Ida Pedanda Nabe Gde Putra Telabah Lebar
Rohaniawan Hindu sekaligus mantan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang juga menciptakan hymne Unud, Ida Pedanda Nabe Gde Putra Telabah lebar dalam usia 82 tahun pada Senin (9/9) sore lalu.
DENPASAR, NusaBali
Sulinggih dari Griya Pasraman Telabah Tegal Lantang, Padangsambian Kelod diketahui oleh keluarga menderita gangguan pada saluran prostat.
“Sebelumnya, 10 tahun lalu beliau divonis mengidap tumor paru-paru. Beliau bukan perokok, tapi perokok pasif. Sempat dinyatakan sembuh, namun tetap berobat medis dan herbal. Kemudian sejak setahun lalu kondisi kesehatan menurun, prostatnya lagi sembuh lagi kambuh. Tiga bulan lalu mulai keras prostatnya, bolak balik rumah sakit,” tutur istri almarhum, Ida Pedanda Nabe Istri Mayun, 79, Selasa (10/9).
Ida Pendanda Telabah sempat menjalani perawatan di RS Balimed sebanyak dua kali. Kemudian lanjut di RSUP Sanglah sebanyak dua kali. Sempat juga menjalani operasi kecil dan dinyatakan kondisinya aman, dan pulang ke griya. “Setelah sempat operasi, dibilang aman sama dokternya. Beberapa hari kemudian pulang ke rumah, beliau karena dulunya dosen senang memberikan dharma wacana (wejangan, red) kepada nanak-nanaknya. Akhir Agustus 2019, mulai tidak bisa bicara,” ceritanya. Sebelum meninggal, Ida Pedanda Istri mendengar Ida Pedanda Nabe Telabah sempat berteriak kecil dan langsung berpulang.
Ida Pendanda Nabe Gde Putra Telabah meninggalkan seorang istri, Ida Pedanda Nabe Istri Mayun, serta empat putra-putri di antaranya dr Ida Ayu Kumala Ratih, Ida Ayu Saraswati Dewi, Ida Bagus Ugrasena Narendra, dan Ida Ayu Sri Laksmi Dewi. Beliau juga meninggalkan 11 pasang nanak.
Semasa hidup, tutur Ida Pendanda Istri, almarhum dikenal sosok enerjik. Ida Pedanda Telabah sering memberikan nasehat agar anak mantu dan cucunya rajin bekerja, belajar maupun kuliah. Kepada umat, Ida Pedanda Telabah beserta istri yang memiliki 11 nanak di seluruh Nusantara juga aktif membina umat yang ada di luar Bali, bahkan sampai ke pelosok. “Kepada umat Hindu di Nusantara beliau selalu berpesan untuk taat pada ke-Hindu-annya, taat beragama. Walaupun memakai sarana yang berbeda-beda dan sederhana, tetap tidak mengurangi makna,” ceritanya.
Ida Pedanda Telabah juga sempat berpesan ketika suatu saat meninggal ingin diupacarai secara sederhana saja. “Kami akan menggelar upacara Sawa Wedana. Beliau tidak ingin upacara yang besar, yang madya. Tapi kami akan tetap melaksanakan yang lebih sedikit, karena beliau sudah jadi Ida Nabe,” jelasnya.
Masih dalam rencana, palebon direncanakan akan dilaksanakan 1 November mendatang di Setra Badung, Denpasar. Layon saat ini masih disemayamkan di Griya Tegal Lantang, dan tanggal 25 September baru akan disemayamkan di Griya Ageng Telabah. Selanjutnya, nyiramang layon dilaksanakan pada 28 September 2019, dan puncak palebon pada 1 November. *ind
“Sebelumnya, 10 tahun lalu beliau divonis mengidap tumor paru-paru. Beliau bukan perokok, tapi perokok pasif. Sempat dinyatakan sembuh, namun tetap berobat medis dan herbal. Kemudian sejak setahun lalu kondisi kesehatan menurun, prostatnya lagi sembuh lagi kambuh. Tiga bulan lalu mulai keras prostatnya, bolak balik rumah sakit,” tutur istri almarhum, Ida Pedanda Nabe Istri Mayun, 79, Selasa (10/9).
Ida Pendanda Telabah sempat menjalani perawatan di RS Balimed sebanyak dua kali. Kemudian lanjut di RSUP Sanglah sebanyak dua kali. Sempat juga menjalani operasi kecil dan dinyatakan kondisinya aman, dan pulang ke griya. “Setelah sempat operasi, dibilang aman sama dokternya. Beberapa hari kemudian pulang ke rumah, beliau karena dulunya dosen senang memberikan dharma wacana (wejangan, red) kepada nanak-nanaknya. Akhir Agustus 2019, mulai tidak bisa bicara,” ceritanya. Sebelum meninggal, Ida Pedanda Istri mendengar Ida Pedanda Nabe Telabah sempat berteriak kecil dan langsung berpulang.
Ida Pendanda Nabe Gde Putra Telabah meninggalkan seorang istri, Ida Pedanda Nabe Istri Mayun, serta empat putra-putri di antaranya dr Ida Ayu Kumala Ratih, Ida Ayu Saraswati Dewi, Ida Bagus Ugrasena Narendra, dan Ida Ayu Sri Laksmi Dewi. Beliau juga meninggalkan 11 pasang nanak.
Semasa hidup, tutur Ida Pendanda Istri, almarhum dikenal sosok enerjik. Ida Pedanda Telabah sering memberikan nasehat agar anak mantu dan cucunya rajin bekerja, belajar maupun kuliah. Kepada umat, Ida Pedanda Telabah beserta istri yang memiliki 11 nanak di seluruh Nusantara juga aktif membina umat yang ada di luar Bali, bahkan sampai ke pelosok. “Kepada umat Hindu di Nusantara beliau selalu berpesan untuk taat pada ke-Hindu-annya, taat beragama. Walaupun memakai sarana yang berbeda-beda dan sederhana, tetap tidak mengurangi makna,” ceritanya.
Ida Pedanda Telabah juga sempat berpesan ketika suatu saat meninggal ingin diupacarai secara sederhana saja. “Kami akan menggelar upacara Sawa Wedana. Beliau tidak ingin upacara yang besar, yang madya. Tapi kami akan tetap melaksanakan yang lebih sedikit, karena beliau sudah jadi Ida Nabe,” jelasnya.
Masih dalam rencana, palebon direncanakan akan dilaksanakan 1 November mendatang di Setra Badung, Denpasar. Layon saat ini masih disemayamkan di Griya Tegal Lantang, dan tanggal 25 September baru akan disemayamkan di Griya Ageng Telabah. Selanjutnya, nyiramang layon dilaksanakan pada 28 September 2019, dan puncak palebon pada 1 November. *ind
1
Komentar