Disdikpora Panggil Oknum Guru Ringan Tangan
Kondisi 49 siswa dalam satu kelas dinilai berakibat pada pengawasan dan proses pembelajaran.
SINGARAJA, NusaBali
Kasus kekerasan pada siswa di SDN 2 Sinabun, Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, Buleleng terus bergulir. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng pun berencana akan memanggil oknum guru yang dilaporkan komite sekolah, Jumat (16/8) ini, untuk dimintai keterangan.
Sekretaris Disdikpora Buleleng, Made Astika yang ditemui di ruangannya Kamis (15/8) siang mengatakan, pihaknya baru menerima laporan surat pengaduan oleh komite sekolah pada Rabu (14/8) pukul 16.00 WITA. Laporan itu pun langsung ditindak lanjuti dengan mengutus Kepala Bidang Pembinaan SD, I Nyoman Darta langsung memverifikasi laporan tersebut ke SDN 2 Sinabun.
“Tadi Kabid Pembinaan SD kami sudah turun untuk memverifikasi laporan itu dan memang dibenarkan oleh pihak sekolah serta sudah dilakukan mediasi antara orangtua siswa yang bersangkutan dengan oknum guru itu. Namun dari segi etika keguruan akan kami tindak lanjuti, besok akan kami lakukan pemanggilan kepada yang bersangkutan,” jelas Astika.
Pemanggilan kepada oknum guru yang dilaporkan komite sekolah ringan tangan itu akan dimintai konfirmasi terkait tindakannya. Astika juga mengatakan segera akan menentukan punishment kepada guru yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada etika keguruan. “Kemungkinan nanti akan kami lakukan switch dan penyegaran kondisi proses pembelajaran di SDN 2 Sinabun,” imbuh dia.
Pihaknya pun mengaku kondisi siswa yang jumlahnya overload menjadi 49 orang satu kelas di luar dugaan. Hal itu pun tak dipungkiri olehnya berakibat pada pengawasan dan proses pembelajaran yang berpotensi terjadi gangguan. Astika mengatakan sejak dua kelas digabung menjadi satu dalam proses pembelajarannya sejauh ini belum ada laporan yang masuk ke dinas termasuk kekurangan guru kelasnya. Sesuai dengan data Dapodiknya pun kelas III di SDN 2 Sinabun masih terdata dua ruangan.
Terkait dengan hal kekurangan guru di sekolah itu Astika akan segera melaporkan ke pimpinan dan mengupayakan pemenuhan kekurangan guru di sekolah setempat. Sedangkan oknum guru ringan tangan hingga kemarin masih tetap hadir ke sekolah, meskipun Kasek SDN 2 Sinabun membijaki untuk tidak masuk kelas sementara waktu.
Sementara itu oknum guru berinisial FN melalui suaminya GKA, 54, melakukan pembelaan. Pihaknya pun menjelaskan jika aksi ringan tangan yang diakui oleh FN dilakukan semata-mata untuk proses pendidikan yang lebih baik. “Istri saya mengakui telah melakukan itu, kejadiannya saat jam pelajaran pad hari Selasa (13/8,red). Jadi karena muridnya overload, banyak yang belum bisa baca tulis, saat diajar banyak yang melawan dan etikanya kurang bagus, sehingga lengannya yang dipukul, orang mendidik supaya mereka sadar,” ungkapnya saat ditemui di kantor tempatnya bertugas.
Termasuk memukul dengan gagang sapu juga dibenarkan, karena anak yang menjadi korban disebut-sebut paling bandel di sekolahnya. GKA juga mengatakan jika istrinya tak melakukan kejadian tersebut berulang-ulang dan sudah meminta maaf kepada orangtua siswa yang bersangkutan. Terkait dengan tuntutan orang tua siswa untuk memindah tugaskan istrinya ke sekolah lain, GKA pun mengaku akan menerimanya sepanjang hal tersebut untuk pembinaan. “Saya tidak apa kalau istri dipindah, asal dekat dengan rumah dan ada prediksi yang tidak bagus. Jangan sampai guru yang membina dan mendidik anak untuk berprestasi, ada orang tua yang berkepentingan ingin memindahkan guru. Bagaimana pendidikan bisa maju,” kata dia.*k23
Sekretaris Disdikpora Buleleng, Made Astika yang ditemui di ruangannya Kamis (15/8) siang mengatakan, pihaknya baru menerima laporan surat pengaduan oleh komite sekolah pada Rabu (14/8) pukul 16.00 WITA. Laporan itu pun langsung ditindak lanjuti dengan mengutus Kepala Bidang Pembinaan SD, I Nyoman Darta langsung memverifikasi laporan tersebut ke SDN 2 Sinabun.
“Tadi Kabid Pembinaan SD kami sudah turun untuk memverifikasi laporan itu dan memang dibenarkan oleh pihak sekolah serta sudah dilakukan mediasi antara orangtua siswa yang bersangkutan dengan oknum guru itu. Namun dari segi etika keguruan akan kami tindak lanjuti, besok akan kami lakukan pemanggilan kepada yang bersangkutan,” jelas Astika.
Pemanggilan kepada oknum guru yang dilaporkan komite sekolah ringan tangan itu akan dimintai konfirmasi terkait tindakannya. Astika juga mengatakan segera akan menentukan punishment kepada guru yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada etika keguruan. “Kemungkinan nanti akan kami lakukan switch dan penyegaran kondisi proses pembelajaran di SDN 2 Sinabun,” imbuh dia.
Pihaknya pun mengaku kondisi siswa yang jumlahnya overload menjadi 49 orang satu kelas di luar dugaan. Hal itu pun tak dipungkiri olehnya berakibat pada pengawasan dan proses pembelajaran yang berpotensi terjadi gangguan. Astika mengatakan sejak dua kelas digabung menjadi satu dalam proses pembelajarannya sejauh ini belum ada laporan yang masuk ke dinas termasuk kekurangan guru kelasnya. Sesuai dengan data Dapodiknya pun kelas III di SDN 2 Sinabun masih terdata dua ruangan.
Terkait dengan hal kekurangan guru di sekolah itu Astika akan segera melaporkan ke pimpinan dan mengupayakan pemenuhan kekurangan guru di sekolah setempat. Sedangkan oknum guru ringan tangan hingga kemarin masih tetap hadir ke sekolah, meskipun Kasek SDN 2 Sinabun membijaki untuk tidak masuk kelas sementara waktu.
Sementara itu oknum guru berinisial FN melalui suaminya GKA, 54, melakukan pembelaan. Pihaknya pun menjelaskan jika aksi ringan tangan yang diakui oleh FN dilakukan semata-mata untuk proses pendidikan yang lebih baik. “Istri saya mengakui telah melakukan itu, kejadiannya saat jam pelajaran pad hari Selasa (13/8,red). Jadi karena muridnya overload, banyak yang belum bisa baca tulis, saat diajar banyak yang melawan dan etikanya kurang bagus, sehingga lengannya yang dipukul, orang mendidik supaya mereka sadar,” ungkapnya saat ditemui di kantor tempatnya bertugas.
Termasuk memukul dengan gagang sapu juga dibenarkan, karena anak yang menjadi korban disebut-sebut paling bandel di sekolahnya. GKA juga mengatakan jika istrinya tak melakukan kejadian tersebut berulang-ulang dan sudah meminta maaf kepada orangtua siswa yang bersangkutan. Terkait dengan tuntutan orang tua siswa untuk memindah tugaskan istrinya ke sekolah lain, GKA pun mengaku akan menerimanya sepanjang hal tersebut untuk pembinaan. “Saya tidak apa kalau istri dipindah, asal dekat dengan rumah dan ada prediksi yang tidak bagus. Jangan sampai guru yang membina dan mendidik anak untuk berprestasi, ada orang tua yang berkepentingan ingin memindahkan guru. Bagaimana pendidikan bisa maju,” kata dia.*k23
Komentar