Dinkes-BBPOM Investigasi Vaksin Palsu
Komisi IV DPRD Bali meminta Polda Bali turun tangan mengungkap dugaan peredaran vaksin palsu di Bali
DENPASAR, NusaBali
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali semakin gencar melakukan penelusuran jejak distribusi vaksin palsu terhadap sarana (tempat) serta dokter dan bidan praktek yang mengelola vaksin. Kamis (30/6) kemarin, Dinkes Provinsi Bali bersama dengan Dinkes Kota Denpasar dan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Denpasar melakukan investigasi terhadap tiga rumah sakit swasta dan dua klinik di wilayah Denpasar.
Kendati BBPOM di Denpasar menyatakan belum menemukan adanya vaksin palsu masuk ke Bali, namun kabar yang beredar membuat was-was. Informasinya, pelaku mengaku mendistribusikan vaksin palsu hingga ke Pulau Dewata. Untuk memastikan kebenaran informasi tersebut, Dinkes Provinsi Bali bersama tim investigasi pun langsung melakukan cek dan ricek.
“Kalau dari hasil penelusuran sebelumnya memang belum ditemukan, belum ada indikasi. Namun informasi tadi malam, katanya di Denpasar sudah masuk. Ini baru informasi awal, juga tidak resmi. Kita cek lagi,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya MPPM, kemarin.
Beberapa rumah sakit dan klinik yang didatangi oleh tim investigasi kemarin antara lain RS Balimed di Jalan Mahendradatta, RS Kasih Ibu di Jalan Teuku Umar, Klinik Cahaya Bunda di Jalan Ahmad Yani Utara, Klinik Bunda Setia di Jalan Gatot Subroto Timur, dan RS Surya Husada Ubung. Untuk sementara ini, dari hasil penelusuran terhadap lima sarana tersebut, masih nihil temuan. “Informasi itu masih belum bisa dipertanggungjawabkan. Kita akan lakukan penelusuran lebih mendalam lagi,” imbuhnya.
Meski nihil temuan, dr Suarjaya mengungkapkan, penelusuran tidak berhenti hanya sampai di situ bahkan tidak cukup hanya dengan sampling. Saat ini terdapat sekitar 55 rumah sakit dan 400-an klinik yang tersebar di kabupaten/kota di Bali yang akan disisir.
Selain itu, menyisir juga apotek, dokter serta bidan praktek. Pihaknya telah membuat surat edaran kepada masing-masing Dinkes kabupaten/kota untuk segera melakukan investigasi di masing-masing wilayah. “Penelusuran dilakukan berlapis, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten hingga tingkat puskesmas. Bahkan saya juga informasikan kepada kadus kabupaten/kota untuk ikut menelusuri juga,” imbuhnya.
Diungkapkan dr Suarjaya, meski 13 tahun vaksin palsu itu telah beredar namun selama ini belum ada keluhan pasca imunisasi di Bali. Malahan, cakupan imunisasi di Bali mencapai lebih dari 99 persen. “Waktu PIN (Pekan Imunisasi Nasional) kemarin saja, bisa sampai 99,5 persen,” katanya.
Salah satu RS swasta yang didatangi tim investigasi, RS Balimed, ditemukan jenis vaksin BCG, Campak, Polio, DPT/HB/Hib dan TT produksi PT Biofarma, Engirix B, Rotarix, Vediacel, dengan sumber vaksin dari Puskemas dan pengadaan sendiri dengan distributor PBF. Begitu juga empat sarana lainnya, nihil temuan vaksin palsu.
Kepala BBPOM di Denpasar, Dra Endang Widowati Apt menambahkan, dari pihak BBPOM sendiri juga bergerak untuk melakukan penelusuran terhadap Pedagang Besar Farmasi (PBF), dimana merupakan distibutor pertama sebelum sampai ke tangan faskes dan sarana lainnya. “Kita hari ini sama-sama bergerak, agar informasinya bisa akurat,” katanya.
Sementara Ketua Komisi IV DPRD Bali, I Nyoman Parta secara terpisah meminta Polda Bali turun tangan mengungkap dugaan peredaran vaksin palsu di Bali. "Polda kami minta bertindak cepat, sebelum terjadi korban akibat vaksin palsu ini," ujar Parta.
Politisi PDIP Bali ini menegaskan pencegahan dini harus dilakukan dengan langkah antisipatif. "Tidak menunggu adanya kasus atau temuan. Meskipun belum terindikasi ada, pencegahan vaksin palsu masuk Bali harus sejak awal. Apalagi vaksin palsu ini sudah sejak lama diedarkan," kata Parta.7 i, nat
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali semakin gencar melakukan penelusuran jejak distribusi vaksin palsu terhadap sarana (tempat) serta dokter dan bidan praktek yang mengelola vaksin. Kamis (30/6) kemarin, Dinkes Provinsi Bali bersama dengan Dinkes Kota Denpasar dan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Denpasar melakukan investigasi terhadap tiga rumah sakit swasta dan dua klinik di wilayah Denpasar.
Kendati BBPOM di Denpasar menyatakan belum menemukan adanya vaksin palsu masuk ke Bali, namun kabar yang beredar membuat was-was. Informasinya, pelaku mengaku mendistribusikan vaksin palsu hingga ke Pulau Dewata. Untuk memastikan kebenaran informasi tersebut, Dinkes Provinsi Bali bersama tim investigasi pun langsung melakukan cek dan ricek.
“Kalau dari hasil penelusuran sebelumnya memang belum ditemukan, belum ada indikasi. Namun informasi tadi malam, katanya di Denpasar sudah masuk. Ini baru informasi awal, juga tidak resmi. Kita cek lagi,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya MPPM, kemarin.
Beberapa rumah sakit dan klinik yang didatangi oleh tim investigasi kemarin antara lain RS Balimed di Jalan Mahendradatta, RS Kasih Ibu di Jalan Teuku Umar, Klinik Cahaya Bunda di Jalan Ahmad Yani Utara, Klinik Bunda Setia di Jalan Gatot Subroto Timur, dan RS Surya Husada Ubung. Untuk sementara ini, dari hasil penelusuran terhadap lima sarana tersebut, masih nihil temuan. “Informasi itu masih belum bisa dipertanggungjawabkan. Kita akan lakukan penelusuran lebih mendalam lagi,” imbuhnya.
Meski nihil temuan, dr Suarjaya mengungkapkan, penelusuran tidak berhenti hanya sampai di situ bahkan tidak cukup hanya dengan sampling. Saat ini terdapat sekitar 55 rumah sakit dan 400-an klinik yang tersebar di kabupaten/kota di Bali yang akan disisir.
Selain itu, menyisir juga apotek, dokter serta bidan praktek. Pihaknya telah membuat surat edaran kepada masing-masing Dinkes kabupaten/kota untuk segera melakukan investigasi di masing-masing wilayah. “Penelusuran dilakukan berlapis, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten hingga tingkat puskesmas. Bahkan saya juga informasikan kepada kadus kabupaten/kota untuk ikut menelusuri juga,” imbuhnya.
Diungkapkan dr Suarjaya, meski 13 tahun vaksin palsu itu telah beredar namun selama ini belum ada keluhan pasca imunisasi di Bali. Malahan, cakupan imunisasi di Bali mencapai lebih dari 99 persen. “Waktu PIN (Pekan Imunisasi Nasional) kemarin saja, bisa sampai 99,5 persen,” katanya.
Salah satu RS swasta yang didatangi tim investigasi, RS Balimed, ditemukan jenis vaksin BCG, Campak, Polio, DPT/HB/Hib dan TT produksi PT Biofarma, Engirix B, Rotarix, Vediacel, dengan sumber vaksin dari Puskemas dan pengadaan sendiri dengan distributor PBF. Begitu juga empat sarana lainnya, nihil temuan vaksin palsu.
Kepala BBPOM di Denpasar, Dra Endang Widowati Apt menambahkan, dari pihak BBPOM sendiri juga bergerak untuk melakukan penelusuran terhadap Pedagang Besar Farmasi (PBF), dimana merupakan distibutor pertama sebelum sampai ke tangan faskes dan sarana lainnya. “Kita hari ini sama-sama bergerak, agar informasinya bisa akurat,” katanya.
Sementara Ketua Komisi IV DPRD Bali, I Nyoman Parta secara terpisah meminta Polda Bali turun tangan mengungkap dugaan peredaran vaksin palsu di Bali. "Polda kami minta bertindak cepat, sebelum terjadi korban akibat vaksin palsu ini," ujar Parta.
Politisi PDIP Bali ini menegaskan pencegahan dini harus dilakukan dengan langkah antisipatif. "Tidak menunggu adanya kasus atau temuan. Meskipun belum terindikasi ada, pencegahan vaksin palsu masuk Bali harus sejak awal. Apalagi vaksin palsu ini sudah sejak lama diedarkan," kata Parta.7 i, nat
1
Komentar