Tewas Overdosis Usai Minum Bersama Pacar
Saat minum terakhir di tempat karaoke kawasan Denpasar Barat, korban bersama pacar dan dua rekannya diduga konsumsi ekstasi
Malam Sebelum Tewas, Korban Kadek Putriani Minum di Tiga Lokasi Berbeda
TABANAN, NusaBali
Kematian tragis menimpa Ni Kadek Putriani, 24, gadis asal Banjar Kamasan, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan, Senin (27/6) pagi. Korban meregang nyawa akibat overdosis, beberapa jam setelah minum minuman keras yang diduga bercampur ekstasi bersama pacar dan teman-temannya.
Korban Kadek Putriani menghembuskan napas terakhir di RS Bhakti Rahayu kawasan Banjar Tuakilang, Desa Denbantas, Kecamatan Tabanan, Senin pagi pukul 10.00 Wita. Perempuan berusia 24 tahun ini meregang nyawa berselang 5 jam setelah dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi muntah-muntah dan lemas, di mana dari mulutnya keluar busa.
Data di kepolisian, korban Kadek Putriani dibawa ke RS Bhakti Rahayu oleh pacarnya, I Made Wijana, 36, asal Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, Badung. Sebelum muntah-muntah, korban Kadek Putriani bersama sang pacar awalnya pergi ke rumah temannya di Banjar Babakan Kangin, Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Badung untuk minum tuak (minuman keras dari Aren), Minggu (26/6). Mereka minum-minuman keras sampai malam sekitar pukul 22.00 Wita.
Habis minum di Desa Gulingan, malam itu juga dua sejoli ini berangkat menuju Kafe Joged di Jalan Dr Ir Soekarno kawasan Banjar Tegal Belodan, Desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan. Sesampainya di kafe tersebut, pacar korban, Made Wijana, memesan 13 botol Bir. Mereka kemudian minum bersama teman-temanya yang merupakan staf Kafe Joged, yakni Mami Ria, Pandu, Abik, dan satu orang lagi yang tidak dikenal. Mereka minum di kafe tersebut hingga Senin dinihari sekitar pukul 02.00 Wita.
Habis minum-minum di kafe, korban Kadek Putriani bersama sang pacar, Made Wijana, beserta Abi dan Mami Ria, lanjut pergi ke sebuah karaoke di Jalan Gunung Soputan Denpasar Barat. Mereka meluncur dengan naik mobil sewaan jenis Suzuki Splash warna silver nopol DK 1650 GX. Sesampai di tempat karaoke tersebut, mereka kembali memesan 3 botol air mineral tanggung, serta minuman suplemen jenis Kratingdaeng.
Menurut sumber di keolisian, mereka minum bersama secara bergantian. Saat itulah, pacar korban disebutkan memesan 2 butir ekstasi, lalu dibagi berempat. Selang beberapa lama kemudian, mereka kembali memesan 2 butir ekstasi untuk dibagi berempat.
Selanjutnya, Senin dinihari pukul 04.00 Wita, korban Kadek Putriani bersaama pacar dan dua rekannya pergi dari karaoke dan kembali menuju Kafe Joged di Tabanan untuk mengantarkan Mami Ria dan Abi. Nah, ketika akan mengembalikan mobil sewaan, di tengah perjalanan, korban Kadek Putriani muntah-muntah dan lemas. Sang pacar, Made Wijana, sempat memberi air kelapa muda, tapi korban tetap lemas. Akhirnya, korban dibawa ke RS Bhakti Rahayu dan tiba sekitar pukul 05.00 Wita. Namun sayang, nyawanya tidak terselamatkan. Setelah dirawat selama 5 jam, korban Kadek Putriani akhirnya dinyatakan meninggal, Senin pagi sekitar pukul 10.00 Wita.
Kapolsek Kota Tabanan, Kompol Ida Bagus Putra seizin Kapolres Tabanan AKBP Putu Putera Sadana, menyatakan saat dirawat di RS Bhakti Rahayu hingga akhirnya meninggal, dari mulut korban keluar buih seperti keracunan. Jenazah korban Kadek Putriani pun sudah dikirim ke Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah, Denpasar, untuk dilakukan otopsi. "Saat ini jenazahnya sudah di RS Sanglah untuk diotopsi buat mengetahui secara pasti penyebab kematiannya," ujar Kapolsek IB Putra saat dikonfirmasi NusaBali di Tabanan, tadi malam.
Kapolsek IB Putra menegaskan, pacar korban yakni Made Wijana sudah diamankan ke Mapolsek Kota Tabanan untuk dimintai keterangannya. Hingga tadi malam, pacar korban belum ditetapkan sebagai tersangka. “Kasusnya masih didalami,” katanya. “Dari keterangan pihak keluarga, antara korban dan pacarnya sudah berhubungan sejak lama. Keluarga keduabelah pihak pun sudah saling kenal,” imbuh Kapolsek IB Putra.
Korban Kadek Putriani merupakan anak bungsu dari dua bersaudara keluarga pasangan I Komang Tedes, 55, dan Ni Made Sudani, 50. Korban adalah lulusan SMK Pariwisata Margarana. Awalnya, korban sempat bekerja sebagai pegawai konter HP di kawasan Banjar Tuakilang, Desa Denbantas, namun belakangan berhenti kerja.
Sementara itu, ibunda korban, Ni Made Sudani, mengaku terkejut mendengar kabar duka putrinya sudah meninggal. Berita duka itu diteruma Made Sudani saat sedang ngopin (membantu orang melaksanakan upacara adat). “Tiba-tiba, ada tim medis datang ke rumah membawa kabar anak saya sudah meninggal. Menurut tim medis, anak saya dikatakan meninggal karena overdosis,” tutur Sudani saat ditemui NusaBali di rumah duka, Banjar Kamasan, Desa Dajan Peken, Kota Tabanan, tadi malam.
Sudani mengisahkan, putrinya yang meninggal secara tragis tersebut selama ini memang jarang pulang. Korban biasanya pulang saat ada upacara keagamaan. "Sejak Purnama (19 Juni 2016) anak saya tidak pernah pulang. Dia tidak bilang mau ke mana. Saya juga tidak punya HP untuk menghubungi," kenang perempuan yang bekerja sebagai kuli bangunan ini.
Sudani mengatakan, dia dan suaminya, Komang Tedes, pasrah atas kematian putri tercintanya. Mereka juga hanya bisa menunggu kepulangan jenazah putrinya dari RS Sanglah. Semula, pihak keluarga sempat berencana menguburkan jenzah Kadek Putrianya pada Anggara Wage Sinta, Selasa (28/6) ini. “Namun, karena jenazahnya masih di RS Sanglah, keluarga akan berembuk kembali,” tutur Sudani.
Paparan hampir senada juga disampaikan sepupu korban, Ni Putu Triarmita Dewi, 23. Menurut Dewi, Kadek Putriani memang jarang pulang. Korban sempat bekerja njadi pegawai konter HP di Banjar Tuangkilang, Desa Denbantas, namun sekarang sudah berhenti dan ikut kos bersama pacarnya, Made Sijana. "Sekarang kayaknya tidak kerja lagi dan ikut pacarnya," jelas Dewi. 7 cr61
TABANAN, NusaBali
Kematian tragis menimpa Ni Kadek Putriani, 24, gadis asal Banjar Kamasan, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan, Senin (27/6) pagi. Korban meregang nyawa akibat overdosis, beberapa jam setelah minum minuman keras yang diduga bercampur ekstasi bersama pacar dan teman-temannya.
Korban Kadek Putriani menghembuskan napas terakhir di RS Bhakti Rahayu kawasan Banjar Tuakilang, Desa Denbantas, Kecamatan Tabanan, Senin pagi pukul 10.00 Wita. Perempuan berusia 24 tahun ini meregang nyawa berselang 5 jam setelah dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi muntah-muntah dan lemas, di mana dari mulutnya keluar busa.
Data di kepolisian, korban Kadek Putriani dibawa ke RS Bhakti Rahayu oleh pacarnya, I Made Wijana, 36, asal Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, Badung. Sebelum muntah-muntah, korban Kadek Putriani bersama sang pacar awalnya pergi ke rumah temannya di Banjar Babakan Kangin, Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Badung untuk minum tuak (minuman keras dari Aren), Minggu (26/6). Mereka minum-minuman keras sampai malam sekitar pukul 22.00 Wita.
Habis minum di Desa Gulingan, malam itu juga dua sejoli ini berangkat menuju Kafe Joged di Jalan Dr Ir Soekarno kawasan Banjar Tegal Belodan, Desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan. Sesampainya di kafe tersebut, pacar korban, Made Wijana, memesan 13 botol Bir. Mereka kemudian minum bersama teman-temanya yang merupakan staf Kafe Joged, yakni Mami Ria, Pandu, Abik, dan satu orang lagi yang tidak dikenal. Mereka minum di kafe tersebut hingga Senin dinihari sekitar pukul 02.00 Wita.
Habis minum-minum di kafe, korban Kadek Putriani bersama sang pacar, Made Wijana, beserta Abi dan Mami Ria, lanjut pergi ke sebuah karaoke di Jalan Gunung Soputan Denpasar Barat. Mereka meluncur dengan naik mobil sewaan jenis Suzuki Splash warna silver nopol DK 1650 GX. Sesampai di tempat karaoke tersebut, mereka kembali memesan 3 botol air mineral tanggung, serta minuman suplemen jenis Kratingdaeng.
Menurut sumber di keolisian, mereka minum bersama secara bergantian. Saat itulah, pacar korban disebutkan memesan 2 butir ekstasi, lalu dibagi berempat. Selang beberapa lama kemudian, mereka kembali memesan 2 butir ekstasi untuk dibagi berempat.
Selanjutnya, Senin dinihari pukul 04.00 Wita, korban Kadek Putriani bersaama pacar dan dua rekannya pergi dari karaoke dan kembali menuju Kafe Joged di Tabanan untuk mengantarkan Mami Ria dan Abi. Nah, ketika akan mengembalikan mobil sewaan, di tengah perjalanan, korban Kadek Putriani muntah-muntah dan lemas. Sang pacar, Made Wijana, sempat memberi air kelapa muda, tapi korban tetap lemas. Akhirnya, korban dibawa ke RS Bhakti Rahayu dan tiba sekitar pukul 05.00 Wita. Namun sayang, nyawanya tidak terselamatkan. Setelah dirawat selama 5 jam, korban Kadek Putriani akhirnya dinyatakan meninggal, Senin pagi sekitar pukul 10.00 Wita.
Kapolsek Kota Tabanan, Kompol Ida Bagus Putra seizin Kapolres Tabanan AKBP Putu Putera Sadana, menyatakan saat dirawat di RS Bhakti Rahayu hingga akhirnya meninggal, dari mulut korban keluar buih seperti keracunan. Jenazah korban Kadek Putriani pun sudah dikirim ke Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah, Denpasar, untuk dilakukan otopsi. "Saat ini jenazahnya sudah di RS Sanglah untuk diotopsi buat mengetahui secara pasti penyebab kematiannya," ujar Kapolsek IB Putra saat dikonfirmasi NusaBali di Tabanan, tadi malam.
Kapolsek IB Putra menegaskan, pacar korban yakni Made Wijana sudah diamankan ke Mapolsek Kota Tabanan untuk dimintai keterangannya. Hingga tadi malam, pacar korban belum ditetapkan sebagai tersangka. “Kasusnya masih didalami,” katanya. “Dari keterangan pihak keluarga, antara korban dan pacarnya sudah berhubungan sejak lama. Keluarga keduabelah pihak pun sudah saling kenal,” imbuh Kapolsek IB Putra.
Korban Kadek Putriani merupakan anak bungsu dari dua bersaudara keluarga pasangan I Komang Tedes, 55, dan Ni Made Sudani, 50. Korban adalah lulusan SMK Pariwisata Margarana. Awalnya, korban sempat bekerja sebagai pegawai konter HP di kawasan Banjar Tuakilang, Desa Denbantas, namun belakangan berhenti kerja.
Sementara itu, ibunda korban, Ni Made Sudani, mengaku terkejut mendengar kabar duka putrinya sudah meninggal. Berita duka itu diteruma Made Sudani saat sedang ngopin (membantu orang melaksanakan upacara adat). “Tiba-tiba, ada tim medis datang ke rumah membawa kabar anak saya sudah meninggal. Menurut tim medis, anak saya dikatakan meninggal karena overdosis,” tutur Sudani saat ditemui NusaBali di rumah duka, Banjar Kamasan, Desa Dajan Peken, Kota Tabanan, tadi malam.
Sudani mengisahkan, putrinya yang meninggal secara tragis tersebut selama ini memang jarang pulang. Korban biasanya pulang saat ada upacara keagamaan. "Sejak Purnama (19 Juni 2016) anak saya tidak pernah pulang. Dia tidak bilang mau ke mana. Saya juga tidak punya HP untuk menghubungi," kenang perempuan yang bekerja sebagai kuli bangunan ini.
Sudani mengatakan, dia dan suaminya, Komang Tedes, pasrah atas kematian putri tercintanya. Mereka juga hanya bisa menunggu kepulangan jenazah putrinya dari RS Sanglah. Semula, pihak keluarga sempat berencana menguburkan jenzah Kadek Putrianya pada Anggara Wage Sinta, Selasa (28/6) ini. “Namun, karena jenazahnya masih di RS Sanglah, keluarga akan berembuk kembali,” tutur Sudani.
Paparan hampir senada juga disampaikan sepupu korban, Ni Putu Triarmita Dewi, 23. Menurut Dewi, Kadek Putriani memang jarang pulang. Korban sempat bekerja njadi pegawai konter HP di Banjar Tuangkilang, Desa Denbantas, namun sekarang sudah berhenti dan ikut kos bersama pacarnya, Made Sijana. "Sekarang kayaknya tidak kerja lagi dan ikut pacarnya," jelas Dewi. 7 cr61
1
Komentar