Oknum Polisi Beri Miras ke Mahasiswa Papua
Gerah diidentikkan dengan pemabuk, mahasiswa tuntut oknum Polwan disanksi
BANDUNG, NusaBali
Himpunan mahasiswa Papua di Bandung mengecam sikap oknum polisi di Kota Bandung yang mengirimkan dua kardus minuman keras, Kamis (22/8).
Miles, salah seorang mahasiswa asal Papua, menuturkan, kronologi bermula sewaktu ia tengah menyiapkan kebutuhan konsumsi bersama beberapa rekannya di Asrama Papua, Jalan Cilaki, Kota Bandung, Kamis (22/9) siang. Saat itu, kata Miles, ia tengah memasak untuk teman-temannya yang tengah melakukan aksi solidaritas di Gedung Sate, Jalan Diponegoro.
Sekitar pukul 13.00 WIB, ada seorang polisi wanita berseragam lengkap ditemani rekannya seorang pria berpakaian sipil. Mereka datang dengan membawa sejumlah bahan makanan dan dua dus berwarna cokelat yang belakangan diketahui berisi minuman keras merek Topi Koboi berkadar alkohol 19 persen.
"Jam 13.22 WIB datang ibu Christi dan ada (rekannya) yang mengenakan pakaian biasa mungkin anak buahnya. Mereka bawa miras dua karton ke asrama laki-laki di taruh ke dalam. Bu Christi bilang ini kalian punya minum untuk malam, jangan kasih tahu siapa pun," ujar Miles, Jumat (23/8) seperti dilansir kompas.
Mendapat kiriman itu, Miles mengaku tersinggung dan segera melaporkan hal tersebut ke rekan-rekannya yang tengah menggelar aksi di Gedung Sate.
"Setelah keluar dari pintu gerbang saya buka karton. Dia kasih minuman, saya enggak terima. Saya bawa motor ke Gedung Sate, saya kasih di tempat aksi," ungkap dia.
Di lokasi aksi, para mahasiswa Papua langsung melayangkan sikap protes atas tindakan tersebut. Mereka pun mengembalikan miras tersebut. "Dia seorang polisi kenapa pasok minuman. Dari situ kami mengambil sikap protes," ujar dia.
Para mahasiswa Papua menolak minuman keras karena gerah diidentikkan sebagai pemabuk.
Mahasiswa Papua justru meradang dan meminta pihak kepolisian mencabut jabatan polisi pemberi miras.
"Tindakan ini sangat tidak manusiawi bagi kami. Menganggap kami orang Papua itu peminum. Maka dari itu kami tidak terima, dan ibu itu harus dicabut dari jabatannya," kata Juru bicara Ikatan Mahasiswa se-Tanah Papua (Imasepa) dan Solidaritas Peduli Kemanusiaan, Tamelek Kosay ditemui di Asrama Papua di Bandung, Jumat (23/8) siang seperti dilansir cnnidonesia.
Polda Jawa Barat langsung melakukan penyelidikan terkait dugaan oknum anggota polisi memberikan miras kepada mahasiswa Papua.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jabar, Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, saat ini oknum anggota tersebut sedang dalam pemeriksaan.
Menurut dia, pemberian minuman keras tersebut didasari atas dasar persamaan emosional pribadi anggota tersebut yang juga sebagai orang perantauan.
"Bahwasanya saudari ada kesamaan, orang perantauan, hubungan emosional sudah dibangun sejak saudari sarce dinas di Jabar. Namun demikian, dalam hal ini sifatnya pribadi yang bersangkutan kepada warga Papua," ujar dia. *
Miles, salah seorang mahasiswa asal Papua, menuturkan, kronologi bermula sewaktu ia tengah menyiapkan kebutuhan konsumsi bersama beberapa rekannya di Asrama Papua, Jalan Cilaki, Kota Bandung, Kamis (22/9) siang. Saat itu, kata Miles, ia tengah memasak untuk teman-temannya yang tengah melakukan aksi solidaritas di Gedung Sate, Jalan Diponegoro.
Sekitar pukul 13.00 WIB, ada seorang polisi wanita berseragam lengkap ditemani rekannya seorang pria berpakaian sipil. Mereka datang dengan membawa sejumlah bahan makanan dan dua dus berwarna cokelat yang belakangan diketahui berisi minuman keras merek Topi Koboi berkadar alkohol 19 persen.
"Jam 13.22 WIB datang ibu Christi dan ada (rekannya) yang mengenakan pakaian biasa mungkin anak buahnya. Mereka bawa miras dua karton ke asrama laki-laki di taruh ke dalam. Bu Christi bilang ini kalian punya minum untuk malam, jangan kasih tahu siapa pun," ujar Miles, Jumat (23/8) seperti dilansir kompas.
Mendapat kiriman itu, Miles mengaku tersinggung dan segera melaporkan hal tersebut ke rekan-rekannya yang tengah menggelar aksi di Gedung Sate.
"Setelah keluar dari pintu gerbang saya buka karton. Dia kasih minuman, saya enggak terima. Saya bawa motor ke Gedung Sate, saya kasih di tempat aksi," ungkap dia.
Di lokasi aksi, para mahasiswa Papua langsung melayangkan sikap protes atas tindakan tersebut. Mereka pun mengembalikan miras tersebut. "Dia seorang polisi kenapa pasok minuman. Dari situ kami mengambil sikap protes," ujar dia.
Para mahasiswa Papua menolak minuman keras karena gerah diidentikkan sebagai pemabuk.
Mahasiswa Papua justru meradang dan meminta pihak kepolisian mencabut jabatan polisi pemberi miras.
"Tindakan ini sangat tidak manusiawi bagi kami. Menganggap kami orang Papua itu peminum. Maka dari itu kami tidak terima, dan ibu itu harus dicabut dari jabatannya," kata Juru bicara Ikatan Mahasiswa se-Tanah Papua (Imasepa) dan Solidaritas Peduli Kemanusiaan, Tamelek Kosay ditemui di Asrama Papua di Bandung, Jumat (23/8) siang seperti dilansir cnnidonesia.
Polda Jawa Barat langsung melakukan penyelidikan terkait dugaan oknum anggota polisi memberikan miras kepada mahasiswa Papua.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jabar, Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, saat ini oknum anggota tersebut sedang dalam pemeriksaan.
Menurut dia, pemberian minuman keras tersebut didasari atas dasar persamaan emosional pribadi anggota tersebut yang juga sebagai orang perantauan.
"Bahwasanya saudari ada kesamaan, orang perantauan, hubungan emosional sudah dibangun sejak saudari sarce dinas di Jabar. Namun demikian, dalam hal ini sifatnya pribadi yang bersangkutan kepada warga Papua," ujar dia. *
1
Komentar