Guru Agama Hindu Diminta Selipkan Muatan Lokal
Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Karangasem menggelar workshop penguatan kurikulum 2013 (K-13) di aula STKIP Hindu, Jalan Ngurah Rai Amlapura, Selasa (20/8).
AMLAPURA, NusaBali
Workshop dibuka Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Bali I Nyoman Lastra didampingi Kepala Kantor Kemenag Karangasem Dr Ni Nengah Rustini MAg, dan Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) I Gusti Ngurah Kartika. Workshop diikuti 50 guru agama Hindu dari delapan kecamatan. Para guru diminta dalam mengajar menyelipkan budaya lokal.
Kegiatan ini mengusung moto Mengaji; mengasah jati diri Indonesia. Kadisdikpora I Gusti Ngurah Kartika mengingatkan guru agama Hindu menyelipkan muatan lokal tentang kebudayaan yang berkembang di desa tempat mengajar. “Misalnya menganyam daun pandan jadi tikar karena di desa tersebut dominan ada kerajinan anyaman daun pandan,” pinta Gusti Ngurah Kartika. Misalnya lagi di Desa Tenganan, muatan lokalnya tentang upacara makare-kare (perang pandan). “Jangan sampai upacara makare-kare itu hanya cerita, tanpa memahami langsung, bagaimana prosesinya dan syarat ikut di upacara itu,” tambahnya.
Kakan Kemenag Karangasem, Dr Ni Nengah Rustini mengatakan, workshop bertujuan agar guru agama terus berinovasi, tidak monoton memberikan pelajaran seperti yang diajarkan sebelumnya. Apalagi ada pembelajaran berbasis teknologi, elektronik, dan perkembangan lainnya. “Harapannya suasana PAKEM (pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenangkan) berjalan seirama,” ungkap Dr Ni Nengah Rustini yang membawakan materi implementasi K-13 perspektif Hindu.
Kasek SD Negeri 2 Abang Kecamatan Abang, I Nyoman Putu Sutirta mengaku mengikuti workshop untuk mendapat tambahan cara mengajar, terutama tentang perubahan KD-KD (kompetensi dasar-kompetensi dasar). “Workshop ini memotivasi agar guru lebih berinovasi dalam mengajar,” jelasnya. Guru lainnya, I Nyoman Jati, mengaku mendapatkan strategi metode pendekatan dan model pembelajaran. Pemateri, Kakanwil Kemenag Bali I Nyoman Lastra, membawakan materi implementasi K-13 tingkat SD. I Made Agus Suarjana tentang model-model pembelajaran, I Wayan Iwantara dengan materi penilaian K-13 berbasis elektronik, dan Kadisdikpora Gusti Ngurah Kartika memberikan materi program pengembangan K-13. *k16
Kegiatan ini mengusung moto Mengaji; mengasah jati diri Indonesia. Kadisdikpora I Gusti Ngurah Kartika mengingatkan guru agama Hindu menyelipkan muatan lokal tentang kebudayaan yang berkembang di desa tempat mengajar. “Misalnya menganyam daun pandan jadi tikar karena di desa tersebut dominan ada kerajinan anyaman daun pandan,” pinta Gusti Ngurah Kartika. Misalnya lagi di Desa Tenganan, muatan lokalnya tentang upacara makare-kare (perang pandan). “Jangan sampai upacara makare-kare itu hanya cerita, tanpa memahami langsung, bagaimana prosesinya dan syarat ikut di upacara itu,” tambahnya.
Kakan Kemenag Karangasem, Dr Ni Nengah Rustini mengatakan, workshop bertujuan agar guru agama terus berinovasi, tidak monoton memberikan pelajaran seperti yang diajarkan sebelumnya. Apalagi ada pembelajaran berbasis teknologi, elektronik, dan perkembangan lainnya. “Harapannya suasana PAKEM (pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenangkan) berjalan seirama,” ungkap Dr Ni Nengah Rustini yang membawakan materi implementasi K-13 perspektif Hindu.
Kasek SD Negeri 2 Abang Kecamatan Abang, I Nyoman Putu Sutirta mengaku mengikuti workshop untuk mendapat tambahan cara mengajar, terutama tentang perubahan KD-KD (kompetensi dasar-kompetensi dasar). “Workshop ini memotivasi agar guru lebih berinovasi dalam mengajar,” jelasnya. Guru lainnya, I Nyoman Jati, mengaku mendapatkan strategi metode pendekatan dan model pembelajaran. Pemateri, Kakanwil Kemenag Bali I Nyoman Lastra, membawakan materi implementasi K-13 tingkat SD. I Made Agus Suarjana tentang model-model pembelajaran, I Wayan Iwantara dengan materi penilaian K-13 berbasis elektronik, dan Kadisdikpora Gusti Ngurah Kartika memberikan materi program pengembangan K-13. *k16
Komentar