SMPN 1 Singaraja Buka Kelas Percepatan
Siswa wajib menjalani tes IQ dan tes akademik empat mata pelajaran plus bahasa Inggris.
SINGARAJA, NusaBali
64 siswa SMPN 1 Singaraja masuk kelas percepatan mulai tahun ajaran baru 2019/2020. Kelas percepatan ini sekaligus 64 siswa ini mengikuti sistem pendidikan dengan Satuan Kredit Semester (SKS), seperti perkualihan di perguruan tinggi.
Dengan sistem itu, para siswa itu dapat mengakhiri waktu pendidikannya setahun lebih cepat atau hanya menempuh pendidikan empat semester. Penerapan sistem SKS ini kali pertama di SMPN yang beralamat di Jalan Gajah Mada, Kelurahan Banjar Bali, Kecamatan/Kabupaten Buleleng dan juga di Bali. Sekolah pelopor full day school di Buleleng ini juga sudah menyiapkan sistem pendidikan ber-SKS sejak dua tahun lebih.
Kepala SMPN 1 Singaraja Dra Ni Putu Karnadhi MSi, ditemui Selasa (27/8) di ruangannya, mengatakan puluhan anak yang masuk kelas percepatan empat semester itu diputuskan setelah menjalani serangkaian tes. Sebelumnya 370 siswa kelas VII dari 11 rombongan belajar (rombel) yang diterima. Siswa wajib menjalani tes IQ dan tes akademik empat mata pelajaran plus bahasa Inggris. “Penentuannya itu berdasarkan hasil tes IQ, tes akademik, nilai rapor kelas 4 - 6, nilai USBN yang dirata-ratakan. Maka ada 64 anak yang akan menempuh pembelajaan empat semester atau dua tahun. Dengan tes IQ kami yang menghadirkan psikolog RSUD Buleleng juga terdeteksi anak-anak yang kategori mengalami kesulitan belajar 10 orang,” jelasnya.
Selain 64 siswa itu, lanjut Karnadhi, 306 orang mengambil lama belajar tiga tahun. Ada 10 orang mengalami kesulitan belajar dengan persetujuan dan dukungan penuh dari orangtuanya.
Menurut Kasek Karnadhi, dalam pemberlakuan sistem SKS tersebut, tidak ada perbedaan kurikulum yang mereka dapatkan. Perbedaannya hanya lama jam pelajaran yang pada umumnya satu jam mata pelajaran lamanya 45 menit, jika pada kelas percepatan hanya 30 menit. “Jadi sama. Mereka masuk sekolah pukul 07.00 Wita dan pulang pukul 15.00 Wita. Bedanya hanya lama jam mata pelajaran dan jam istirahatnya. Kalau yang enem semester sampai jam ke-9, sedangkan yang empat semester sampai jam ke 12,” jelas Karnadhi.
Dalam penerapan sistem SKS tahun pertama ini, papar dia, siswa yang akan mengambil tambahan kredit baru bisa di semester kedua ke atas dengan syarat IPK minimal 3,5. Sedangkan di semester pertama, mereka akan menuntaskan 60 SKS.
Karnadhi juga mengatakan penyesuaian juga akan dilakukan setiap semesternya. Baik siswa yang mengambil empat semester diawal yang kewalahan atau yang mengambil enam semester yang menunjukkan mengambil SKS lebih. “Setiap pertengahan semester akan dievaluasi, kalau nilai jebol diberikan remidi dan semester pendek juga hasilnya juga jebol di ujian semester nanti akan dikembalikan ke enam semester. Yang enam semester juga bisa ikuti semester pendek untuk dapat menambah kredit semester.
Sebagaimana diketahui, SMPN 1 Singaraja yang merupakan salah satu dari 13 sekolah di Indonesia yang menerapkan sistem SKS. Sekolah ini sudah menyiapkan tenaga kependidikan dan sarana prasarana pendukung jauh-jauh hari. Termasuk sekolah pendukung SMAN Bali Mandara yang sudah menjalankan sistem SKS lebih dulu di Buleleng yang dijadikan sebagai kiblat.
Sebagai sekolah pelopor, Karnadhi optimis dapat berhasil melaksanakan sistem SKS kepada seluruh siswanya nanti. Segala regulasi pun sudah dirancang sedemikian rupa untuk menyempurnakan penerapan sistem SKS ini. Salah satunya persoalan siswa yang keluar atau yang masuk nanti ke SMPN 1 Singaraja yang harus menyesuaikan dengan kultur pembelajaran di sekolah. “Kami sangat optimis ini berhasil, karena kendala yang masih dihadpai selama ini dalam proses pembelaaran setelah sistem zonasi, memang ada beberapa anak didik kami terutama yang dari kampung sulit mengimbangi yang berprestasi, sehingga dengan pengelompokan ini mereka mudah mengikuti ritme yang satu gelombang dengannya, selain juga kami sudah fasilitasi membentuk satu kelas olahraga,” kata Karnadhi.
Dirinya mengapresiasi dukungan penuh orangtua siswa yang sejauh ini masih sangat semangat untuk memberikan dukungan kepada sekolah memberikan pendidikan terbaik bagi putra putrinya.
Dua orang siswa yang ikut kelas percepatan, Ida Ayu Bulan Ahelia dan Pasek Putu Puja Suardewi mengaku siap menghadapi sistem pembelajaran SKS yang bagi mereka adalah hal yang baru. Mereka tak mempermasalahkan waktu belajar mereka menjadi semakin padat dengan menempuh empat semester nanti. “Kalau siap sih kami siap, tidak siap harus siap saja, cuman nanti di pengaturan waktu saja biar tidak keteteran,” jawab Putu Puja dan Ayu Bulan.*k23
Dengan sistem itu, para siswa itu dapat mengakhiri waktu pendidikannya setahun lebih cepat atau hanya menempuh pendidikan empat semester. Penerapan sistem SKS ini kali pertama di SMPN yang beralamat di Jalan Gajah Mada, Kelurahan Banjar Bali, Kecamatan/Kabupaten Buleleng dan juga di Bali. Sekolah pelopor full day school di Buleleng ini juga sudah menyiapkan sistem pendidikan ber-SKS sejak dua tahun lebih.
Kepala SMPN 1 Singaraja Dra Ni Putu Karnadhi MSi, ditemui Selasa (27/8) di ruangannya, mengatakan puluhan anak yang masuk kelas percepatan empat semester itu diputuskan setelah menjalani serangkaian tes. Sebelumnya 370 siswa kelas VII dari 11 rombongan belajar (rombel) yang diterima. Siswa wajib menjalani tes IQ dan tes akademik empat mata pelajaran plus bahasa Inggris. “Penentuannya itu berdasarkan hasil tes IQ, tes akademik, nilai rapor kelas 4 - 6, nilai USBN yang dirata-ratakan. Maka ada 64 anak yang akan menempuh pembelajaan empat semester atau dua tahun. Dengan tes IQ kami yang menghadirkan psikolog RSUD Buleleng juga terdeteksi anak-anak yang kategori mengalami kesulitan belajar 10 orang,” jelasnya.
Selain 64 siswa itu, lanjut Karnadhi, 306 orang mengambil lama belajar tiga tahun. Ada 10 orang mengalami kesulitan belajar dengan persetujuan dan dukungan penuh dari orangtuanya.
Menurut Kasek Karnadhi, dalam pemberlakuan sistem SKS tersebut, tidak ada perbedaan kurikulum yang mereka dapatkan. Perbedaannya hanya lama jam pelajaran yang pada umumnya satu jam mata pelajaran lamanya 45 menit, jika pada kelas percepatan hanya 30 menit. “Jadi sama. Mereka masuk sekolah pukul 07.00 Wita dan pulang pukul 15.00 Wita. Bedanya hanya lama jam mata pelajaran dan jam istirahatnya. Kalau yang enem semester sampai jam ke-9, sedangkan yang empat semester sampai jam ke 12,” jelas Karnadhi.
Dalam penerapan sistem SKS tahun pertama ini, papar dia, siswa yang akan mengambil tambahan kredit baru bisa di semester kedua ke atas dengan syarat IPK minimal 3,5. Sedangkan di semester pertama, mereka akan menuntaskan 60 SKS.
Karnadhi juga mengatakan penyesuaian juga akan dilakukan setiap semesternya. Baik siswa yang mengambil empat semester diawal yang kewalahan atau yang mengambil enam semester yang menunjukkan mengambil SKS lebih. “Setiap pertengahan semester akan dievaluasi, kalau nilai jebol diberikan remidi dan semester pendek juga hasilnya juga jebol di ujian semester nanti akan dikembalikan ke enam semester. Yang enam semester juga bisa ikuti semester pendek untuk dapat menambah kredit semester.
Sebagaimana diketahui, SMPN 1 Singaraja yang merupakan salah satu dari 13 sekolah di Indonesia yang menerapkan sistem SKS. Sekolah ini sudah menyiapkan tenaga kependidikan dan sarana prasarana pendukung jauh-jauh hari. Termasuk sekolah pendukung SMAN Bali Mandara yang sudah menjalankan sistem SKS lebih dulu di Buleleng yang dijadikan sebagai kiblat.
Sebagai sekolah pelopor, Karnadhi optimis dapat berhasil melaksanakan sistem SKS kepada seluruh siswanya nanti. Segala regulasi pun sudah dirancang sedemikian rupa untuk menyempurnakan penerapan sistem SKS ini. Salah satunya persoalan siswa yang keluar atau yang masuk nanti ke SMPN 1 Singaraja yang harus menyesuaikan dengan kultur pembelajaran di sekolah. “Kami sangat optimis ini berhasil, karena kendala yang masih dihadpai selama ini dalam proses pembelaaran setelah sistem zonasi, memang ada beberapa anak didik kami terutama yang dari kampung sulit mengimbangi yang berprestasi, sehingga dengan pengelompokan ini mereka mudah mengikuti ritme yang satu gelombang dengannya, selain juga kami sudah fasilitasi membentuk satu kelas olahraga,” kata Karnadhi.
Dirinya mengapresiasi dukungan penuh orangtua siswa yang sejauh ini masih sangat semangat untuk memberikan dukungan kepada sekolah memberikan pendidikan terbaik bagi putra putrinya.
Dua orang siswa yang ikut kelas percepatan, Ida Ayu Bulan Ahelia dan Pasek Putu Puja Suardewi mengaku siap menghadapi sistem pembelajaran SKS yang bagi mereka adalah hal yang baru. Mereka tak mempermasalahkan waktu belajar mereka menjadi semakin padat dengan menempuh empat semester nanti. “Kalau siap sih kami siap, tidak siap harus siap saja, cuman nanti di pengaturan waktu saja biar tidak keteteran,” jawab Putu Puja dan Ayu Bulan.*k23
1
Komentar