Gianyar Manfaatkan Teknologi Aplikasi Laut Nusantara
Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Perikanan (KPKP) Gianyar kembali menggelar Pelatihan Pembuatan Bioreeftek dan Sosialisasi Aplikasi Laut Nusantara, Rabu (21/8).
GIANYAR, NusaBali
Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan hasil tangkapan ikan nelayan di Gianyar. Kepala Dinas KPKP Gianyar Ir Dewi Hariani saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (21/8) menjelaskan, di era revolusi industri 4.0 seperti saat ini, nelayan harus digandeng untuk turut berkembang seiring dengan lajunya teknologi. Begitu banyak hasil riset kelautan yang inovatif untuk dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat nelayan. "Sudah saatnya nelayan untuk membuka wawasan dan mencari cara terbaru dalam penangkapan ikan," kata Dewi Hariani.
Hariani menjelaskan, Gianyar memiliki panjang pantai 14,30 km terbentang dari Pantai Siyut, Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar sampai Pantai Gumicik, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati. Gianyar juga memiliki potensi sumber daya perikanan tangkap. Dengan potensi tersebut, didukung oleh kelompok nelayan sebanyak 27 KUB (kelompok usaha bersama) dengan 771 nelayan.
Menurut Dewi Hariani, sesuai survey potensi produksi lestari, ketersediaan sumber daya pesisir dan laut di Kabupaten Gianyar belum dapat dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. “Untuk mengatasi hal itulah kami beberapa waktu lalu bekerjasama dengan Balai Riset dan Observasi Laut, Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) Kementerian Kelautan dan perikanan menyelenggarakan Bakti Inovasi Teknologi dengan mengadakan pelatihan Bioeeftek dan Aplikasi laut Nusantara,” jelas Dewi Hariani.
Kegiatan itu menghadirkan Dr Ir Aryo Hanggono DEA, staf ahli Bidang Ekologi dan Sumber daya Laut KKP RI Ir Retno Sumekar MSc Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi, Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti dan Andy Satrio Yuddho, Head of Corporate Communication sebuah perusahaan asuransi. Bertempat di Balai Subak Masceti dengan menghadirkan 20 orang nelayan Gianyar dan perwakilan nelayan kabupaten lain masing-masing 2 orang.
Pada kesempatan pelatihan itu, kata Dewi Hariani, menjadi momentum strategis bagi penggiliran produk unggulan hasil riset Balai Riset Observasi laut (BROL). Dewi Hariani menjelaskan Aplikasi Laut Nusantara adalah sebuah aplikasi berbasis android yang sangat bermanfaat bagi para nelayan di seluruh Nusantara. Melalui aplikasi ini nelayan mendapatkan informasi mengenai sebaran ikan nasional, sebaran ikan pelabuhan dan sebaran ikan berdasarkan jenisnya. Selain itu, juga tersaji informasi mengenai potensi dan isu kelautan lainnya seperti terumbu karang, pelestarian biota laut hingga ancaman pencemaran. “Jadi lewat aplikasi ini nelayan kami tidak lagi mencari ikan dilaut, namun sudah bisa menangkap karena lewat aplikasi ini sudah jelas terlihat dimana posisi ikan berada sekaligus juga potensi sebaran ikan,” jelas Dewi Hariani.
Selanjutnya para peserta pelatihan juga dilatih berbagai cara pemulihan terumbu karang dari kerusakan seperti transplantasi dan pembuatan terumbu karang buatan. BROL sendiri kata Dewi Hariani telah merintis teknologi transplantasi karang yang disebut dengan Bioreeftek. Bioreeftek merupakan salah satu jenis artificial reef (terumbu buatan) yang sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2008. Fungsi Bioreeftek adalah untuk merekrut larva planula karang secara alami. Dengan adanya teknologi baru ini, tentunya menjadi harapan baru bagi kelestarian ekosistem terumbu karang di Kabupaten Gianyar. nvi
Hariani menjelaskan, Gianyar memiliki panjang pantai 14,30 km terbentang dari Pantai Siyut, Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar sampai Pantai Gumicik, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati. Gianyar juga memiliki potensi sumber daya perikanan tangkap. Dengan potensi tersebut, didukung oleh kelompok nelayan sebanyak 27 KUB (kelompok usaha bersama) dengan 771 nelayan.
Menurut Dewi Hariani, sesuai survey potensi produksi lestari, ketersediaan sumber daya pesisir dan laut di Kabupaten Gianyar belum dapat dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. “Untuk mengatasi hal itulah kami beberapa waktu lalu bekerjasama dengan Balai Riset dan Observasi Laut, Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) Kementerian Kelautan dan perikanan menyelenggarakan Bakti Inovasi Teknologi dengan mengadakan pelatihan Bioeeftek dan Aplikasi laut Nusantara,” jelas Dewi Hariani.
Kegiatan itu menghadirkan Dr Ir Aryo Hanggono DEA, staf ahli Bidang Ekologi dan Sumber daya Laut KKP RI Ir Retno Sumekar MSc Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi, Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti dan Andy Satrio Yuddho, Head of Corporate Communication sebuah perusahaan asuransi. Bertempat di Balai Subak Masceti dengan menghadirkan 20 orang nelayan Gianyar dan perwakilan nelayan kabupaten lain masing-masing 2 orang.
Pada kesempatan pelatihan itu, kata Dewi Hariani, menjadi momentum strategis bagi penggiliran produk unggulan hasil riset Balai Riset Observasi laut (BROL). Dewi Hariani menjelaskan Aplikasi Laut Nusantara adalah sebuah aplikasi berbasis android yang sangat bermanfaat bagi para nelayan di seluruh Nusantara. Melalui aplikasi ini nelayan mendapatkan informasi mengenai sebaran ikan nasional, sebaran ikan pelabuhan dan sebaran ikan berdasarkan jenisnya. Selain itu, juga tersaji informasi mengenai potensi dan isu kelautan lainnya seperti terumbu karang, pelestarian biota laut hingga ancaman pencemaran. “Jadi lewat aplikasi ini nelayan kami tidak lagi mencari ikan dilaut, namun sudah bisa menangkap karena lewat aplikasi ini sudah jelas terlihat dimana posisi ikan berada sekaligus juga potensi sebaran ikan,” jelas Dewi Hariani.
Selanjutnya para peserta pelatihan juga dilatih berbagai cara pemulihan terumbu karang dari kerusakan seperti transplantasi dan pembuatan terumbu karang buatan. BROL sendiri kata Dewi Hariani telah merintis teknologi transplantasi karang yang disebut dengan Bioreeftek. Bioreeftek merupakan salah satu jenis artificial reef (terumbu buatan) yang sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2008. Fungsi Bioreeftek adalah untuk merekrut larva planula karang secara alami. Dengan adanya teknologi baru ini, tentunya menjadi harapan baru bagi kelestarian ekosistem terumbu karang di Kabupaten Gianyar. nvi
1
Komentar