Panglukatan Banyu Pinaruh di Yeh Gangga Tabanan Dipuput 7 Sulinggih
Ribuan siswa dan masyarakat umum mengikuti ritual Panglukatan Banyu Pinaruh lan Baruna Astawa massal di Pantai Yeh Gangga, Banjar Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan pada Radite Paing Sinta, Minggu (26/6).
TABANAN, NusaBali
Ritual panglukatan (membersihkan diri secara niskala) bertepatan dengan rahina Banyu Pinaruh yang dilaksanakan oleh Paiketan Daksa Dharma Sadhu ini dipuput tujuh sulinggih sekaligus. Ritual Panglukatan Banyu Pinaruh lan Baruna Astawa ini merupakan yang ketiga kalinya digelar Paiketan Daksa Dharma Sadhu di Pantai Yeh Gangga. Prosesinya selalu dilaksanakan saat rahina Banyu Pinaruh. Untuk Panglukatan Banyu Pinaruh lan Baruna Astawa kali ini, digelar sejak pagi pukul 07.00 Wita hingga pukul 10.00 Wita.
Peserta ritual didominasi siswa-siswi SMP dan SMA/SMK se-Kabupaten Tabanan. Selebihnya, umat sedharma (umum) yang juga asal wilayah Kabupaten Tabanan. Pantauan NusaBali, Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya dan sejumlah anggota DPRD Tabanan juga hadir dalamn ritual Panglukatan Banyu Pinaruh lan Baruna Astawa di Pantai Yeh Gangga, Minggu kemarin.
Sedangkan 7 sulinggih yang terjun muput upacara ritual Panglukatan Banyu Pinaruh lan Baruna Astawa tersebut masing-masing Ida Pandita Mpu Kertha Dhyana Paramita (sulinggih asal Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Badung yang tinggal di Sulawesi Tenggara), Ida Hyang Begawan Agung Ananda Narendra Kusuma (dari Griya Agung Penarukan), Ida Pandita Mpu Daksa Giana Samyoga Manuaba (dari Griya Agung Sempidi), Ida Pandita Mpu Siwa Putra Pa-rama Manik Kusuma Manuaba (dari Griya Agung Baturiti), Sri Bhagawan Ludra Parama Daksa (dari Griya Agung Serongga), Ida Pandita Mpu Trinata Daksa Manuaba (dari Griya Kukuh, Desa Kukuh, Kecamatan Kerambitan, Tabanan), dan Ida Pandita Mpu Siwa Putra Sanatana Daksa Manuaba (dari Griya Utu, Penebel, Tabanan).
Ada tujuh tahapan dalam ritual Panglukatan Banyu Pinaruh lan Baruna Astawa di Pantai Yeh Gangga, Minggu kemarin. Pertama, Mendak Toya panglukatan ke segara, memohon kepada Sang Hyang Baruna untuk dianugrahi air suci. Kedua, Memeras Toya ke segara, yang maknanya memohon kepada Sang Hyang Baruna agar semuanya dalam keadaan suci.
Ketiga, Melebok yakni panglukata di pantai dengan membasuhi wajah hingga kepala, sembari memohon pemberisihan secara lahir dan bathin. Keempat, panglukatan di hadapan sulinggih, di mana pesertadiperciki tirta dan diberikan kara wista. Kelima, ritual matur piuning di mana akan dimulainya persembhayangan bersama. Keenam, persembahyangan bersama. Ketujuh, nunas nasi sesa.
Ketua Panitia Panglukatan Banyu Pinaruh lan Baruna Astawa, I Ketut Winarta, mengatakan yang lebih diutamakan mengikuti ritual ini adalah kalangan siswa. Tujuannya, agar mereka lebih mengetahui makna dari hari suci Banyu Pinaruh, yang jatuh 6 bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali pada Radite Paing Shinta atau sehari setelah Saraswati dan tiga hari sebelum Pagerwesi. “Sesuai harapan, saya lihat pesertanya dominan anak-anak sekolah," ujar Ketut Winarta.
Winarta memaparkan, peserta ritual Panglukatan Banyu Pinaruh lan Baruna Astawa ini tidak dipungut biaya. Namun, bagi siswa maupun masyarakat umum yang ingin berdana punia seikhlasnya, pihak Paiketan Daksa Dharma Sadhu selaku penyelenggara mempersilakannya.
Menurut Winarta, kegiatan spiritual ini nantinya akan rutin diadakan di Pantai Yeh Gangga setiap rahina Banyu Pinaruh. Para peserta yang sebagian kalangan anak sekolah diharapkan bisa bisa menyucikan diri dan dapat pemahaman terkait rentetan Hari Raya Saraswati---yang jatuh pada Saniscara Umanis Watugunung. "Mudah-mudahan, dalam kegiatan berikutnya para siswa ataupun masyarakat umum yang ikut lebih banyak lagi,” harap Winarta.
Sementara itu, Wakil Bupati Tabanan IKG Sanjaya selaku Pembina Paiketan Daksa Dharma Sadhu mengatakan kegiatan ritual Panglukatan Banyu Pinaruh lan Baruna Astawa ini akan terus dikhawal di masa-masa datang. Sebab, tujuanya bagus yakni bisa menyucikan pikiran dan hati.
Untuk itu, Wabup Sanjaya meminta sameton Paiketan Daksa Dharma Sadhu agar terus berkordinasi dengan pemerintah, supaya program-program seperti ini bisa dijadwalkan lebih baik lagi. "Saya lihat antusiasme masyarakat, terutama para siswa, sangat tinggi mengikuti ritual ini. Saya jadi terharu," ujar Sanjaya yang juga Ketua DPC PDIP Tabanan.
Di sisi lain, seorang siswi SMPN 1 Penebel, Tabanan, Ni Made Desi Sentana, 13, mengakui dirinya rutin melaksanakan ritual malukat ke segara. Hanya saja, selama ini dia malukat ke segara bersama keluarga, bukan massal seperti yang digelar di Pantai Yeh Gangga kemarin. "Saya rtutin malukat saat Banyu Pinaruh. Setelah malukat, pikiran biasanya jadi tenang," tutur remaja berusia 13 tahun ini. 7 cr61
Komentar