Nengah Sueca Incar Gelar 'Pemuda Pelopor Tingkat Nasional 2019'
Kembangkan Objek Wisata Taman Edelweiss Seluas 32 Hektare di Banjar Temukus, Desa Besakih
Versi Nengah Sueca, dirinya melakukan inovasi kembangkan Objek Wisata Taman Edelweiss di Banjar Temukus, Desa Besakih sejak 15 Juni 2018 untuk membangkitkan perekonomian desa yang sempat terpuruk akibat bencana erupsi Gunung Agung
AMLAPURA, NusaBali
Setelah sukses mengelola Objek Wisata Taman Edelweiss seluas 32 are yang kini dikembangkan menjadi 32 hektare di Banjar Temukus, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, I Nengah Sueca, 28, berupaya mengincar gelar sebagai ‘Pemuda Pelopor Bidang Sumber Dalam Alam Lingkungan dan Pariwisata Tingkat Nasional 2019’. Ti-ket untuk berlaga ke tingkat nasional telah dikantongi Nengah Sueca, setelah me-menangkan lomba ‘Pemuda Pelopor Tingkat Provinsi Bali 2019’.
Nengah Sueca, pemuda asal Banjar Temukus, Desa Besakih, Kecamatan Rendang yang merintis Objek Wisata Taman Edelweiss sejak Juni 2018 lalu, kini tinggal menunggu hasil penilaian dewan juri untuk bisa memenangkan gelar ‘Pemuda Pelopor Bidang Sumber Dalam Alam Lingkungan dan Pariwisata Tingkat Nasional 2019’. Menurut Nengah Sueca, tim dari pusat sudah terjun melakukan visitasi ke Taman Objek Wisata Edelweiss di Banjar Temukus, Desa Besakih, 5 September 2019 sore. “Jadi, saya tinggal menunggu hasil penilaian dewan juri dari pusat,” ungkap Nengah Sueca kepada NusaBali di Amlapura, Senin (9/9).
Lulusan S1 Fakultas Sastra Indonesia Undiksha Singaraja, Buleleng (tahun 2013) dan S2 Pascasarjana Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Undiksha Singaraja (tahun 2015) yang kini menjadi dosen pengajar di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Suar Bangli ini mengaku belum tahu, kapan hasil penilaian akan diumumkan.
Menurut Nengah Sueca, sejauh ini belum ada tindaklanjut hasil visitasi yang dilakukan tim dari pusat ke Objek Wisata Taman Edelweiss di Banjar Temukus, Kamis (5/9) lalu. Yang terpenting, kata dia, portofolio dan syarat administrasi sudah diajukannya sebelum tim pusat melakukan visitasi.
Disebutkan, tim visitasi dari pusat sudah cross check antara yang tertuang secara administrasi dengan kondisi riil di lapangan. Misalnya, keberadaan Objek Wisata Taman Edelweiss di Banjar Temukus yang dirintis sejak 15 Juni 2018. Awalnya, taman ini hanya seluas 32 are. Nantinya, Taman Edelweiss akan diperluas menjadi 32 hektare.
Nengah Sueca sendiri berlaga dalam pemilihan ‘Pemuda Pelopor Bidang Sumber Dalam Alam Lingkungan dan Pariwisata Tingkat Nasional 2019’, dengan diawali dari seleksi Tingkat Kabupaten Karangasem. Sukses memenangkan seleksi Tingkat Kabupaten Karangasem, Nengah Sueca berhak mewakili daerahnya ke ajang ‘Lomba Pemuda Pelopor Bidang Sumber Dalam Alam Lingkungan dan Pariwisata Tingkat Provinsi Bali 2019’.
“Ternyata, saya kembali keluar sebagai pemenang dalam ‘Lomba Pemuda Pelopor Bidang Sumber Dalam Alam Lingkungan dan Pariwisata Tingkat Provinsi Bali 2019’, sehingga berhak mewakili Bali ke tingkat nasional,” papar pria kelahiran 2 Juli 1991 yang kini menjadi Ketua Pengelola Wisata Tigarata milik Desa Adat Temukus, Desa Adat Tukad Belah, dan Desa Adat Tarib, Kecamatan Rendang ini.
Saat ‘Lomba Pemuda Pelopor Bidang Sumber Dalam Alam Lingkungan dan Pa-riwisata Tingkat Provinsi Bali 2019’, Nengah Sueca berhasil mengungguli para pesaingnya dari 8 kabupaten/kota lainnya. Keluar sebagai runner-up adalah Made Agus Janardana (pelukis wajah berbahan sampah plastik dari Banjar Ancak, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng), sementara peringkat III diraih Ari Anggara (tokoh asal Banjar Puaya, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar).
Selain itu, ada juga pemilihan ‘Pemuda Pelopor Bidang Pangan Tingkat Provinsi Bali 2019’, yang dimenangkan Putu Sukadana, dari Banjar Tyingan, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung. Sedangkan gelar ‘Pemuda Pelopor Bidang Inovasi Teknologi Tingkat Provinsi Bali 2019’ dimenangkan I Gede Febriana, dari Banjar Bukian, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung.
Sebaliknya, gelar ‘Pemuda Pelopor Bidang Pendidikan Provinsi Bali 2019’ dime-nangkan Ni Luh Arik Astriyanti, dari Banjar Lambing, Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Badung. Sedangkan gelar ‘Pemuda Pelopor Bidang Agama, Sosial, Budaya Provinsi Bali 2019’ dimenangkan I Wayan Rusdika, tokoh dari Banjar Tinggan, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung.
Kepada NusaBali, Nengah Sueca memaparkan asal usul hingga mengembangkan Objek Wisata Taman Edelweiss seluas 32 are di kawasan perbukitan Banjar Temukus, Desa Besakih. Menurut Nengah Sueca, dirinya melakukan inovasi menaman Edelweiss untuk membangkitkan perekonomian Desa Besakih yang sempat terpuruk akibat bencana erupsi Gunung Agung, akhir tahun 2017.
Gara-gara Gunung Agung berstatus awas, banyak warga Banjar Temukus dan sekitarnya terpaksa harus mengungsi ke tempat aman. Masalahnya, Banjar Temukus berada di lereng Gunung Agung dalam jarak 4,5 kilometer dari puncak kawah, yang merupakan Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, hingga setiap saat jadi sasaran hujan abu vulkanik. Nengah Sueca juga ikut mengungsi bersama keluarga dan warga Banjar Temukus lainnya.
Nah, sepulang dari mengungsi akibat erupsi Gunung Agung, Nengah Sueca coba membangun Objek Wisata Taman Edelweiss, memanfaatkan lahan seluas 32 are milik 7 keluarga di Banjar Temukus. “Ternyata, Objek Wisata Taman Edelweiss itu dapat apresiasi masyarakat luas. Setiap harinya, banyak pengunjung datang untuk berswafoto dengan latar belakang Edelweiss (Padang Kasna,” kenang anak keenam dari tujuh bersaudara pasangan I Nyoman Saba dan Ni Nyoman Saba ini.
Setelah dapat respons dari masyarakat, terutama saat hari libur, maka Objek Wisata Taman Edelweiss yang semula hanya 32 are diperluas menjadi 2 hektare. Objek wisata ini didukung dengan areal parkir seluas 60 are. Selanjutnya, kata Nengah Sueca, Taman Edelweiss diperluas lagi atas kerjasama dengan pengelola Kawasan Hutan Jati Agung. Walhasil Taman Edelweiss yang semila hanya 32 are akan dikembangkan menjadi 32 hektare.
Dengan pengembangan itu, wisatawan asing maupun domestik bisa setiap saat berwisata menikmati Taman Edelweiss dalam jumlah besar. Kalau selama ini, kata Nengah Sueca, berwisata ke taman Edelweiss hanya bisa dilakukan 6 bulan sekali jelang Hari Raya Galungan. Sebab, saat itulah Edelweiss tumbuh subur.
Menurut Nengah Sueca, dia tidak sendirian mengelola Objek Wisata Taman Edelweiss. “Taman Edelweiss itu dikelola oleh tujuh kelompok. Saya sendiri hanya membantu bidang manajemennya,” jelas Nengah Sueca.
Nengah Sueca menyebutkan, untuk pengunjung lokal ke Objek Wisata Taman Edelweiss dikenakan tiket masuk Rp 15.000 per orang. Sedangkan wisatawan asing dikenakan Rp 30.000 per orang. Mereka dapat fasilitas Wifi dan bebas berswafoto tanpa batas. *k16
Nengah Sueca, pemuda asal Banjar Temukus, Desa Besakih, Kecamatan Rendang yang merintis Objek Wisata Taman Edelweiss sejak Juni 2018 lalu, kini tinggal menunggu hasil penilaian dewan juri untuk bisa memenangkan gelar ‘Pemuda Pelopor Bidang Sumber Dalam Alam Lingkungan dan Pariwisata Tingkat Nasional 2019’. Menurut Nengah Sueca, tim dari pusat sudah terjun melakukan visitasi ke Taman Objek Wisata Edelweiss di Banjar Temukus, Desa Besakih, 5 September 2019 sore. “Jadi, saya tinggal menunggu hasil penilaian dewan juri dari pusat,” ungkap Nengah Sueca kepada NusaBali di Amlapura, Senin (9/9).
Lulusan S1 Fakultas Sastra Indonesia Undiksha Singaraja, Buleleng (tahun 2013) dan S2 Pascasarjana Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Undiksha Singaraja (tahun 2015) yang kini menjadi dosen pengajar di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Suar Bangli ini mengaku belum tahu, kapan hasil penilaian akan diumumkan.
Menurut Nengah Sueca, sejauh ini belum ada tindaklanjut hasil visitasi yang dilakukan tim dari pusat ke Objek Wisata Taman Edelweiss di Banjar Temukus, Kamis (5/9) lalu. Yang terpenting, kata dia, portofolio dan syarat administrasi sudah diajukannya sebelum tim pusat melakukan visitasi.
Disebutkan, tim visitasi dari pusat sudah cross check antara yang tertuang secara administrasi dengan kondisi riil di lapangan. Misalnya, keberadaan Objek Wisata Taman Edelweiss di Banjar Temukus yang dirintis sejak 15 Juni 2018. Awalnya, taman ini hanya seluas 32 are. Nantinya, Taman Edelweiss akan diperluas menjadi 32 hektare.
Nengah Sueca sendiri berlaga dalam pemilihan ‘Pemuda Pelopor Bidang Sumber Dalam Alam Lingkungan dan Pariwisata Tingkat Nasional 2019’, dengan diawali dari seleksi Tingkat Kabupaten Karangasem. Sukses memenangkan seleksi Tingkat Kabupaten Karangasem, Nengah Sueca berhak mewakili daerahnya ke ajang ‘Lomba Pemuda Pelopor Bidang Sumber Dalam Alam Lingkungan dan Pariwisata Tingkat Provinsi Bali 2019’.
“Ternyata, saya kembali keluar sebagai pemenang dalam ‘Lomba Pemuda Pelopor Bidang Sumber Dalam Alam Lingkungan dan Pariwisata Tingkat Provinsi Bali 2019’, sehingga berhak mewakili Bali ke tingkat nasional,” papar pria kelahiran 2 Juli 1991 yang kini menjadi Ketua Pengelola Wisata Tigarata milik Desa Adat Temukus, Desa Adat Tukad Belah, dan Desa Adat Tarib, Kecamatan Rendang ini.
Saat ‘Lomba Pemuda Pelopor Bidang Sumber Dalam Alam Lingkungan dan Pa-riwisata Tingkat Provinsi Bali 2019’, Nengah Sueca berhasil mengungguli para pesaingnya dari 8 kabupaten/kota lainnya. Keluar sebagai runner-up adalah Made Agus Janardana (pelukis wajah berbahan sampah plastik dari Banjar Ancak, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng), sementara peringkat III diraih Ari Anggara (tokoh asal Banjar Puaya, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar).
Selain itu, ada juga pemilihan ‘Pemuda Pelopor Bidang Pangan Tingkat Provinsi Bali 2019’, yang dimenangkan Putu Sukadana, dari Banjar Tyingan, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung. Sedangkan gelar ‘Pemuda Pelopor Bidang Inovasi Teknologi Tingkat Provinsi Bali 2019’ dimenangkan I Gede Febriana, dari Banjar Bukian, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung.
Sebaliknya, gelar ‘Pemuda Pelopor Bidang Pendidikan Provinsi Bali 2019’ dime-nangkan Ni Luh Arik Astriyanti, dari Banjar Lambing, Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Badung. Sedangkan gelar ‘Pemuda Pelopor Bidang Agama, Sosial, Budaya Provinsi Bali 2019’ dimenangkan I Wayan Rusdika, tokoh dari Banjar Tinggan, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung.
Kepada NusaBali, Nengah Sueca memaparkan asal usul hingga mengembangkan Objek Wisata Taman Edelweiss seluas 32 are di kawasan perbukitan Banjar Temukus, Desa Besakih. Menurut Nengah Sueca, dirinya melakukan inovasi menaman Edelweiss untuk membangkitkan perekonomian Desa Besakih yang sempat terpuruk akibat bencana erupsi Gunung Agung, akhir tahun 2017.
Gara-gara Gunung Agung berstatus awas, banyak warga Banjar Temukus dan sekitarnya terpaksa harus mengungsi ke tempat aman. Masalahnya, Banjar Temukus berada di lereng Gunung Agung dalam jarak 4,5 kilometer dari puncak kawah, yang merupakan Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, hingga setiap saat jadi sasaran hujan abu vulkanik. Nengah Sueca juga ikut mengungsi bersama keluarga dan warga Banjar Temukus lainnya.
Nah, sepulang dari mengungsi akibat erupsi Gunung Agung, Nengah Sueca coba membangun Objek Wisata Taman Edelweiss, memanfaatkan lahan seluas 32 are milik 7 keluarga di Banjar Temukus. “Ternyata, Objek Wisata Taman Edelweiss itu dapat apresiasi masyarakat luas. Setiap harinya, banyak pengunjung datang untuk berswafoto dengan latar belakang Edelweiss (Padang Kasna,” kenang anak keenam dari tujuh bersaudara pasangan I Nyoman Saba dan Ni Nyoman Saba ini.
Setelah dapat respons dari masyarakat, terutama saat hari libur, maka Objek Wisata Taman Edelweiss yang semula hanya 32 are diperluas menjadi 2 hektare. Objek wisata ini didukung dengan areal parkir seluas 60 are. Selanjutnya, kata Nengah Sueca, Taman Edelweiss diperluas lagi atas kerjasama dengan pengelola Kawasan Hutan Jati Agung. Walhasil Taman Edelweiss yang semila hanya 32 are akan dikembangkan menjadi 32 hektare.
Dengan pengembangan itu, wisatawan asing maupun domestik bisa setiap saat berwisata menikmati Taman Edelweiss dalam jumlah besar. Kalau selama ini, kata Nengah Sueca, berwisata ke taman Edelweiss hanya bisa dilakukan 6 bulan sekali jelang Hari Raya Galungan. Sebab, saat itulah Edelweiss tumbuh subur.
Menurut Nengah Sueca, dia tidak sendirian mengelola Objek Wisata Taman Edelweiss. “Taman Edelweiss itu dikelola oleh tujuh kelompok. Saya sendiri hanya membantu bidang manajemennya,” jelas Nengah Sueca.
Nengah Sueca menyebutkan, untuk pengunjung lokal ke Objek Wisata Taman Edelweiss dikenakan tiket masuk Rp 15.000 per orang. Sedangkan wisatawan asing dikenakan Rp 30.000 per orang. Mereka dapat fasilitas Wifi dan bebas berswafoto tanpa batas. *k16
Komentar