Festival Desa 'Sisihkan' Porsenides
Namun kebanyakan format festival desa yang ada hanya parade atau lomba-lomba seni sebagaimana mata kegiatan seni dalam Porsenides.
AMLAPURA, NusaBali
MASYARAKAT Bali tergolong masyarakat yang dinamis dalam segala sisi. Banyak desa di Bali pada mulanya getol mengelear potensi calon atlet dan seniman melalui event Porsenides (Pekan Olahraga dan Seni Desa). Demi mengembangkan potensi wisata desa, banyak desa belakangan ini mulai mengembangkan festival.
Namun kebanyakan format festival desa yang ada hanya parade atau lomba-lomba seni sebagaimana mata kegiatan seni dalam Porsenides. Di antara festival yang ada, Banfes (Bebandem Festival) I Tahun 2019, 27 Juni - 22 Juli 2019. Perbekel Bebandem I Gede Partadana menyatakan festival ini merupakan inovasi Desa Bebandem, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Festival dengan menghadirkan beragam keindahan dan potensi desa bidang seni, olahraga, dan kearifan lokal. Kegiatan ini melibatkan warga dari 12 banjar, dari segala tingkatan usia diwadahi dalam lomba.
Sehingga mereka berbaur memperlihatkan kemampuannya, mulai dari kalangan siswa PAUD (Pendidikan Anak Usai Dini) hingga kalangan ibu-ibu rumah tangga. ‘’Kemeriahan itu merupakan bagian dari kegiatan untuk mengisi salah satu pembangunan desa,’’ jelasnya saat dihubungi di kediamannya, Banjar Desa, Desa/Kecamatan Bebandem, Karangasem, beberapa waktu lalu.
Partadana mengatakan ada tiga tujuan festival. Pertama, sebagai ajang mempersatukan warga Desa Bebandem dalam nuansa kebersamaan dan persaudaraan untuk memotivasi pembangunan desa. Kedua, pencarian potensi desa bidang seni dan olahraga dari semua golongan, Ketiga untuk membangun sumber daya manusia Desa Bebandem dari semua generasi.
Saat acara pembukaan Bebandem Festival, seribuan ibu-ibu tumpah ke Lapangan Melawa, Banjar Desa, Desa Bebandem mengikuti senam AW S3 (Andrie Wongso Sehat Semangat dan Senang). Juga menampilkan, drum band SDN 1 Bebandem, blaganjur Adhi Merdangga dari Bala Bandem Mula Eka Satya Pramudita. Rangkaian kegiatan lainnya: voli, futsal, bulutangkis, pengobatan gratis, donor darah, workshop rejang dan bebantenan, workshop kepemudaan, funs game, Cerdas Cermat PKK antar banjar. Festival itu ditutup dengan acara resepsi dan pembagian hadiah, Sabtu (20/7/2019), di Gedung Kesenian Desa Bebandem.
Desa Bebandem dengan luas wilayah 14.735 kilometer persegi, dengan penduduk 13.827 jiwa, tersebar di 12 banjar: Desa Tengah, Dukuh, Jungsri, Kastala, Kayu Putih, Liligundi, Pande Sari, Tihingan Kangin, Tihingan Kauh, Tihingan Tengah, Tihingseka dan Tohpati. Berada di ketinggian 500-700 meter dari permukaan laut. Pekerjaan penduduk kebanyakan petani kebun, petani sawah, buruh tani, tukang kayu, tukang batu, buruh bangunan, usaha kios, kerajinan, usaha ternak dan sebagainya.
Hanya saja, asal usul nama Desa Bebandem, sendiri belum banyak diketahui masyarakat. Sebab, jarang dibacakan sejarah desa itu. Padahal sesuai catatan sejarah yang tertuang dalam awig-awig Desa Adat Bebandem, jauh sebelumnya tahun Saka 1103, Raja Bali menganugerahi prasasti Bahung Teringan yang disimpan di Pura Gumi, awalnya mulanya bernama Desa Adat Bahung Teringan. Saat itu penduduk desa hanya 30 jiwa, kemudian berkembang jadi 40 jiwa, sehingga lebih lazim dikenal dengan istilah, krama muwed petangdasa. Nama desa berganti, sekitar tahun 1700 Masehi, saat keturunan Ida Dalem Tarukan, yakni Sang Putus I Gusti Bandem, menjadi pamucuk atau bendesa adat. Sejak itulah nama desa diganti dengan nama Desa Adat Bebandem, diambil dari nama belakang Sang Putus I Gusti Bandem.
Nama Desa Bebandem yang telah melegenda itulah, kembali diabadikan melalui kegiatan tahunan diawali tahun 2019, dengan kemasan Bebandem Festival. Semua potensi dari berbagai tingkatan usia dilibatkan.
Desa ini memiliki 7 unit sekolah PAUD (pendidikan anak usia dini), 9 SD, 1 SMP Negeri, satu unit kelompok paket B, satu unit kelompok paket C, 12 Posyandu, 1 polindes, satu Puskesmas, satu unit Puskesmas Pembantu, satu unit Pasar Desa Bebandem, Pasar Hewan, mewilayahi 12 banjar.
Salah satu nomor lomba yang persaingannya cukup ramai, Cerdas Cermat PKK Antar Banjar, diikuti 12 regu dimenangkan, Regu PKK Banjar Dukuh melalui: Luh Made Sri Dharma Santhi, Ni Made Nerwi Aryati dan Ni Nyoman Murni, Juara II Regu Banjar Desa Tengah Ni Wayan Suarti Dana, Ni Made Sudiani Manik dan Ni Komang Prahartini Duaja, dan juara III Banjar Pandesari Ni Wayan Sumerta, Ni Wayan Sudarti dan Ni Ketut Sumartini.
Lomba berbasis kearifan lokal, seperti lomba membuat porosan, kelompok putra, juara I Made Dede Agus Sudiarta dari PAUD Manik Kumara, juara II I Komang Agus Padma Aditya dari TK Ganesa, dan juara III I Kadek Indra Bawana Putra dari PAUD Harapan Kita. Untuk nomor putri membuat porosan, juara I I Gusti Ayu Yunita dari TK Sudacara, juara II Ni Kadek Dwi Pebriani dari TK Ganesa, dan juara III Ni Kadek Aprilia dari PAUD Widya Kumara Darma. *nan
Namun kebanyakan format festival desa yang ada hanya parade atau lomba-lomba seni sebagaimana mata kegiatan seni dalam Porsenides. Di antara festival yang ada, Banfes (Bebandem Festival) I Tahun 2019, 27 Juni - 22 Juli 2019. Perbekel Bebandem I Gede Partadana menyatakan festival ini merupakan inovasi Desa Bebandem, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Festival dengan menghadirkan beragam keindahan dan potensi desa bidang seni, olahraga, dan kearifan lokal. Kegiatan ini melibatkan warga dari 12 banjar, dari segala tingkatan usia diwadahi dalam lomba.
Sehingga mereka berbaur memperlihatkan kemampuannya, mulai dari kalangan siswa PAUD (Pendidikan Anak Usai Dini) hingga kalangan ibu-ibu rumah tangga. ‘’Kemeriahan itu merupakan bagian dari kegiatan untuk mengisi salah satu pembangunan desa,’’ jelasnya saat dihubungi di kediamannya, Banjar Desa, Desa/Kecamatan Bebandem, Karangasem, beberapa waktu lalu.
Partadana mengatakan ada tiga tujuan festival. Pertama, sebagai ajang mempersatukan warga Desa Bebandem dalam nuansa kebersamaan dan persaudaraan untuk memotivasi pembangunan desa. Kedua, pencarian potensi desa bidang seni dan olahraga dari semua golongan, Ketiga untuk membangun sumber daya manusia Desa Bebandem dari semua generasi.
Saat acara pembukaan Bebandem Festival, seribuan ibu-ibu tumpah ke Lapangan Melawa, Banjar Desa, Desa Bebandem mengikuti senam AW S3 (Andrie Wongso Sehat Semangat dan Senang). Juga menampilkan, drum band SDN 1 Bebandem, blaganjur Adhi Merdangga dari Bala Bandem Mula Eka Satya Pramudita. Rangkaian kegiatan lainnya: voli, futsal, bulutangkis, pengobatan gratis, donor darah, workshop rejang dan bebantenan, workshop kepemudaan, funs game, Cerdas Cermat PKK antar banjar. Festival itu ditutup dengan acara resepsi dan pembagian hadiah, Sabtu (20/7/2019), di Gedung Kesenian Desa Bebandem.
Desa Bebandem dengan luas wilayah 14.735 kilometer persegi, dengan penduduk 13.827 jiwa, tersebar di 12 banjar: Desa Tengah, Dukuh, Jungsri, Kastala, Kayu Putih, Liligundi, Pande Sari, Tihingan Kangin, Tihingan Kauh, Tihingan Tengah, Tihingseka dan Tohpati. Berada di ketinggian 500-700 meter dari permukaan laut. Pekerjaan penduduk kebanyakan petani kebun, petani sawah, buruh tani, tukang kayu, tukang batu, buruh bangunan, usaha kios, kerajinan, usaha ternak dan sebagainya.
Hanya saja, asal usul nama Desa Bebandem, sendiri belum banyak diketahui masyarakat. Sebab, jarang dibacakan sejarah desa itu. Padahal sesuai catatan sejarah yang tertuang dalam awig-awig Desa Adat Bebandem, jauh sebelumnya tahun Saka 1103, Raja Bali menganugerahi prasasti Bahung Teringan yang disimpan di Pura Gumi, awalnya mulanya bernama Desa Adat Bahung Teringan. Saat itu penduduk desa hanya 30 jiwa, kemudian berkembang jadi 40 jiwa, sehingga lebih lazim dikenal dengan istilah, krama muwed petangdasa. Nama desa berganti, sekitar tahun 1700 Masehi, saat keturunan Ida Dalem Tarukan, yakni Sang Putus I Gusti Bandem, menjadi pamucuk atau bendesa adat. Sejak itulah nama desa diganti dengan nama Desa Adat Bebandem, diambil dari nama belakang Sang Putus I Gusti Bandem.
Nama Desa Bebandem yang telah melegenda itulah, kembali diabadikan melalui kegiatan tahunan diawali tahun 2019, dengan kemasan Bebandem Festival. Semua potensi dari berbagai tingkatan usia dilibatkan.
Desa ini memiliki 7 unit sekolah PAUD (pendidikan anak usia dini), 9 SD, 1 SMP Negeri, satu unit kelompok paket B, satu unit kelompok paket C, 12 Posyandu, 1 polindes, satu Puskesmas, satu unit Puskesmas Pembantu, satu unit Pasar Desa Bebandem, Pasar Hewan, mewilayahi 12 banjar.
Salah satu nomor lomba yang persaingannya cukup ramai, Cerdas Cermat PKK Antar Banjar, diikuti 12 regu dimenangkan, Regu PKK Banjar Dukuh melalui: Luh Made Sri Dharma Santhi, Ni Made Nerwi Aryati dan Ni Nyoman Murni, Juara II Regu Banjar Desa Tengah Ni Wayan Suarti Dana, Ni Made Sudiani Manik dan Ni Komang Prahartini Duaja, dan juara III Banjar Pandesari Ni Wayan Sumerta, Ni Wayan Sudarti dan Ni Ketut Sumartini.
Lomba berbasis kearifan lokal, seperti lomba membuat porosan, kelompok putra, juara I Made Dede Agus Sudiarta dari PAUD Manik Kumara, juara II I Komang Agus Padma Aditya dari TK Ganesa, dan juara III I Kadek Indra Bawana Putra dari PAUD Harapan Kita. Untuk nomor putri membuat porosan, juara I I Gusti Ayu Yunita dari TK Sudacara, juara II Ni Kadek Dwi Pebriani dari TK Ganesa, dan juara III Ni Kadek Aprilia dari PAUD Widya Kumara Darma. *nan
1
Komentar