.000/M3. Dia mengakui tarif tersebut tinggi jika dibandingkan dengan tarif air PDAM yang diambil lewat sumber mata air, yakni dengan harga dasar Rp 1.400/M3. Karena, kata dia, biaya operasional mesin yang mengolah air laut menjadi air tawar siap minum memang tinggi. “Kita sudah sosialisasikan hal ini,” katanya.
Renin menjelaskan selama ini warga di wilayah Jungutbatu dan Lembongan, memiliki sumur galian dan tempat penampungan air hujan. Namun air yang diperoleh dari sumur galian rasanya agak asin, sehingga sulit dikonsumsi. Sehingga untuk konsumsi warga terpaksa membeli air bersih kisaran Rp 18 ribu/galon. Jika dijumlah 1 M3 air setara dengan 50 galon. “Kalau ini dibandingkan tentu harga air SWRO lebih murah daripada air galon,” sebutnya.
Perbekel Jungutbatu I Made Gede Suryawan mengatakan, pihaknya sangat menyambut antusias keberdaan SWRO tersebut. Pasalnya selama ini untuk konsumsi dia membeli air galon yang bisa dipakai 2-3 hari. “Air galon itu saya konsumsi untuk 6 orang di rumah, kalau harga air SWRO ini kisaran Rp 41 ribu/M3 kami tidak keberatan,” ujarnya. Kata dia, untuk mandi, mencuci dan lainnya, selama ini, warga setempat memanfaatkan air dari sumur gali. Hanya saja rasanya agak asin. Bahkan saat menggosok badan dengan sabun tidak keluar buih. 7 w
SEMARAPURA, NusaBali
Keberadaan sistem pengembangan air minum (SPAM) dengan teknologi sea water reverse osmosis (SWRO), di Nusa Ceningan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, disambut antusias oleh warga setempat. Karena daerah ini terbatas sumber mata air. Namun, rancangan tarif dasar yang ditawarkan dari PDAM Klungkung relatif mahal, mencapai Rp 41.000/M3 (kubik).
SWRO di Nusa Ceningan dibangun dari anggaran APBN 2013/2014, untuk mengolah air laut menjadi air minum bagi kebutuhan masyarakat di Desa Lembongan dan Desa Jungutbatu, Kecamatan Nusa Penida. Saat ini sudah terpasang 240 unit ke sambungan rumah (SR). SWRO tersebut dapat memenuhi kebutuhan air minum bagi lebih dari 1.500 SR, dengan kapasitas produksi 5 liter/detik.
Direktur PDAM Klungkung I Nyoman Renin Suyasa mengatakan, penentuan tarif SWRO tersebut tengah menunggu surat keputusan (SK) Bupati Klungkung. Meskipun demikian pihaknya sudah menentukan acang-ancang tarif Rp 41.000/M3. Dia mengakui tarif tersebut tinggi jika dibandingkan dengan tarif air PDAM yang diambil lewat sumber mata air, yakni dengan harga dasar Rp 1.400/M3. Karena, kata dia, biaya operasional mesin yang mengolah air laut menjadi air tawar siap minum memang tinggi. “Kita sudah sosialisasikan hal ini,” katanya.
Renin menjelaskan selama ini warga di wilayah Jungutbatu dan Lembongan, memiliki sumur galian dan tempat penampungan air hujan. Namun air yang diperoleh dari sumur galian rasanya agak asin, sehingga sulit dikonsumsi. Sehingga untuk konsumsi warga terpaksa membeli air bersih kisaran Rp 18 ribu/galon. Jika dijumlah 1 M3 air setara dengan 50 galon. “Kalau ini dibandingkan tentu harga air SWRO lebih murah daripada air galon,” sebutnya.
Perbekel Jungutbatu I Made Gede Suryawan mengatakan, pihaknya sangat menyambut antusias keberdaan SWRO tersebut. Pasalnya selama ini untuk konsumsi dia membeli air galon yang bisa dipakai 2-3 hari. “Air galon itu saya konsumsi untuk 6 orang di rumah, kalau harga air SWRO ini kisaran Rp 41 ribu/M3 kami tidak keberatan,” ujarnya. Kata dia, untuk mandi, mencuci dan lainnya, selama ini, warga setempat memanfaatkan air dari sumur gali. Hanya saja rasanya agak asin. Bahkan saat menggosok badan dengan sabun tidak keluar buih. 7 w
Komentar