BIN Kantongi Nama 'Aktor' Kerusuhan di Papua
Kericuhan di depan gedung DPRD Mimika diduga ada penyusup
JAKARTA, NusaBali
Badan Intelijen Negara (BIN) mengklaim telah mengetahui aktor yang berada di balik kerusuhan di Papua dan Papua Barat. Juru bicara BIN Wawan Purwanto mengatakan hal itu diketahui usai BIN melakukan pemetaan.
"Sudah ada pemetaan ya. Siapa bermain, siapa itu sudah ada pemetaan," ujar Wawan saat dihubungi, Rabu (21/8) seperti dilansir cnnindonesia.
Meski telah diketahui, Wawan enggan menyebut siapa aktor tersebut. Ia hanya menyampaikan BIN telah melakukan antisipasi agar ketegangan di Papua dan Papua Barat mereda.
Wawan juga enggan menyebut apakah BIN sudah sejak awal mendeteksi potensi kerusuhan di Papua dan Papua Barat. Ia hanya menyampaikan gejala kerusuhan di kawasan itu sudah tampak.
"Hanya memang ini kan kita semua itu harus menahan diri lah artinya tidak gegabah. Baik itu statement maupun juga langkah-langkah hukum. Semua ini kan ada sensitivitas," ujarnya.
Di sisi lain, Wawan menyebut persoalan yang menyangkut SARA lebih cepat menjalar. Sehingga, ia berkata perlu kehati-hatian dalam merespon persoalan tersebut, salah satunya dalam membuat pernyataan.
"Kalau sedang panas berkomentar, pasti komentarnya itu emosional. Kalo sudah emosional itu interpretasi kurang, bisa bermacam-macam," ujar Wawan.
"Maka cooling down itu penting karena ini sebenarnya kan kesalahpahaman. Kesalahpahaman memaknai ada satu tindakan," ujarnya.
Lebih dari itu, Wawan menyampaikan BIN telah berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait yang menangani kerusuhan di Papua dan Papua Barat.
"Apalagi dalam suasana yang sedang on begini kami melakukan koordinasi," ujat Wawan.
Terkait kericuhan di depan Gedung DPRD Mimika di Jalan Cendarawasih, Kota Timika, Papua, Rabu (21/8). Polisi menduga kericuhan itu terjadi karena ada yang menyusupi jalannya aksi.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal mengatakan dugaan tersebut lantaran aksi yang dilakukan massa berjumlah sekitar 800 hingga seribu orang itu awalnya berjalan damai. Bahkan, doa untuk menutup aksi juga telah dilakukan. Namun jelang doa selesai, justru terjadi pelemparan batu ke arah pintu masuk Gedung DPRD. Situasi tegang sempat terjadi kurang lebih 30 menit.
"Kok terjadi orang atau kelompok yang sengaja bikin kisruh di Timika. Barang tentu ini menjadi catatan kecil bagi kami. Tentu ada orang ingin melakukan kebaikan tapi di sisi lain ada satu dua orang melakukan kejahatan terencana di proses orasi yang ada di Timika," ujar Kamal.
Kamal mengatakan pihaknya masih menyelidiki lebih jauh soal kemungkinan aksi itu sudah disusupi. Mengingat aksi sebelumnya berjalan lancar, namun tiba-tiba ricuh.
Sementara kericuhan di Fakfak, Papua Barat, juga terjadi di kantor Dewan Adat. Kantor itu dibakar massa setelah bendera Bintang Kejora sempat berkibar.
"Bendera Bintang Kejora sempat dinaikkan lalu diturunkan aparat," ujar Kabid Humas Polda Papua Barat AKBP Mathias Krey saat dihubungi, Rabu (21/8) seperti dilansir detik.
Polisi belum menyebut kelompok yang menaikkan bendera Bintang Kejora di kantor Dewan Adat, Jl Dr Salasa Namudat, Fakfak. Namun di lokasi juga terdapat kelompok pro-NKRI.
"Ada dua kelompok yang berseberangan," katanya. Polisi masih menelusuri pihak yang menaikkan bendera Bintang Kejora juga kelompok yang membakar kantor Dewan Adat. Kondisi di Fakfak, disebut Krey, sudah kondusif. "Sudah kondusif, tidak seperti pagi tadi. Sementara ini massa berangsur-angsur bubar," ujar Krey. *
Badan Intelijen Negara (BIN) mengklaim telah mengetahui aktor yang berada di balik kerusuhan di Papua dan Papua Barat. Juru bicara BIN Wawan Purwanto mengatakan hal itu diketahui usai BIN melakukan pemetaan.
"Sudah ada pemetaan ya. Siapa bermain, siapa itu sudah ada pemetaan," ujar Wawan saat dihubungi, Rabu (21/8) seperti dilansir cnnindonesia.
Meski telah diketahui, Wawan enggan menyebut siapa aktor tersebut. Ia hanya menyampaikan BIN telah melakukan antisipasi agar ketegangan di Papua dan Papua Barat mereda.
Wawan juga enggan menyebut apakah BIN sudah sejak awal mendeteksi potensi kerusuhan di Papua dan Papua Barat. Ia hanya menyampaikan gejala kerusuhan di kawasan itu sudah tampak.
"Hanya memang ini kan kita semua itu harus menahan diri lah artinya tidak gegabah. Baik itu statement maupun juga langkah-langkah hukum. Semua ini kan ada sensitivitas," ujarnya.
Di sisi lain, Wawan menyebut persoalan yang menyangkut SARA lebih cepat menjalar. Sehingga, ia berkata perlu kehati-hatian dalam merespon persoalan tersebut, salah satunya dalam membuat pernyataan.
"Kalau sedang panas berkomentar, pasti komentarnya itu emosional. Kalo sudah emosional itu interpretasi kurang, bisa bermacam-macam," ujar Wawan.
"Maka cooling down itu penting karena ini sebenarnya kan kesalahpahaman. Kesalahpahaman memaknai ada satu tindakan," ujarnya.
Lebih dari itu, Wawan menyampaikan BIN telah berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait yang menangani kerusuhan di Papua dan Papua Barat.
"Apalagi dalam suasana yang sedang on begini kami melakukan koordinasi," ujat Wawan.
Terkait kericuhan di depan Gedung DPRD Mimika di Jalan Cendarawasih, Kota Timika, Papua, Rabu (21/8). Polisi menduga kericuhan itu terjadi karena ada yang menyusupi jalannya aksi.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal mengatakan dugaan tersebut lantaran aksi yang dilakukan massa berjumlah sekitar 800 hingga seribu orang itu awalnya berjalan damai. Bahkan, doa untuk menutup aksi juga telah dilakukan. Namun jelang doa selesai, justru terjadi pelemparan batu ke arah pintu masuk Gedung DPRD. Situasi tegang sempat terjadi kurang lebih 30 menit.
"Kok terjadi orang atau kelompok yang sengaja bikin kisruh di Timika. Barang tentu ini menjadi catatan kecil bagi kami. Tentu ada orang ingin melakukan kebaikan tapi di sisi lain ada satu dua orang melakukan kejahatan terencana di proses orasi yang ada di Timika," ujar Kamal.
Kamal mengatakan pihaknya masih menyelidiki lebih jauh soal kemungkinan aksi itu sudah disusupi. Mengingat aksi sebelumnya berjalan lancar, namun tiba-tiba ricuh.
Sementara kericuhan di Fakfak, Papua Barat, juga terjadi di kantor Dewan Adat. Kantor itu dibakar massa setelah bendera Bintang Kejora sempat berkibar.
"Bendera Bintang Kejora sempat dinaikkan lalu diturunkan aparat," ujar Kabid Humas Polda Papua Barat AKBP Mathias Krey saat dihubungi, Rabu (21/8) seperti dilansir detik.
Polisi belum menyebut kelompok yang menaikkan bendera Bintang Kejora di kantor Dewan Adat, Jl Dr Salasa Namudat, Fakfak. Namun di lokasi juga terdapat kelompok pro-NKRI.
"Ada dua kelompok yang berseberangan," katanya. Polisi masih menelusuri pihak yang menaikkan bendera Bintang Kejora juga kelompok yang membakar kantor Dewan Adat. Kondisi di Fakfak, disebut Krey, sudah kondusif. "Sudah kondusif, tidak seperti pagi tadi. Sementara ini massa berangsur-angsur bubar," ujar Krey. *
Komentar