Usaba Emping di Desa Selat, Ritual Khusus Buat Bhatari Sri
Desa Adat Selat, Desa/Kecamatan Selat, Karangasem menggelar Usaba Emping pada Purnama Katiga, Saniscara Paing Merakih, Sabtu (14/9) besok.
AMLAPURA, NusaBali
Usaba Emping merupakan ritual khusus yang dipersembahkan kepada Ida Bhatari Sri atas limpahan anugerahNya. Tahapan prosesinya berlangsung sejak Buda Wage Merakih, Rabu (11/9) dengan menggelar melasti ke beji Toya Sah, Banjar Susut, Desa Muncan, Kecamatan Selat.
Bendesa Adat Selat, Jro Mangku Wayan Gede Mustika, mengatakan Usaba Emping atau Usaba Katiga dilaksanakan setiap setahun sekali pada Purnama Katiga. Tujuannya mempersembahkan sarwa prani anugerah Ida Bhatara Sri. Harapannya kembali dilimpahkan karahayuan. Persembahan paling utama adalah berupa emping yakni kemasan ketan (beras putih) yang dimasak campur kelapa parut campur garam, setelah matang diulet mirip jajan uli. Selanjutnya digulung menggunakan daun kemiri berbentuk kecil panjang. “Selain banten berisi jajan emping juga jajan yang serba direbus seperti jajan juli, mangkok, dan sebagainya. Dilarang menggunakan jajan yang diogoreng,” jelas Jro Mangku Mustika, Kamis (12/9).
Seberapa banyak krama Desa Adat Selat mengemas banten, sebanyak itu pula membuat emping. Kemasan banten pada umumnya sama, yang membedakan wajib ada tambahan satu emping ditempatkan paling atas. Rata-rata tiap KK membuat emping berbahan beras putih seberat 0,5 kilogram. Emping dibuat lima hari sebelum puncak Usaba Emping. Emping diyakini lambang anugerah Ida Bhatara Sri, saktinya Dewa Wisnu. Usaba Emping digelar setelah musim panen di sawah.
Sebelum menggelar upacara di Pura Puseh, krama terlebih dahulu mabanten di sanggah dan Pura Paibon, terakhir di Pura Puseh. Rangkaian upacara itulah dilakukan sejak Rabu (11/9) hingga Sabtu (14/9). Persembahyangan di Pura Puseh dipuput Jro Mangku Sukarta dan Jro Sedaan Desa.
Krama yang merayakan Usaba Emping sajebag Desa Adat Selat mewilayahi 15 banjar adat yakni Banjar Adat Telengis, Sukawana, Sida Karana Bunteh, Parigraha, Sidhakarya, Dharma Saba, Paruman Sila Darsana, Eka Darma, Guna Karya, Sila Sesana, Palemadon, Kertiyasa Lusuh, Darma Karya, Sila Drama, dan Wanasari. Juga dua dadia yakni Gunung Sari Bajeh dan Siladumi Kangin, serta Paruman Mrajan Gria Celit.
Sedangkan Ida Bhatara masineb usai menggelar rangkaian upacara di Purnama Katiga, Sabtu (14/9). Pangayah yang terlibat mulai dari mempersiapkan aneka banten hingga berakhir adalah krama cacakan bibit sebanyak 400 warga. Cacakan bibit adalah warga pemilik lahan sawah yang selama ini tidak kena upeti ke desa, tetapi diganti dengan cara ngayah setiap ada upacara di Desa Adat Selat. Humas Desa Adat Selat I Wayan Suara mengatakan, di keluarganya membuat sebanyak 40 kemasan jajan emping. “Keluarga saya mabanten sebanyak 40 banten cacakan,” kata Wayan Suarta. *k16
Bendesa Adat Selat, Jro Mangku Wayan Gede Mustika, mengatakan Usaba Emping atau Usaba Katiga dilaksanakan setiap setahun sekali pada Purnama Katiga. Tujuannya mempersembahkan sarwa prani anugerah Ida Bhatara Sri. Harapannya kembali dilimpahkan karahayuan. Persembahan paling utama adalah berupa emping yakni kemasan ketan (beras putih) yang dimasak campur kelapa parut campur garam, setelah matang diulet mirip jajan uli. Selanjutnya digulung menggunakan daun kemiri berbentuk kecil panjang. “Selain banten berisi jajan emping juga jajan yang serba direbus seperti jajan juli, mangkok, dan sebagainya. Dilarang menggunakan jajan yang diogoreng,” jelas Jro Mangku Mustika, Kamis (12/9).
Seberapa banyak krama Desa Adat Selat mengemas banten, sebanyak itu pula membuat emping. Kemasan banten pada umumnya sama, yang membedakan wajib ada tambahan satu emping ditempatkan paling atas. Rata-rata tiap KK membuat emping berbahan beras putih seberat 0,5 kilogram. Emping dibuat lima hari sebelum puncak Usaba Emping. Emping diyakini lambang anugerah Ida Bhatara Sri, saktinya Dewa Wisnu. Usaba Emping digelar setelah musim panen di sawah.
Sebelum menggelar upacara di Pura Puseh, krama terlebih dahulu mabanten di sanggah dan Pura Paibon, terakhir di Pura Puseh. Rangkaian upacara itulah dilakukan sejak Rabu (11/9) hingga Sabtu (14/9). Persembahyangan di Pura Puseh dipuput Jro Mangku Sukarta dan Jro Sedaan Desa.
Krama yang merayakan Usaba Emping sajebag Desa Adat Selat mewilayahi 15 banjar adat yakni Banjar Adat Telengis, Sukawana, Sida Karana Bunteh, Parigraha, Sidhakarya, Dharma Saba, Paruman Sila Darsana, Eka Darma, Guna Karya, Sila Sesana, Palemadon, Kertiyasa Lusuh, Darma Karya, Sila Drama, dan Wanasari. Juga dua dadia yakni Gunung Sari Bajeh dan Siladumi Kangin, serta Paruman Mrajan Gria Celit.
Sedangkan Ida Bhatara masineb usai menggelar rangkaian upacara di Purnama Katiga, Sabtu (14/9). Pangayah yang terlibat mulai dari mempersiapkan aneka banten hingga berakhir adalah krama cacakan bibit sebanyak 400 warga. Cacakan bibit adalah warga pemilik lahan sawah yang selama ini tidak kena upeti ke desa, tetapi diganti dengan cara ngayah setiap ada upacara di Desa Adat Selat. Humas Desa Adat Selat I Wayan Suara mengatakan, di keluarganya membuat sebanyak 40 kemasan jajan emping. “Keluarga saya mabanten sebanyak 40 banten cacakan,” kata Wayan Suarta. *k16
1
Komentar