Puluhan Anjing Dieliminasi
Pasca Positif Rabies di Banyupoh dan Celukan Bawang
Kasus gigitan anjing rabies itu dialami oleh enam orang warga Desa Banyupoh dan tujuh orang warga Celukan Bawang.
SINGARAJA, NusaBali
Puluhan anjing liar yang diduga kontak langsung dengan anjing positif rabies di Desa Banyupoh dan Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak Buleleng, terpaksa dieliminasi, Senin (2/9). Tim Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, turun langsung pasca adanya kasus gigitan anjing rabies akhir Agustus lalu.
Menurut Kasi Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, drh I Gusti Bagus Oka Yadnya, timnya turun setelah ada laporan kasus gigitan anjing rabies masuk ke Puskesmas Gerokgak untuk mendapatkan VAR. Kasus gigitan anjing rabies itu dialami oleh enam orang warga Desa Banyupoh dan tujuh orang warga Celukan Bawang.
“Warga baru melapor setelah anjing yang menggigit mereka mati. Kasusnya hampir sama antara di Desa Banyupoh dan Celukan Bawang dan waktu kejadiannya juga barengan. Anjing yang menggigit adalah anak anjing yang dipungut warga di jalan,” jelas I Gusti Bagus Oka Yadnya.
Dirinya mengaku beruntung masyarakat cepat tanggap dan melaporkan kasus gigitan itu ke Puskesmas dan segera meminta VAR. Tim kesehatan hewan pun turun cepat untuk mencegah penyebaran penyakit rabies memakan korban.
Eliminasi tertarget yang dikerjakan sehari penuh memang didahului dengan sosialisasi kepada masyarakat di daerah kasus. Tim kesehatan hewan juga menggandeng desa dinas dan adat untuk mengaturkan piuning ke Pura Kahyangan Tiga sebelum eliminasi tertarget ini dilaksanakan.
“Ini hasil kesepakatan warga juga setelah kami lakukan sosialiasai sebelumnya. Desa Adat juga kami minta matur piuning sebelum eliminasi biar tidak ada hal yang tidak kita inginkan terjadi. Karena kita bukan membunuh anjingnya, tetapi membunuh penyakitnya,” imbuh Oka Yadnya.
Setelah ini Tim Kesehatan Hewan juga berencana akan melakukan vaksinasi dengan penyisiran anjing-anjing liar, terutama anak anjing yang menjadi prioritas utama. Oka Yadnya juga menekankan kembali kepada masyarakat agar tidak memungut anak anjing liar yang ditemukan di jalanan. Hal itu menurutnya sangat beresiko, walaupun masyarakat sering tergoda karena mendapati anak anjing tersebut lucu dan menggemaskan. “Kami imbau kembali agar masyarakat tidak sembarangan memungut anak anjing liar apalagi ditemukan di jalanan, karena mereka sangat berisiko terhadap penyakit rabies yang jauh dari pantauan kita,” tegas dia.
Sementara itu Kabupaten Buleleng dengan luas wilayah terbesar di Bali terus menyisir seluruh wilayah di Buleleng dalam program vaksinasi massal. Bahkan dari seratus ribuan ekor estimasi populasi anjing liar di Buleleng di tahun 2019, masih menyisakan 18 persen yang belum terjangkau. Hal tersebut masih terkendala luas wilayah dan topografi di Buleleng yang sedikit menyulitkan penyisiran oleh petugas. Tim kesehatan hewan juga mencatat hingga akhir Agustus 2019, ada 26 kasus gigitan positif rabies di Buleleng.*k23
Menurut Kasi Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, drh I Gusti Bagus Oka Yadnya, timnya turun setelah ada laporan kasus gigitan anjing rabies masuk ke Puskesmas Gerokgak untuk mendapatkan VAR. Kasus gigitan anjing rabies itu dialami oleh enam orang warga Desa Banyupoh dan tujuh orang warga Celukan Bawang.
“Warga baru melapor setelah anjing yang menggigit mereka mati. Kasusnya hampir sama antara di Desa Banyupoh dan Celukan Bawang dan waktu kejadiannya juga barengan. Anjing yang menggigit adalah anak anjing yang dipungut warga di jalan,” jelas I Gusti Bagus Oka Yadnya.
Dirinya mengaku beruntung masyarakat cepat tanggap dan melaporkan kasus gigitan itu ke Puskesmas dan segera meminta VAR. Tim kesehatan hewan pun turun cepat untuk mencegah penyebaran penyakit rabies memakan korban.
Eliminasi tertarget yang dikerjakan sehari penuh memang didahului dengan sosialisasi kepada masyarakat di daerah kasus. Tim kesehatan hewan juga menggandeng desa dinas dan adat untuk mengaturkan piuning ke Pura Kahyangan Tiga sebelum eliminasi tertarget ini dilaksanakan.
“Ini hasil kesepakatan warga juga setelah kami lakukan sosialiasai sebelumnya. Desa Adat juga kami minta matur piuning sebelum eliminasi biar tidak ada hal yang tidak kita inginkan terjadi. Karena kita bukan membunuh anjingnya, tetapi membunuh penyakitnya,” imbuh Oka Yadnya.
Setelah ini Tim Kesehatan Hewan juga berencana akan melakukan vaksinasi dengan penyisiran anjing-anjing liar, terutama anak anjing yang menjadi prioritas utama. Oka Yadnya juga menekankan kembali kepada masyarakat agar tidak memungut anak anjing liar yang ditemukan di jalanan. Hal itu menurutnya sangat beresiko, walaupun masyarakat sering tergoda karena mendapati anak anjing tersebut lucu dan menggemaskan. “Kami imbau kembali agar masyarakat tidak sembarangan memungut anak anjing liar apalagi ditemukan di jalanan, karena mereka sangat berisiko terhadap penyakit rabies yang jauh dari pantauan kita,” tegas dia.
Sementara itu Kabupaten Buleleng dengan luas wilayah terbesar di Bali terus menyisir seluruh wilayah di Buleleng dalam program vaksinasi massal. Bahkan dari seratus ribuan ekor estimasi populasi anjing liar di Buleleng di tahun 2019, masih menyisakan 18 persen yang belum terjangkau. Hal tersebut masih terkendala luas wilayah dan topografi di Buleleng yang sedikit menyulitkan penyisiran oleh petugas. Tim kesehatan hewan juga mencatat hingga akhir Agustus 2019, ada 26 kasus gigitan positif rabies di Buleleng.*k23
Komentar