Wakili Bali ke Tingkat Nasional, Pertama Kali Naik Pesawat
Pengalaman I Dewa Kadek Buda Prayuda, Duta Bahasa Provinsi Bali
DENPASAR, NusaBali
Duta Bahasa Provinsi Bali, I Dewa Kadek Buda Prayuda dan Ni Putu Indah Prastika Dewi, meraih predikat terbaik IV saat mengikuti ajang pemilihan Duta Bahasa tingkat nasional yang berlangsung di Jakarta, selama 13-18 Agustus 2019 lalu. Menariknya, salah satu Duta Bahasa Provinsi Bali, I Dewa Kadek Buda Prayuda, mengaku lantaran ikut ajang pemilihan Duta Bahasa tingkat nasional, dia untuk kali pertamanya naik pesawat bepergian ke luar kota. Selain itu, dia berkesempatan untuk mengikuti upacara bendera di Istana Negara, 17 Agustus lalu.
“Bagi saya, ini adalah pengalaman yang luar biasa. Selama ini saya tidak pernah ikut ajang pemilihan. Baru sekarang ini saya ikut ajang pemilihan Duta Bahasa dan ternyata malah terpilih mewakili Bali ke tingkat nasional. Lucunya lagi, ini saya pertama kali naik pesawat terbang dan pertama kali keluar kota. Sedikit tegang selama perjalanan menggunakan pesawat, hehe,” tutur Dewa Buda, saat dihubungi NusaBali, Selasa (20/8).
Mahasiswa D4 Keperawatan Anestesiologi di ITEKES Bali ini tentu tidak menyangka, kini dia bisa memiliki banyak relasi persahabatan dari seluruh Indonesia. Dia mengaku senang memiliki kawan yang berbeda budaya, sehingga menambah wawasannya. “Senang punya banyak punya teman. Kami sudah memiliki grup sendiri, dan kami semua menggunakan bahasa Indonesia untuk komunikasi. Kecuali jika kami ingin belajar bahasa mereka kami pasti bertanya kepada mereka mengenai budaya mereka dan begitu juga sebaliknya,” tutur teruna asal Banjar Bhuana Tirta, Desa/Kecamatan Karangasem ini.
Pengalaman berkesan lainnya, menurut Dewa Buda, karena mampu meraih terbaik IV tingkat nasional di ajang pageant pertama yang dia ikuti. Bagi teruna kelahiran 24 September 1997 tersebut, ini sangat berarti karena dapat meningkatkan dan mempertahankan prestasi Bali di ajang Duta Bahasa di tingkat nasional. Sedangkan terbaik I, II, III, berturut-turut diraih oleh 1 DKI Jakarta, Banten, dan Papua.
“Menurut saya secara pribadi, ini sangat berarti karena Duta Bahasa adalah ajang pertama yang saya ikuti, dan langsung dapat predikat terbaik IV. Hal yang juga membuat saya senang adalah melihat orang tua menangis karena saya mendapatkan predikat ini. Ibu saya menangis dan tidak bisa berkata apa-apa selain bilang bangga kepada saya, dan ajik (ayah, red) saya bilang hebat karena saya bisa mencapai titik ini,” cerita bungsu dari dua bersaudara pasangan I Dewa Putu Sukarya dan Desak Made Astiari ini.
Dalam ajang Duta Bahasa tingkat nasional, setiap wakil daerah diwajibkan membuat program kerja yang akan dipresentasikan selama ajang berlangsung. Dewa Buda bersama pasangannya di Duta Bahasa Provinsi Bali, Ni Putu Indah Prastika Dewi, membuat program kerja dinamakan ‘KADEK BIPA’ yakni Kreasi video dan kamus bagi pelajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Konsepnya adalah pembuatan video tentang percakapan bahasa Indonesia yang baik. Video ini ditayangkan kepada orang asing yang belajar bahasa Indonesia (BIPA). Dalam penayangannya, mereka bekerjasama dengan Balai Bahasa Bali dan Yayasan Cinta Bahasa.
Sedangkan mereka juga membuat kamus tiga bahasa yaitu terdiri dari Bahasa Indonesia, Bahasa Bali, dan Bahasa Inggris. Dalam kamus tersebut, juga berisi audio tentang pelafalan atau pengucapan kata yang ada pada kamus. Kamus tiga bahasa ini dipublikasikan dengan mengunggahnya di instagram Duta Bahasa Provinsi Bali dan beberapa media layanan informasi yang ada di Bali. “Kalau teman-teman daerah lain yang saya tahu, banyak yang membawa program literasi mendongeng, namun ada beberapa yang membuat aplikasi kamus bahasa daerahnya masing-masing,” jelas Dewa Buda.
Selama hampir satu setengah bulan mereka mempersiapkan semua ini. Tidak hanya program kerja, mereka juga berkutat mencari busana adat yang akan dipakai, mulai dari baju endek, batik, pakaian adat madya, dan juga busana adat Khas Buleleng untuk malam final. Mereka juga harus mempersiapkan seni dan bakat, di mana mereka menampilkan kolaborasi tarian kontemporer dengan beatbox, berjudul ‘Tari Kontemporer Selendang Jaka Tarub’. Termasuk juga mereka harus privat Bahasa Inggris untuk meningkatkan kualitas performa.
Kerja keras mereka akhirnya terbayar dengan predikat yang tidak mengecewakan. Sebagai duta bahasa, Dewa Buda berpandangan bahwa generasi ke depan harus tetap memperhatikan lisan dan tulisan yang baik dalam menyampaikan sesuatu. “Era sekarang generasi muda lebih banyak bermain ponsel atau gawainya dan asik dengan dunianya sendiri. Lebih bagus lagi mengisi hari-hari dengan saling berinteraksi, dengan tetap mengutamakan bahasa Indonesia. Tetapi tetap melestarikan bahasa daerah dan meguasai bahasa asing,” kata Dewa Buda. *ind
Duta Bahasa Provinsi Bali, I Dewa Kadek Buda Prayuda dan Ni Putu Indah Prastika Dewi, meraih predikat terbaik IV saat mengikuti ajang pemilihan Duta Bahasa tingkat nasional yang berlangsung di Jakarta, selama 13-18 Agustus 2019 lalu. Menariknya, salah satu Duta Bahasa Provinsi Bali, I Dewa Kadek Buda Prayuda, mengaku lantaran ikut ajang pemilihan Duta Bahasa tingkat nasional, dia untuk kali pertamanya naik pesawat bepergian ke luar kota. Selain itu, dia berkesempatan untuk mengikuti upacara bendera di Istana Negara, 17 Agustus lalu.
“Bagi saya, ini adalah pengalaman yang luar biasa. Selama ini saya tidak pernah ikut ajang pemilihan. Baru sekarang ini saya ikut ajang pemilihan Duta Bahasa dan ternyata malah terpilih mewakili Bali ke tingkat nasional. Lucunya lagi, ini saya pertama kali naik pesawat terbang dan pertama kali keluar kota. Sedikit tegang selama perjalanan menggunakan pesawat, hehe,” tutur Dewa Buda, saat dihubungi NusaBali, Selasa (20/8).
Mahasiswa D4 Keperawatan Anestesiologi di ITEKES Bali ini tentu tidak menyangka, kini dia bisa memiliki banyak relasi persahabatan dari seluruh Indonesia. Dia mengaku senang memiliki kawan yang berbeda budaya, sehingga menambah wawasannya. “Senang punya banyak punya teman. Kami sudah memiliki grup sendiri, dan kami semua menggunakan bahasa Indonesia untuk komunikasi. Kecuali jika kami ingin belajar bahasa mereka kami pasti bertanya kepada mereka mengenai budaya mereka dan begitu juga sebaliknya,” tutur teruna asal Banjar Bhuana Tirta, Desa/Kecamatan Karangasem ini.
Pengalaman berkesan lainnya, menurut Dewa Buda, karena mampu meraih terbaik IV tingkat nasional di ajang pageant pertama yang dia ikuti. Bagi teruna kelahiran 24 September 1997 tersebut, ini sangat berarti karena dapat meningkatkan dan mempertahankan prestasi Bali di ajang Duta Bahasa di tingkat nasional. Sedangkan terbaik I, II, III, berturut-turut diraih oleh 1 DKI Jakarta, Banten, dan Papua.
“Menurut saya secara pribadi, ini sangat berarti karena Duta Bahasa adalah ajang pertama yang saya ikuti, dan langsung dapat predikat terbaik IV. Hal yang juga membuat saya senang adalah melihat orang tua menangis karena saya mendapatkan predikat ini. Ibu saya menangis dan tidak bisa berkata apa-apa selain bilang bangga kepada saya, dan ajik (ayah, red) saya bilang hebat karena saya bisa mencapai titik ini,” cerita bungsu dari dua bersaudara pasangan I Dewa Putu Sukarya dan Desak Made Astiari ini.
Dalam ajang Duta Bahasa tingkat nasional, setiap wakil daerah diwajibkan membuat program kerja yang akan dipresentasikan selama ajang berlangsung. Dewa Buda bersama pasangannya di Duta Bahasa Provinsi Bali, Ni Putu Indah Prastika Dewi, membuat program kerja dinamakan ‘KADEK BIPA’ yakni Kreasi video dan kamus bagi pelajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Konsepnya adalah pembuatan video tentang percakapan bahasa Indonesia yang baik. Video ini ditayangkan kepada orang asing yang belajar bahasa Indonesia (BIPA). Dalam penayangannya, mereka bekerjasama dengan Balai Bahasa Bali dan Yayasan Cinta Bahasa.
Sedangkan mereka juga membuat kamus tiga bahasa yaitu terdiri dari Bahasa Indonesia, Bahasa Bali, dan Bahasa Inggris. Dalam kamus tersebut, juga berisi audio tentang pelafalan atau pengucapan kata yang ada pada kamus. Kamus tiga bahasa ini dipublikasikan dengan mengunggahnya di instagram Duta Bahasa Provinsi Bali dan beberapa media layanan informasi yang ada di Bali. “Kalau teman-teman daerah lain yang saya tahu, banyak yang membawa program literasi mendongeng, namun ada beberapa yang membuat aplikasi kamus bahasa daerahnya masing-masing,” jelas Dewa Buda.
Selama hampir satu setengah bulan mereka mempersiapkan semua ini. Tidak hanya program kerja, mereka juga berkutat mencari busana adat yang akan dipakai, mulai dari baju endek, batik, pakaian adat madya, dan juga busana adat Khas Buleleng untuk malam final. Mereka juga harus mempersiapkan seni dan bakat, di mana mereka menampilkan kolaborasi tarian kontemporer dengan beatbox, berjudul ‘Tari Kontemporer Selendang Jaka Tarub’. Termasuk juga mereka harus privat Bahasa Inggris untuk meningkatkan kualitas performa.
Kerja keras mereka akhirnya terbayar dengan predikat yang tidak mengecewakan. Sebagai duta bahasa, Dewa Buda berpandangan bahwa generasi ke depan harus tetap memperhatikan lisan dan tulisan yang baik dalam menyampaikan sesuatu. “Era sekarang generasi muda lebih banyak bermain ponsel atau gawainya dan asik dengan dunianya sendiri. Lebih bagus lagi mengisi hari-hari dengan saling berinteraksi, dengan tetap mengutamakan bahasa Indonesia. Tetapi tetap melestarikan bahasa daerah dan meguasai bahasa asing,” kata Dewa Buda. *ind
1
Komentar