Desa Adat Kerobokan Gelar Upacara Tawur Balik Sumpah Utama
Desa Adat Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, menggelar tawur balik sumpah utama serangkaian karya agung di Pura Dang Kahyangan Petitenget pada Redita Umanis Merakih, Minggu (8/9).
MANGUPURA, NusaBali
Upacara tawur balik sumpah dipuput oleh tiga sulinggih, dilanjutkan dengan upacara pedanan yang dipuput oleh dua sulinggih. Hadir dalam upacara tawur tersebut Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa, Ketua DPRD Badung I Putu Parwata, anggota DPRD Badung AAN Ketut Agus Nadi Putra, Camat Kuta Utara AA Arimbawa, Bendesa Adat Kerobokan AA Putu Sutarja, serta ribuan krama Desa Adat Kerobokan.
Pamucuk Karya I Gusti Ngurah Putra, menjelaskan setelah dilakukan upacara pamelastian, tawur labuh gentuh, dan upacara segara kertih serta mapepada pada Wraspati Pon Krulut, Kamis (5/9), dilanjutkan dengan rangkaian tawur balik sumpah utama. “Esensi dari upacara ini adalah pembersihan buana alit dan buana agung. Mungkin ada yang kurang berkenan secara niskala dalam kita melaksanakan karya saat ini. Untuk itu kita buatkan upacara tawur, sehingga hal negatif selama kegiatan karya bisa diubah menjadi positif. Dengan demikian, nantinya melahirkan yang terbaik, di wewidangan Desa Adat Kerobokan memeroleh ketenangan, aman, dan sejahtera,” ujarnya.
Menurut Gusti Ngurah Putra, upacara tawur inidipuput oleh tiga sulinggih yakni sulinggih Siwa, Buda, dan Waisnawa. “Harapan setelah dilakukan upacara ini kondisi masyarakat baik di Desa Adat Kerobokan dan Badung bisa sejahtera dan gangguan yang ada sebelum upacara puncak karya bisa berkurang. Dalam tawur ini kami menggunakan sarana upacara binatang kerbau, sapi, kambing, babi, dan binatang lainnya,” tuturnya.
Sementara Bendesa Adat Kerobokan AA Putu Sutarja, mengatakan tingkat upacara yang dilaksanakan saat ini adalah yang utama dari upacara tawur balik sumpah. “Kegiatan tawur ini dilakukan karena adanya beberapa kali pemugaran pelinggih, sehingga ada banyak perubahan. Untuk itu, kami mulai lagi dengan kegiatan pengembalian secara niskala mulai dari bawah dan tawur ini dipersembahkan untuk para bhuta kala yang ada di kawasan Pura Dang Kahyangan Petitenget, sehingga bisa memberikan kekuatan positif untuk melanjutkan prosesi upacara berikutnya,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut Wabup Suiasa menyerahkan dana punia untuk membantu pelaksanaan yadnya sebesar Rp 1,9 miliar yang diserahkan kepada panitia karya. Wabup Suiasa mengatakan dengan dilaksanakannya yadnya ini diharapkan krama tetap menjaga persatuan dan kesatuan saling menghormati, sehingga lingkungan Kerobokan menjadi aman dan nyaman. “Mari kita jaga kesucian pura, dengan adanya keseimbangan antara bhuwana agung dan bhuwana alit, sehingga terwujud masyarakat Badung yang lebih baik lagi,” ujarnya. *asa
Pamucuk Karya I Gusti Ngurah Putra, menjelaskan setelah dilakukan upacara pamelastian, tawur labuh gentuh, dan upacara segara kertih serta mapepada pada Wraspati Pon Krulut, Kamis (5/9), dilanjutkan dengan rangkaian tawur balik sumpah utama. “Esensi dari upacara ini adalah pembersihan buana alit dan buana agung. Mungkin ada yang kurang berkenan secara niskala dalam kita melaksanakan karya saat ini. Untuk itu kita buatkan upacara tawur, sehingga hal negatif selama kegiatan karya bisa diubah menjadi positif. Dengan demikian, nantinya melahirkan yang terbaik, di wewidangan Desa Adat Kerobokan memeroleh ketenangan, aman, dan sejahtera,” ujarnya.
Menurut Gusti Ngurah Putra, upacara tawur inidipuput oleh tiga sulinggih yakni sulinggih Siwa, Buda, dan Waisnawa. “Harapan setelah dilakukan upacara ini kondisi masyarakat baik di Desa Adat Kerobokan dan Badung bisa sejahtera dan gangguan yang ada sebelum upacara puncak karya bisa berkurang. Dalam tawur ini kami menggunakan sarana upacara binatang kerbau, sapi, kambing, babi, dan binatang lainnya,” tuturnya.
Sementara Bendesa Adat Kerobokan AA Putu Sutarja, mengatakan tingkat upacara yang dilaksanakan saat ini adalah yang utama dari upacara tawur balik sumpah. “Kegiatan tawur ini dilakukan karena adanya beberapa kali pemugaran pelinggih, sehingga ada banyak perubahan. Untuk itu, kami mulai lagi dengan kegiatan pengembalian secara niskala mulai dari bawah dan tawur ini dipersembahkan untuk para bhuta kala yang ada di kawasan Pura Dang Kahyangan Petitenget, sehingga bisa memberikan kekuatan positif untuk melanjutkan prosesi upacara berikutnya,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut Wabup Suiasa menyerahkan dana punia untuk membantu pelaksanaan yadnya sebesar Rp 1,9 miliar yang diserahkan kepada panitia karya. Wabup Suiasa mengatakan dengan dilaksanakannya yadnya ini diharapkan krama tetap menjaga persatuan dan kesatuan saling menghormati, sehingga lingkungan Kerobokan menjadi aman dan nyaman. “Mari kita jaga kesucian pura, dengan adanya keseimbangan antara bhuwana agung dan bhuwana alit, sehingga terwujud masyarakat Badung yang lebih baik lagi,” ujarnya. *asa
1
Komentar