50 Perupa Muda Indonesia Unjuk Karya di Bali
Perupa muda usia 15-25 tahun terpilih memamerkan karya seni mulai dari lukisan hingga karya seni tiga dimensi dan memiliki pesan ‘KILAT DARURAT’.
GIANYAR, NusaBali.com
Milenial di bidang seni mendapat kesempatan unjuk karya terbaiknya pada pameran seni serangkaian Apresiasi Perupa Muda Indonesia yang digelar di Bentara Budaya Bali, Jalan Bypass Ida Bagus Mantra, Gianyar, 23-30 Agustus 2019.
“Pameran karya seni ini menampilkan hasil karya 50 perupa muda terpilih setelah sebelumnya melalui seleksi di antara 267 peserta lainnya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia,” kata Direktur Kesenian Kemdikbud RI, Dr Restu Gunawan MHum, saat membuka pameran, Jumat (23/8/2019).
Apresiasi Perupa Muda Indonesia sendiri merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud yang bekerja sama dengan Bentara Budaya Bali dalam rangka menempatkan seniman generasi muda Indonesia sebagai pembawa pesan yang kritis, konstruktif, kreatif dan positif.
Adapun para perupa muda ini tak hanya berasal dari pusat-pusat kesenian seperti Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Bali, melainkan juga dari seluruh Indonesia, semisal Aceh Singkil, Lampung, Bengkulu, Medan, Palembang, Pariaman, Payakumbuh, Surakarta, Jombang, Banten, Gresik, Makassar, Gorontalo, Balikpapan, Pontianak, Tuban, Sulawesi Tengah, Salatiga, Pemalang, Ngawi, Pasuruan, Sidoarjo, Klaten, Cilacap, Lamongan, Jepara, Muara Enim, Rembang, Pati, Sragen, Palu, Pamekasan, Kampar, dan daerah-daerah lain.
Karya seni yang ditampilkan bukan hanya karya seni dua dimensi seperti lukisan dan seni mural dan grafiti, namun juga seni kriya tiga dimensi seperti kerajinan gerabah dan seni patung hingga gabungan teknologi visual dengan seni tiga dimensi. Semua karya seni ini memiliki makna dan pesan yang sesuai dengan tema acara ini, Utusan Sosial: KILAT DARURAT! yang memiliki tujuan untuk meningkatkan rasa kepedulian dan seruan kesadaran akan isu-isu yang terjadi di masyarakat, baik mengenai isu lingkungan, isu sosial, mau pun mengenai krisis identitas yang merupakan salah satu dampak negatif perkembangan teknologi.
“Jadi acara ini penting bagaimana para seniman ini melihat fenomena sosial budaya di masyarakat dalam perspektifnya, dan dituangkan dalam bentuk karya seni.” ujar Restu Gunawan.
Lebih lanjut lagi, Restu Gunawan menjelaskan, bahwa adanya para perupa seni ini memiliki peran yang penting sebagai pembawa pesan yang kritis dan membangun. “Tentu seniman tidak menyelesaikan sebuah fenomena sosial yang ada, tetapi memotret bagaimana sebenarnya kondisi sosial budaya yang ada di masyarakat ini untuk direspons mereka. Kita memberi tanda kepada seluruh stakeholder di masyarakat untuk menyampaikan seruan kepedulian dan kesadaran.”
Karya para perupa ini tidak semata menyoal berbagai hal yang terkait dampak negatif digitalisasi atau kemajuan teknologi informasi yang niscaya tak sepenuhnya membawa berkah atau kebaikan, melainkan tak sedikit dari mereka yang meraih kesadaran bahwa generasi muda dapat berperan sebagai pembawa pesan yang kritis, konstruktif, kreatif, dan positif.
“Kesadaran akan darurat sosial dan darurat alam ini semoga oleh para seniman menjadi ekspresi seruan kesadaran. Pameran ini menyampaikan seruan kepedulian, seruan kesadaran, bahwa kita ada dalam jiwa darurat, yang oleh anak-anak muda yang kreatif menjadi pesan-pesan yang kaya kemungkinan.” harap Kurator Warih Wisatsana.
Rangkaian acara Apresiasi Perupa Muda Indonesia ini juga mengadakan serangkaian kegiatan mulai dari Wisata Budaya ke ke House of Mask & Puppet, Museum ARMA, Museum Neka, kunjungan ke studio seni perupa tersohor Made Djirna, serta terakhir Diskusi Seni Rupa di Bentara Budaya Bali pada Sabtu (24/8/2019). *yl
1
Komentar