BPBD Jembrana Usulkan Pengadaan 2 Sirine Tsunami
Untuk memperkuat sistem mitigasi bencana gempa bumi maupun tsunami, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana mengusulkan pengadaan sirine early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini tsunami ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
NEGARA, NusaBali
Ada dua sirine tsunami yang dimohonkan terpasang di Jembrana, yakni di Pantai Candikusuma, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, dan Pantai Yehembang, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jembrana I Ketut Eko Susila Artha Permana, mengatakan sebagai salah satu kabupaten di ujung barat pulau Bali, dan memiliki hampir sebagian besar wilayah desa di kawasan pesisir yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, belum ada sirine tsunami di Kabupaten Jembrana. Dari sepengetahuannya, sirine tsunami yang paling terdekat baru ada masing-masing di Pantai Tanah Lot, Kabupaten Tabanan, dan di Pantai Seririt, Kabupaten Buleleng. “Di Buleleng dan Tabanan sudah punya. Tetapi jangkauan alatnya tidak sampai di Jembrana,” ujarnya, Rabu (21/8).
Menurutnya, terkait permohonan dua sirine tsunami untuk di Jembrana, sebenarnya telah diusulkan sejak BPBD Jembrana terbentuk pada 2017 lalu. BNPB juga sempat merencanakan akan merealisasikan satu sirine tsunami di Jembrana tahun 2019 ini. Tetapi karena sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia, terutama gempa bumi di Lombok tahun lalu, realisasinya ditunda, dan rencannaya akan direalisasikan tahun 2020 nanti. “Kemungkinan akan terealisasi satu dari dua sirine tsunami yang kami usulkan. Karena untuk seperangkat alat EWS harganya mahal, sampai miliaran rupiah,” ucapnya.
Nantinya, sambung Eko Susila, kalaupun hanya direalisasikan satu sirine tsunami di Jembrana, tetap harus disyukuri. Sedangkan untuk lokasi pemasangannya akan diserahkan berdasar hasil kajian BNPB. “Memang kalau permohonan kami dua sirine tsunami. Satu di Pantai Candikusuma dan satu di Pantai Yehembang. Kami rencanakan di dua lokasi pantai itu sebagai tengah-tengah pembagian wilayah pesisir Jembrana,” kata Eko Susila.
Meski belum pernah ada bencana tsunami di Jembrana, menurut Eko Susila, keberadaan sirine tsunami penting untuk antisipasi. Di samping sarana dan prasarana, hal yang tidak kalah penting juga untuk antisipasi kebencanaan, adalah edukasi kepada masyarakat. “Edukasi-edukasi ke masyarakat sudah terus kami galakkan. Baik dengan terjun ke sekolah-sekolah maupun ke desa-desa. Dalam mitigasi bencana, sebenarnya juga tidak hanya tugas pemerintah, tetapi harus bersama-sama masyarakat, dunia usaha, akademisi, termasuk media,” ucap mantan Camat Pekutatan, ini. *ode
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jembrana I Ketut Eko Susila Artha Permana, mengatakan sebagai salah satu kabupaten di ujung barat pulau Bali, dan memiliki hampir sebagian besar wilayah desa di kawasan pesisir yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, belum ada sirine tsunami di Kabupaten Jembrana. Dari sepengetahuannya, sirine tsunami yang paling terdekat baru ada masing-masing di Pantai Tanah Lot, Kabupaten Tabanan, dan di Pantai Seririt, Kabupaten Buleleng. “Di Buleleng dan Tabanan sudah punya. Tetapi jangkauan alatnya tidak sampai di Jembrana,” ujarnya, Rabu (21/8).
Menurutnya, terkait permohonan dua sirine tsunami untuk di Jembrana, sebenarnya telah diusulkan sejak BPBD Jembrana terbentuk pada 2017 lalu. BNPB juga sempat merencanakan akan merealisasikan satu sirine tsunami di Jembrana tahun 2019 ini. Tetapi karena sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia, terutama gempa bumi di Lombok tahun lalu, realisasinya ditunda, dan rencannaya akan direalisasikan tahun 2020 nanti. “Kemungkinan akan terealisasi satu dari dua sirine tsunami yang kami usulkan. Karena untuk seperangkat alat EWS harganya mahal, sampai miliaran rupiah,” ucapnya.
Nantinya, sambung Eko Susila, kalaupun hanya direalisasikan satu sirine tsunami di Jembrana, tetap harus disyukuri. Sedangkan untuk lokasi pemasangannya akan diserahkan berdasar hasil kajian BNPB. “Memang kalau permohonan kami dua sirine tsunami. Satu di Pantai Candikusuma dan satu di Pantai Yehembang. Kami rencanakan di dua lokasi pantai itu sebagai tengah-tengah pembagian wilayah pesisir Jembrana,” kata Eko Susila.
Meski belum pernah ada bencana tsunami di Jembrana, menurut Eko Susila, keberadaan sirine tsunami penting untuk antisipasi. Di samping sarana dan prasarana, hal yang tidak kalah penting juga untuk antisipasi kebencanaan, adalah edukasi kepada masyarakat. “Edukasi-edukasi ke masyarakat sudah terus kami galakkan. Baik dengan terjun ke sekolah-sekolah maupun ke desa-desa. Dalam mitigasi bencana, sebenarnya juga tidak hanya tugas pemerintah, tetapi harus bersama-sama masyarakat, dunia usaha, akademisi, termasuk media,” ucap mantan Camat Pekutatan, ini. *ode
1
Komentar