Bentrok Deiyai Papua
Polri mengutuk tindakan brutal dari sekelompok massa yang menyusup aksi demonstrasi di Deiyai, Papua.
JAKARTA, NusaBali
Akibat kejadian itu, seorang prajurit TNI dan dua warga sipil tewas dan sejumlah polisi terluka. "Tidak benar laporan tentang enam warga sipil yang tewas dan terluka dalam insiden tersebut. Yang pasti tiga orang meninggal dalam insiden tersebut yakni dua warga sipil dan anggota TNI AD meninggal," kata Kapolda Papua, Irjen Pol Rudolf Rodja, Rabu (28/8) dikutip dari Antara.
Dia mengatakan, insiden yang berakhir kerusuhan itu berawal dari demo yang dilakukan sekitar 100 orang yang melakukan orasi di halaman kantor bupati Deiyai.
Namun tiba-tiba datang sekitar 1.000-an orang yang berlari-lari kecil dan sebagian di antaranya menyerang aparat keamanan. Massa menyerang mobil yang sebelumnya ditumpangi anggota TNI dan merampas senjata api yang berada di dalam mobil tersebut.
Selain mengambil 10 senpi jenis SS 1 beserta magasin berisi amunisi (bukan 11 senpi, red) mereka membunuh anggota TNI dengan menggunakan parang dan anak panah hingga menewaskan Serda Rikson.
Setelah berhasil mengambil senjata api, kemudian melakukan penembakan ke aparat keamanan yang sedang melakukan pengamanan unjuk rasa hingga terjadi kontak senjata.
Rodja yang mengaku saat ini masih berada di Timika mengatakan, dalam insiden tersebut selain menewaskan tiga orang baik itu warga sipil maupun anggota TNI juga mengakibatkan lima anggota TNI dan Polri terluka.
Saat ini korban sudah dievakuasi ke RSUD Enarotali, dan situasi aman, tegas Irjen Pol Rodja.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menduga ada provokator yang mengakibatkan seorang anggota TNI AD tewas dan sejumlah anggota Polri terluka saat bentrok dengan massa yang menggelar demonstrasi di Kabupaten Deiyai, Papua, Rabu (28/8).
"Ya, memang ada (provokator). Memang ada. Jadi sering saya katakan memang poros gerakan politiknya sedang masif. Sekarang betul-betul sedang masif," ujar Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (28/8).
Menurut Moeldoko, dari kabar yang dirinya terima, seorang anggota TNI tewas dan dua anggota Polri luka-luka.Namun, kata mantan Panglima TNI itu, dalam pemberitaan Reuters dilaporkan enam masyarakat sipil tewas diberondong oleh aparat keamanan.
Moeldoko berkata kondisi Papua yang semakin panas ini tak terlepas dari kegusaran kelompok poros politik dan bersenjata. Ia menyebut kelompok yang memperjuangkan Papua merdeka itu cemas dengan pembangunan yang dilakukan pemerintahan Jokowi di Bumi Cenderawasih.
"Kecemasan yang dihadapi oleh mereka adalah dia tak bisa lagi membohongi rakyat. Dia tidak bisa lagi membohongi dunia luar bahwa Papua itu begini, begini," tuturnya. *a
Dia mengatakan, insiden yang berakhir kerusuhan itu berawal dari demo yang dilakukan sekitar 100 orang yang melakukan orasi di halaman kantor bupati Deiyai.
Namun tiba-tiba datang sekitar 1.000-an orang yang berlari-lari kecil dan sebagian di antaranya menyerang aparat keamanan. Massa menyerang mobil yang sebelumnya ditumpangi anggota TNI dan merampas senjata api yang berada di dalam mobil tersebut.
Selain mengambil 10 senpi jenis SS 1 beserta magasin berisi amunisi (bukan 11 senpi, red) mereka membunuh anggota TNI dengan menggunakan parang dan anak panah hingga menewaskan Serda Rikson.
Setelah berhasil mengambil senjata api, kemudian melakukan penembakan ke aparat keamanan yang sedang melakukan pengamanan unjuk rasa hingga terjadi kontak senjata.
Rodja yang mengaku saat ini masih berada di Timika mengatakan, dalam insiden tersebut selain menewaskan tiga orang baik itu warga sipil maupun anggota TNI juga mengakibatkan lima anggota TNI dan Polri terluka.
Saat ini korban sudah dievakuasi ke RSUD Enarotali, dan situasi aman, tegas Irjen Pol Rodja.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menduga ada provokator yang mengakibatkan seorang anggota TNI AD tewas dan sejumlah anggota Polri terluka saat bentrok dengan massa yang menggelar demonstrasi di Kabupaten Deiyai, Papua, Rabu (28/8).
"Ya, memang ada (provokator). Memang ada. Jadi sering saya katakan memang poros gerakan politiknya sedang masif. Sekarang betul-betul sedang masif," ujar Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (28/8).
Menurut Moeldoko, dari kabar yang dirinya terima, seorang anggota TNI tewas dan dua anggota Polri luka-luka.Namun, kata mantan Panglima TNI itu, dalam pemberitaan Reuters dilaporkan enam masyarakat sipil tewas diberondong oleh aparat keamanan.
Moeldoko berkata kondisi Papua yang semakin panas ini tak terlepas dari kegusaran kelompok poros politik dan bersenjata. Ia menyebut kelompok yang memperjuangkan Papua merdeka itu cemas dengan pembangunan yang dilakukan pemerintahan Jokowi di Bumi Cenderawasih.
"Kecemasan yang dihadapi oleh mereka adalah dia tak bisa lagi membohongi rakyat. Dia tidak bisa lagi membohongi dunia luar bahwa Papua itu begini, begini," tuturnya. *a
Komentar