Parade Budaya Meriahkan Hari Terakhir SVF 2019
Parade budaya yang menampilkan beraneka ragam kebudayaan Bali menjadi sajian terakhir rangkaian Sanur Village Festival (SVF) 2019, Minggu (25/8) sore.
DENPASAR, NusaBali
Pawai yang berlangsung sepanjang Jalan Danau Tamblingan, Sanur itu sontak membuat masyarakat dan para bule tumpah ruah menyaksikan dari atas trotoar. Sorak sorai dan tepuk tangan penonton pun membuat parade budaya itu kian bersemangat.
Parade budaya yang dimulai sekitar pukul 16.00 Wita tersebut melibatkan hampir seluruhnya generasi muda. Mengambil start dari Griya Santrian parade budaya itu berjalan hingga perempatan Jalan Danau Tamblingan. Parade diawali dengan penampilan dari anak-anak SMP Wisata Sanur dengan menampilkan marching band dibalut busana bercirikan khas Bali. Setelah SMP Wisata Sanur, selanjutnya parada busana oleh pemuda Mahagiri Sanur, yang menampilkan busana-busana modifikasi yang super unik.
Selain SMP Wisata Sanur dan pemuda Mahagiri Sanur, tampil juga beberapa komunitas seperti ST Dhananjaya menampilkan baleganjur, Griya Santrian dan Puri Santrian, Komunitas Kancing Gumi dan Cahya Art sebagai wakil dari Desa Sanur Kaja, Banjar Panti Kelurahan Sanur, dan Kubu Barong.
Yang tak kalah menariknya, ada dua komunitas dari luar Denpasar yang ikut dalam parade budaya SVF tersebut. Yakni, Sanggar Ghora Yuwana Budaya Jembrana yang membawakan kesenian khas berupa jegog, dan Sanggar Brahma Diva Kencana Kediri Tabanan yang membawakan kesenian khas Okokan. Keduanya turut menjadi tontonan warga, dimana jegog dengan suara menggema dari bilah-bilah bambu pilihan, begitu juga okokan yang suaranya juga menggema.
Selain mereka berparade di jalan, sebelum memasuki lintasan akhir mereka juga diberikan kesempatan menunjukkan atraksi masing-masing di hadapan para tamu undangan, yang tidak jauh dari garis finish. Penampilan mereka pun tak ayal membuat masyarakat dan wisatawan berkerumun di tengah jalan. Masyarakat dan fotografer saling berebut mencari posisi mengambil gambar melalui telepon genggam maupun kamera profesional.
Parade budaya menjadi kegiatan terakhir SVF. Setelah seluruh peserta usai menampilkan atraksi budaya, para undangan bergegas menuju area SVF di Pantai Matahari Terbit untuk mengikuti acara penutupan SVF yang telah dilaksanakan selama lima hari, 21-25 Agustus 2019. Ketua Umum Sanur Village Festival Ida Bagus Gede Sidharta Putra dalam sambutannya yang dibacakan oleh Ketua 1 Yayasan Pembangunan Sanur, I Gusti Agung Alit Kencana mengatakan, selama lima hari pelaksanaan SVF, antusiasme masyarakat cukup tinggi dilihat dari banyaknya mengunjungi venue-venue yang ada di SVF, serta ikut serta dan terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan dalam program yang telah dijalankan.
Selama lima hari, berbagai program diagendakan diantaranya Dialog Budaya pada 9 Agustus, Sanur International Kite Festival pada 15-18 Agustus, serta kompetisi dan pameran fotografi pada 18 Agustus. Sedangkan event utama yang berjalan selama lima hari berupa program sport, fun, art and culture, bazzar, musik, parade budaya. "Animo masyarakat terhadap pelaksanaan SVF setiap tahunnya selalu memiliki kecenderungan meningkat. Karena itu tahun ini kami menambah luasan venue hampir tiga kali dari pelaksanaan sebelumnya. Untuk tenant, ada sebanyak 45 food tenant, 8 food heritage, dan 4 green booth, 26 stan bazzar, dan 6 wahana permainan anak-anak," ujarnya.
Yang menarik, SVF tahun 2019 mendapat kunjungan dari dua bupati yakni Bupati Banyuwangi, Jawa Timur, dan Bupati Mentawai, Sumatera Barat, dimana Bupati Banyuwangi sudah menginginkan adanya kerjasama sistem festival. Sedangkan Bupati Mentawai melakukan studi lanjutan terkait tema yang diangkat dalam SVF kali ini.
Pawai yang berlangsung sepanjang Jalan Danau Tamblingan, Sanur itu sontak membuat masyarakat dan para bule tumpah ruah menyaksikan dari atas trotoar. Sorak sorai dan tepuk tangan penonton pun membuat parade budaya itu kian bersemangat.
Parade budaya yang dimulai sekitar pukul 16.00 Wita tersebut melibatkan hampir seluruhnya generasi muda. Mengambil start dari Griya Santrian parade budaya itu berjalan hingga perempatan Jalan Danau Tamblingan. Parade diawali dengan penampilan dari anak-anak SMP Wisata Sanur dengan menampilkan marching band dibalut busana bercirikan khas Bali. Setelah SMP Wisata Sanur, selanjutnya parada busana oleh pemuda Mahagiri Sanur, yang menampilkan busana-busana modifikasi yang super unik.
Selain SMP Wisata Sanur dan pemuda Mahagiri Sanur, tampil juga beberapa komunitas seperti ST Dhananjaya menampilkan baleganjur, Griya Santrian dan Puri Santrian, Komunitas Kancing Gumi dan Cahya Art sebagai wakil dari Desa Sanur Kaja, Banjar Panti Kelurahan Sanur, dan Kubu Barong.
Yang tak kalah menariknya, ada dua komunitas dari luar Denpasar yang ikut dalam parade budaya SVF tersebut. Yakni, Sanggar Ghora Yuwana Budaya Jembrana yang membawakan kesenian khas berupa jegog, dan Sanggar Brahma Diva Kencana Kediri Tabanan yang membawakan kesenian khas Okokan. Keduanya turut menjadi tontonan warga, dimana jegog dengan suara menggema dari bilah-bilah bambu pilihan, begitu juga okokan yang suaranya juga menggema.
Selain mereka berparade di jalan, sebelum memasuki lintasan akhir mereka juga diberikan kesempatan menunjukkan atraksi masing-masing di hadapan para tamu undangan, yang tidak jauh dari garis finish. Penampilan mereka pun tak ayal membuat masyarakat dan wisatawan berkerumun di tengah jalan. Masyarakat dan fotografer saling berebut mencari posisi mengambil gambar melalui telepon genggam maupun kamera profesional.
Parade budaya menjadi kegiatan terakhir SVF. Setelah seluruh peserta usai menampilkan atraksi budaya, para undangan bergegas menuju area SVF di Pantai Matahari Terbit untuk mengikuti acara penutupan SVF yang telah dilaksanakan selama lima hari, 21-25 Agustus 2019. Ketua Umum Sanur Village Festival Ida Bagus Gede Sidharta Putra dalam sambutannya yang dibacakan oleh Ketua 1 Yayasan Pembangunan Sanur, I Gusti Agung Alit Kencana mengatakan, selama lima hari pelaksanaan SVF, antusiasme masyarakat cukup tinggi dilihat dari banyaknya mengunjungi venue-venue yang ada di SVF, serta ikut serta dan terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan dalam program yang telah dijalankan.
Selama lima hari, berbagai program diagendakan diantaranya Dialog Budaya pada 9 Agustus, Sanur International Kite Festival pada 15-18 Agustus, serta kompetisi dan pameran fotografi pada 18 Agustus. Sedangkan event utama yang berjalan selama lima hari berupa program sport, fun, art and culture, bazzar, musik, parade budaya. "Animo masyarakat terhadap pelaksanaan SVF setiap tahunnya selalu memiliki kecenderungan meningkat. Karena itu tahun ini kami menambah luasan venue hampir tiga kali dari pelaksanaan sebelumnya. Untuk tenant, ada sebanyak 45 food tenant, 8 food heritage, dan 4 green booth, 26 stan bazzar, dan 6 wahana permainan anak-anak," ujarnya.
Yang menarik, SVF tahun 2019 mendapat kunjungan dari dua bupati yakni Bupati Banyuwangi, Jawa Timur, dan Bupati Mentawai, Sumatera Barat, dimana Bupati Banyuwangi sudah menginginkan adanya kerjasama sistem festival. Sedangkan Bupati Mentawai melakukan studi lanjutan terkait tema yang diangkat dalam SVF kali ini.
Gelaran SVF kemarin malam ditutup secara resmi oleh Wakil Walikota Denpasar, IGN Jayanegara. Pada malam terakhir, ditampilkan parade budaya, Isyana Saraswati, Navicula, Joni Agung & Double T. *aind
1
Komentar