SBY Ajak Rakyat Dukung Jokowi
Gelar Pidato Kontemplasi di Ultah ke 70, SBY Menangis
Dalam pidato kontemplasi bertepatan ultah ke 70, SBY juga menyampaikan rasa sedih terselip di hatinya, karena tak ada Ani Yudhoyono mendampingi.
BOGOR, NusaBali
Ketua Umum Partai Demokrat (PD), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menyampaikan pidato kontemplasi. Salah satunya, SBY meminta seluruh pihak untuk mendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Pemilihan umum baru selesai kita lakukan. Rakyat telah memberikan mandatnya kepada kepemimpinan yang baru. Dalam kapasitas saya selaku pribadi dan pemimpin Partai Demokrat, saya mengajak saudara-saudara kami rakyat Indonesia untuk memberikan kesempatan dan dukungan kepada pemimpin dan pemerintahan yang baru agar sukses dalam mengemban amanah rakyat," kata SBY dalam pidatonya di kediamannya Cikeas, Bogor, Senin (9/9).
SBY mengatakan ada dua nilai fundamental yang bisa jadi resep untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Kedua nilai tersebut yakni cinta dan rasa persaudaraan.
Dia menegaskan sesama anak bangsa, jarak dan permusuhan di antara masyarakat yang berbeda identitas mesti dijauhkan. Presiden ke-6 RI ini mengajak segenap masyarakat untuk sama-sama merajut persatuan dan kesatuan di masyarakat. "Terus terang, tahun-tahun terakhir ini kasih sayang dan rasa persaudaraan ini melemah, sementara kebencian, jarak dan permusuhan diantara komponen bangsa yang berbeda identitas menguat Ini lampu kuning. Ini sebuah fenomena dan arus buruk yang membahayakan masyarakat dan bangsa kita," ujar dia dilansir detik.com.
"Kita semua, harus mengambil tanggung jawab untuk menghentikan dan membalikkan fenomena dan arus yang salah ini. Untuk selanjutnya kembali ke arah yang benar," tambahnya. Dia mengatakan menciptakan masyarakat-bangsa-negara yang baik merupakan agenda yang berkesinambungan. SBY berharap pidato kontemplasinya itu dapat dijadikan pertimbangan bagi Jokowi untuk mengambil kebijakan.
"Melalui mimbar kecil di Cikeas ini, saya menitipkan harapan kepada Bapak Presiden Jokowi beserta jajaran pemerintahan yang beliau pimpin, agar kiranya materi kontemplasi yang saya sampaikan malam ini dapat melengkapi agenda, kebijakan, dan langkah-tindakan yang diambil oleh negara dan pemerintahan mendatang," kata SBY.
SBY juga berharap ke depan politik Indonesia harus menjadi politik yang baik. Hal itu, menurut dia, adalah hal yang harus dijaga bersama oleh bangsa Indonesia. "Bagi bangsa yang majemuk, Yang juga menganut sistem demokrasi multi partai, politik kita harus makin guyub, makin inklusif, dan makin teduh," kata SBY. SBY mengatakan demokrasi tak harus selalu diwarnai dan diselesaikan dengan 'one person one vote'. Menurut dia, ada semangat lain seperti kompromi dan konsensus yang adil dan membangun bisa menjadi alternatif dalam berdemokrasi.
"Kompromi dan konsensus yang adil dan membangun bukanlah jalan dan cara yang buruk. Prinsip 'the winner take all' yang ekstrem, seringkali tidak cocok dengan semangat kekeluargaan dan keterwakilan bagi masyarakat dan bangsa yang majemuk," tuturnya.
Dalam pidatonya SBY juga menyampaikan ada rasa sedih terselip di hatinya, karena tak ada Ani Yudhoyono yang mendampinginya. SBY lahir pada 9 September 1949. Dia mengaku bahagia dan bersyukur bisa merayakan ulang tahun yang ke-70.
SBY pun berharap agar pidato kontemplasinya dapat dijadikan pertimbangan untuk Jokowi mengambil kebijakan. "Melalui mimbar kecil di Cikeas ini, saya menitipkan harapan kepada Bapak Presiden Jokowi beserta jajaran pemerintahan yang beliau pimpin, agar kiranya materi kontemplasi yang saya sampaikan malam ini, dapat melengkapi agenda, kebijakan dan langkah tindakan yang diambil oleh negara dan pemerintahan mendatang," kata SBY dalam pidatonya. *
"Pemilihan umum baru selesai kita lakukan. Rakyat telah memberikan mandatnya kepada kepemimpinan yang baru. Dalam kapasitas saya selaku pribadi dan pemimpin Partai Demokrat, saya mengajak saudara-saudara kami rakyat Indonesia untuk memberikan kesempatan dan dukungan kepada pemimpin dan pemerintahan yang baru agar sukses dalam mengemban amanah rakyat," kata SBY dalam pidatonya di kediamannya Cikeas, Bogor, Senin (9/9).
SBY mengatakan ada dua nilai fundamental yang bisa jadi resep untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Kedua nilai tersebut yakni cinta dan rasa persaudaraan.
Dia menegaskan sesama anak bangsa, jarak dan permusuhan di antara masyarakat yang berbeda identitas mesti dijauhkan. Presiden ke-6 RI ini mengajak segenap masyarakat untuk sama-sama merajut persatuan dan kesatuan di masyarakat. "Terus terang, tahun-tahun terakhir ini kasih sayang dan rasa persaudaraan ini melemah, sementara kebencian, jarak dan permusuhan diantara komponen bangsa yang berbeda identitas menguat Ini lampu kuning. Ini sebuah fenomena dan arus buruk yang membahayakan masyarakat dan bangsa kita," ujar dia dilansir detik.com.
"Kita semua, harus mengambil tanggung jawab untuk menghentikan dan membalikkan fenomena dan arus yang salah ini. Untuk selanjutnya kembali ke arah yang benar," tambahnya. Dia mengatakan menciptakan masyarakat-bangsa-negara yang baik merupakan agenda yang berkesinambungan. SBY berharap pidato kontemplasinya itu dapat dijadikan pertimbangan bagi Jokowi untuk mengambil kebijakan.
"Melalui mimbar kecil di Cikeas ini, saya menitipkan harapan kepada Bapak Presiden Jokowi beserta jajaran pemerintahan yang beliau pimpin, agar kiranya materi kontemplasi yang saya sampaikan malam ini dapat melengkapi agenda, kebijakan, dan langkah-tindakan yang diambil oleh negara dan pemerintahan mendatang," kata SBY.
SBY juga berharap ke depan politik Indonesia harus menjadi politik yang baik. Hal itu, menurut dia, adalah hal yang harus dijaga bersama oleh bangsa Indonesia. "Bagi bangsa yang majemuk, Yang juga menganut sistem demokrasi multi partai, politik kita harus makin guyub, makin inklusif, dan makin teduh," kata SBY. SBY mengatakan demokrasi tak harus selalu diwarnai dan diselesaikan dengan 'one person one vote'. Menurut dia, ada semangat lain seperti kompromi dan konsensus yang adil dan membangun bisa menjadi alternatif dalam berdemokrasi.
"Kompromi dan konsensus yang adil dan membangun bukanlah jalan dan cara yang buruk. Prinsip 'the winner take all' yang ekstrem, seringkali tidak cocok dengan semangat kekeluargaan dan keterwakilan bagi masyarakat dan bangsa yang majemuk," tuturnya.
Dalam pidatonya SBY juga menyampaikan ada rasa sedih terselip di hatinya, karena tak ada Ani Yudhoyono yang mendampinginya. SBY lahir pada 9 September 1949. Dia mengaku bahagia dan bersyukur bisa merayakan ulang tahun yang ke-70.
SBY pun berharap agar pidato kontemplasinya dapat dijadikan pertimbangan untuk Jokowi mengambil kebijakan. "Melalui mimbar kecil di Cikeas ini, saya menitipkan harapan kepada Bapak Presiden Jokowi beserta jajaran pemerintahan yang beliau pimpin, agar kiranya materi kontemplasi yang saya sampaikan malam ini, dapat melengkapi agenda, kebijakan dan langkah tindakan yang diambil oleh negara dan pemerintahan mendatang," kata SBY dalam pidatonya. *
Komentar