MUTIARA WEDA: jaran Moral, untuk Siapa?
Jika Anda berkawan, maka hendaklah orang yang berbudi luhur saja menjadi kawan Anda. Jika hendak mencari persaudaraan orang yang berbudi luhur itu Anda usahakan untuk dijadikan persaudaraan walaupun sampai berbantahan sekali pun.
Kunang ulaha, yan pasahaya kita, sang sadhu juga sahayanta, yan ta gawaya pakadangan, sang sadhu juga kadanganta yadyapin patukara tuwi
(sarasamucchaya, 156)
SECARA moral teks di atas sangat mendidik karena diajak untuk selalu berteman dengan orang-orang baik. Hampir semua dari kita sepakat, bahwa dalam pergaulan, kita harus menghindari pertemanan dengan orang jahat karena karakter itu bisa ditularkan lambat laun. Ini sudah menjadi patokan moral dan ini adalah sesuatu yang ideal yang harus diikuti. Hanya saja, ketika dipertanyakan mengenai posisi orang yang tidak baik, teks di atas memiliki sedikit sandungan, seolah-olah konsep moral itu belum selesai, masih menyisakan masalah yang harus dipecahkan. Jika yang diajak berteman hanya yang baik-baik saja, lalu bagaimana dengan mereka yang tidak baik? Ke mana mereka akan mencari teman? Jika yang dicari adalah teman baik, lalu apakah kita yang mencari juga harus baik? Apakah mereka yang tidak baik tidak memiliki kesempatan secara moral untuk memilih teman baik? Jika hanya yang baik saja yang dijadikan teman, apakah mereka yang mencari teman baik juga bisa ditolak, sebab yang lain bisa saja berpikir bahwa diri orang itu tidak baik? Apakah mereka yang tidak baik tidak bisa mendapat kesempatan untuk didekati oleh orang baik untuk dijadikan teman?
Ini merupakan masalah yang disisakan jika kesimpulan moral di atas diambil. Di mana masalahnya? Bukankah teks di atas mengajarkan kebenaran? Memang mengajarkan kebenaran, tetapi jika tidak dipahami secara tuntas, ini akan menimbulkan banyak masalah, dan kecenderungan pikiran kita senang dengan sesuatu yang tidak tuntas. Dipastikan ada masalah yang mesti dihadapi oleh moral itu sendiri. Pertama, jika hanya orang baik saja yang layak dijadikan teman, tentu ada manusia yang harus ditinggalkan atau disisihkan secara moral, dan ini dipastikan tidak manusiawi. Kita pastinya keberatan kalau ajaran moral dikatakan tidak manusiawi. Kedua, kriteria dari orang yang mencari teman baik itu sendiri. Apakah dia yang mencari teman baik itu adalah orang baik? Atau, teks di atas hendak menyampaikan bahwa konten teks di atas hanya ditujukan kepada mereka yang tidak baik, sehingga ketika dirinya merasa tidak baik, dia mesti mencari teman yang baik. Apakah seperti itu? Jika seperti itu ajaran moral menjadi lebih diperuntukkan bag
i mereka yang tidak baik. Diminta berteman dengan orang baik maksudnya adalah agar dirinya mendapat inspirasi dan pengaruh oleh orang baik, sehingga perlahan menjadi baik. Di sini tentu menimbulkan pertanyaan. Moralitas penting keberadaannya untuk mereka yang tidak baik. Karena ada orang yang tidak baiklah, moralitas itu ada. Jika semua orang baik tentu moralitas tidak diperlukan lagi. Ini tampak masuk akal.
Ketiga, jika pernyataan nomor dua di atas benar, maka kesimpulan teks di atas akan kelihatan memiliki kekeliruan. Di mana kelirunya? Jika teman yang dituju adalah orang baik, maka orang baik pun pasti tidak ingin mendapat teman tidak baik. Jika seandainya orang tidak baik mencari dirinya, tentu dia bisa menolak sebab dirinya tidak mau bersahabat dengan orang yang tidak baik. Dari pernyataan nomor dua di atas akan tampak bahwa orang tidak baik tersebut akan gagal mencari teman orang baik, sebab orang tidak baik tidak layak dijadikan teman. Di sini kembali moralitas itu mendapat tantangan dan dianggap sebagai tidak manusiawi, bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Padahal, jika dirunut, signifikasi ajaran moral itu adalah untuk mendukung nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri.
Sebagai bahan renungan atas ketika permasalahan di atas adalah pertanyaan ini: Apakah mungkin orang yang tidak baik menginginkan bersahabat dengan orang baik? Ia memang sepeti itu, sepanjang kata ‘baik’ ini bukan ditentukan oleh prinsip-prinsip moral, tetapi oleh persepsi masing-masing orang. Jika orang yang suka berjudi, maka dia akan memilih teman yang suka berjudi juga, sebab itulah baginya teman yang baik. Demikian juga jika orang suka dengan petualangan spiritual, teman yang cocok dengannya adalah orang-orang yang sama. Mengapa? Karena itulah teman baik baginya. Orang yang suka mancing, sahabatnya pasti sebagian besar orang yang suka mancing. Mereka akan cocok berdialog dengan mereka yang sama dengan dirinya. Itulah beberapa tantangan bagi teks di atas. 7
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
SECARA moral teks di atas sangat mendidik karena diajak untuk selalu berteman dengan orang-orang baik. Hampir semua dari kita sepakat, bahwa dalam pergaulan, kita harus menghindari pertemanan dengan orang jahat karena karakter itu bisa ditularkan lambat laun. Ini sudah menjadi patokan moral dan ini adalah sesuatu yang ideal yang harus diikuti. Hanya saja, ketika dipertanyakan mengenai posisi orang yang tidak baik, teks di atas memiliki sedikit sandungan, seolah-olah konsep moral itu belum selesai, masih menyisakan masalah yang harus dipecahkan. Jika yang diajak berteman hanya yang baik-baik saja, lalu bagaimana dengan mereka yang tidak baik? Ke mana mereka akan mencari teman? Jika yang dicari adalah teman baik, lalu apakah kita yang mencari juga harus baik? Apakah mereka yang tidak baik tidak memiliki kesempatan secara moral untuk memilih teman baik? Jika hanya yang baik saja yang dijadikan teman, apakah mereka yang mencari teman baik juga bisa ditolak, sebab yang lain bisa saja berpikir bahwa diri orang itu tidak baik? Apakah mereka yang tidak baik tidak bisa mendapat kesempatan untuk didekati oleh orang baik untuk dijadikan teman?
Ini merupakan masalah yang disisakan jika kesimpulan moral di atas diambil. Di mana masalahnya? Bukankah teks di atas mengajarkan kebenaran? Memang mengajarkan kebenaran, tetapi jika tidak dipahami secara tuntas, ini akan menimbulkan banyak masalah, dan kecenderungan pikiran kita senang dengan sesuatu yang tidak tuntas. Dipastikan ada masalah yang mesti dihadapi oleh moral itu sendiri. Pertama, jika hanya orang baik saja yang layak dijadikan teman, tentu ada manusia yang harus ditinggalkan atau disisihkan secara moral, dan ini dipastikan tidak manusiawi. Kita pastinya keberatan kalau ajaran moral dikatakan tidak manusiawi. Kedua, kriteria dari orang yang mencari teman baik itu sendiri. Apakah dia yang mencari teman baik itu adalah orang baik? Atau, teks di atas hendak menyampaikan bahwa konten teks di atas hanya ditujukan kepada mereka yang tidak baik, sehingga ketika dirinya merasa tidak baik, dia mesti mencari teman yang baik. Apakah seperti itu? Jika seperti itu ajaran moral menjadi lebih diperuntukkan bag
i mereka yang tidak baik. Diminta berteman dengan orang baik maksudnya adalah agar dirinya mendapat inspirasi dan pengaruh oleh orang baik, sehingga perlahan menjadi baik. Di sini tentu menimbulkan pertanyaan. Moralitas penting keberadaannya untuk mereka yang tidak baik. Karena ada orang yang tidak baiklah, moralitas itu ada. Jika semua orang baik tentu moralitas tidak diperlukan lagi. Ini tampak masuk akal.
Ketiga, jika pernyataan nomor dua di atas benar, maka kesimpulan teks di atas akan kelihatan memiliki kekeliruan. Di mana kelirunya? Jika teman yang dituju adalah orang baik, maka orang baik pun pasti tidak ingin mendapat teman tidak baik. Jika seandainya orang tidak baik mencari dirinya, tentu dia bisa menolak sebab dirinya tidak mau bersahabat dengan orang yang tidak baik. Dari pernyataan nomor dua di atas akan tampak bahwa orang tidak baik tersebut akan gagal mencari teman orang baik, sebab orang tidak baik tidak layak dijadikan teman. Di sini kembali moralitas itu mendapat tantangan dan dianggap sebagai tidak manusiawi, bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Padahal, jika dirunut, signifikasi ajaran moral itu adalah untuk mendukung nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri.
Sebagai bahan renungan atas ketika permasalahan di atas adalah pertanyaan ini: Apakah mungkin orang yang tidak baik menginginkan bersahabat dengan orang baik? Ia memang sepeti itu, sepanjang kata ‘baik’ ini bukan ditentukan oleh prinsip-prinsip moral, tetapi oleh persepsi masing-masing orang. Jika orang yang suka berjudi, maka dia akan memilih teman yang suka berjudi juga, sebab itulah baginya teman yang baik. Demikian juga jika orang suka dengan petualangan spiritual, teman yang cocok dengannya adalah orang-orang yang sama. Mengapa? Karena itulah teman baik baginya. Orang yang suka mancing, sahabatnya pasti sebagian besar orang yang suka mancing. Mereka akan cocok berdialog dengan mereka yang sama dengan dirinya. Itulah beberapa tantangan bagi teks di atas. 7
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
1
Komentar