Jembatan Kelating-Tibubiu Berbahaya
Galian C di timur telabah Yeh Lating, Banjar/Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, tak hanya menyebabkan pendangkalan sungai dan munculnya ‘sumur-sumur’ berbahaya di lokasi bekas galian.
Pemilik galian C secara swadaya sering mengganti kayu-kayu balok yang rusak agar jembatan bisa dilalui.
TABANAN, NusaBali
Aktivitas galian batu padas juga dituding menjadi penyebab rusaknya jembatan penghubung antara Banjar Kelating dengan Banjar Tegal Temu, Desa Tibubiu, Kecamatan Kerambitan.
Sumber NusaBali mengatakan, jembatan penghubung Kelating-Tibubiu tembus pantai Soka, Desa Antap, Kecamatan Selemadeg, Tabanan itu dibuat pada tahun 2000. Pembangunan jembatan penghubung itu merupakan program ABRI Masuk Desa (kini disebut TMMD: TNI Manunggal Membangun Desa). Jembatan tersebut beralaskan besi memanjang sebanyak 4 buah. Di atas besi dipasangi papan kayu. Kondisi papan kayu telah rusak dan kini digantikan balok kayu.
“Sejak ada aktivitas galian C, truk sarat muatan batu padas kerap lalu lalang sehingga jembatan cepat rusak. Sekarang dipasangi kayu gelondongan dan ditutupi tain kalyan (abu dari sisa rabasan padas). Jembatan ini jadi berbahaya karena kayu cepat rusak,” ungkap sumber di lapangan, Kamis (5/11). Dikatakan, jika ada hujan, tanah dari tain kalyan akan hanyut sehingga jembatan berlubang di antara celah-celah kayu gelondongan.
Pantauan di lapangan, jembatan ini sudah tampak banyak lubang di antara celah kayu. Saat dilalui kendaraan roda empat maupun roda dua, jembatan ini seperti isi per yang menyebabkan pengendara merasa getaran karena jembatan bergoyang. Jumlah kendaraan yang lewat cukup banyak, bahkan di antaranya banyak mobil mewah. Menurut warga, di Desa Kelating dan Desa Tibubiu banyak vila milik wisatawan asing.
Salah seorang sopir truk, Gusti Ketut Sumerta, 47, mengungkapkan jembatan ini pernah diperbaiki pada tahun 2013. Namun sejak tahun 2014, jembatan penghubung Kelating-Tibubiu kembali mengalami kerusakan. Sumerta membantah jika jembatan ini cepat rusak akibat lalu lalang truk pengangkut batu padas. Justru jembatan ini dirawat para pemilik galian C dan pemilik truk. “Hampir 20 hari sekali kami ganti balok kayunya agar bisa dilewati. Jembatan ini banyak yang makai karena tidak hanya menjadi penghubung Kelatin dan Tibubiu, tapi juga tembus hingga pantai Soka,” ungkap Sumerta.
Sumerta mengatakan, para pemilik galian C dan para sopir truk secara swadaya mengganti kayu-kayu balok yang rusak agar jembatan bisa dilalui. Sopir truk yang merupakan warga Kelating ini mengakui jika musim hujan, terlihat hanya rangka besi dan balok kayu karena tanahnya dihanyutkan air hujan. Selaku warga, ia pun berharap jembatan ini mendapatkan perbaikan.
Mengingat kondisi jembatan yang membahayakan, Sumerta mengaku ngeri melintasi kreteg tersebut apalagi truk isi muatan. “Kalau harus lewat jembatan ini, paling berani angkut 400 biji batu padas. Truk yang saya kendarai pernah terjebak di jembatan ini,” ungkap Sumerta.
Sementara Kepala Badan Satpol PP Tabanan, Wayan Sarba bersama anggota sempat meninjau lokasi galian C di Banjar Kelating, Kamis kemarin. Para pengelola galian C yang jumlahnya 13 orang akan dipanggil ke kantor pada Senin (9/11) mendatang. Salah seorang pengelola galian C, Gede Dika, tak mampu tunjukkan perizinan kepada Satpol PP. “Melalui pak Dika, kami minta diberitahukan kepada pemilik galian C lainnya agar ke kantor hari Senin. Kita menduga galian C ini bodong,” ungkap Sarba.
Komentar